Quantcast
Channel: MENTARI SENJA
Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

MENINGGALKAN BELAJAR SIHIR LALU MENJADI SULUH PETUNJUK BAGI ORANG LAIN

$
0
0

meninggalkan belajar sihir lalu menjadc suluh petunjuk bagi orang lain

Dari Shuhaib Ar-Rumi RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda;

“Ada seorang raja pada zaman sebelum kalian. Ia memiliki tukang sihir.
Ketika tukang sihir telah tua, ia berkata kepada sang raja;
"Sesungguhnya usiaku telah tua dan ajalku telah dekat, karena itu, utuslah kepadaku seorang anak muda agar aku ajari sihir"

Maka diutuslah seorang pemuda yang kemudian ia ajari sihir.
Dan jalan antara raja dan tukang sihir itu terdapat seorang rahib.
Pemuda itu mendatangi rahib dan mendengarkan pembicaraannya. Sang pemuda begitu kagum kepada rahib dan pembicaraannya.

Begitu ia sampai pada tukang sihir karena terlambat serta merta ia dipukulnya seraya bertanya;
"Apa yang menghalangimu?"
Dan bila sampai di rumahnya, keluarganya memukulnya seraya bertanya;
"Apa yang menghalangimu (sehingga terlambat pulang)?"

Lalu ia pun mengadukan halnya kepada sang rahib. Sang rahib berkata;
"Jika tukang sihir ingin memukulmu katakanlah, Aku terlambat karena keluargaku. Dan jika keluargamu hendak memukulmu maka katakanlah, Aku terlambat karena (belajar dengan) tukang sihir."

Suatu kali, ia menyaksikan binatang besar dan menakutkan yang menghalangi jalan manusia sehingga mereka tidak bisa menyeberang.
Maka sang pemuda berkata;
"Saat ini aku akan mengetahui, apakah perintah ahli sihir lebih dicintai oleh Allah ataukah perintah rahib."
Setelah itu ia mengambil batu seraya berkata;
"Ya Allah, jika perintah rahib lebih Engkau cintai dan ridhoi dari perintah tukang sihir maka bunuhlah binatang ini, sehingga manusia bisa menyeberang"
Lalu ia melemparkannya dan binatang itu pun terbunuh, kemudian ia pergi.

Maka ia beritahukan halnya kepada rahib. Lalu sang rahib berkata;
"Wahai anakku, kini engkau telah menjadi lebih utama dari diriku. Kelak, engkau akan di uji. Jika engkau di uji jangan tunjukkan diriku."

Selanjutnya, pemuda itu bisa menyembuhkan orang buta, sopak dan segala jenis penyakit. Allah menyembuhkan mereka lewat kedua tangannya.

Alkisah, ada pejabat raja yang tiba-tiba buta. Ia mendengar tentang pemuda itu, maka ia membawa hadiah yang banyak kepadanya seraya berkata;
"Sembuhkanlah aku, dan engkau boleh miliki semua ini!"
Pemuda itu menjawab;
"Aku tidak bisa menyembuhkan seseorang, yang bisa menyembuhkan adalah Allah Azza wa Jalla. Jika engkau beriman kepada Allah aku berdo'a kepadaNya, niscaya Ia akan menyembuhkanmu."
Lalu ia beriman dan berdo'a kepada Allah dan sembuh.

Kemudian ia datang kepada raja dan duduk di sisinya seperti sedia kala. Sang raja bertanya;
"Wahai Fulan, siapa yang menyembuhkan penglihatanmu?"
Ia menjawab;
"Tuhanku"
Raja berkata; "Saya?"
"Tidak, tetapi Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah." Tegasnya.
Raja bertanya;
"Apakah kamu memiliki Tuhan selain diriku?"
Ia menjawab;
"Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah."

Demikianlah, sehingga ia terus menerus di siksa sampai menunjukkan kepada sang pemuda.
Pemuda itu pun di datangkan, sang raja berkata;
"Wahai anakku, sihirmu telah sampai pada tingkat kamu bisa menyembuhkan orang buta, sopak dan berbagai penyakit lainnya."
Sang pemuda menangkis;
"Aku tidak mampu menyembuhkan seseorang pun, yang menyembuhkan hanyalah Allah Azza wa Jalla."
Raja berkata;
"Aku?"
"Tidak." Kata pemuda.
Ia menjawab;
"Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah."

Lalu ia pun terus di siksa sehingga ia menunjukkan kepada rahib.
Maka rahib di datangkan. Sang raja berkata;
"Kembalilah kepada agamamu semula!"
Ia menolak. Lalu di tengah- tengah kepalanya di letakkan gergaji dan ia belah menjadi dua.

Kepada pejabat yang (dulunya) buta juga di katakan;
"Kembalilah kamu kepada agamamu semula!"
Ia menolak. Lalu di tengah- tengah kepalanya di letakkan gergajih dan ia di belah menjadi dua.

Kepada sang pemuda juga di katakan;
"Kembalilah kamu kepada agamamu semula!"
Ia menolak. Lalu bersama beberapa orang ia kirim ke gunung ini dan itu. (sebelumnya) sang raja berpetuah;
"Ketika kalian sampai ke puncak gunung maka bila ia kembali ke agamanya (biarkan dia). Jika tidak, maka lemparkan dia!"

Mereka pun berangkat. Ketika sampai di ketinggian gunung, sang pemuda berdo'a;
"Ya Allah, jagalah diriku dari mereka, sesuai dengan kehendakMu."
Tiba-tiba gunung itu mengguncang mereka, sehingga mereka tergelincir. Lalu sang pemuda datang mencari sampai bisa bertemu raja kembali.
Raja bertanya;
"Apa yang terjadi dengan kawan-kawanmu?"
Ia menjawab;
"Allah menjagaku dari mereka."

Kembali ia di kirim bersama beberapa orang dalam sebuah perahu kecil.
Sang raja berkata;
"Jika kalian berada di tengah lautan (maka biarkanlah ia) jika kembali ke agama semula. Jika tidak, lemparkan dia ke laut yang luas dan dalam."
Sang pemuda berdo'a;
"Ya Allah, jagalah aku dari mereka, sesuai dengan kehendakMu."
Akhirnya mereka semua tenggelam dan sang pemuda datang lagi kepada raja.
Raja bertanya;
"Apa yang terjadi dengan kawan-kawanmu?"
Ia menjawab;
"Allah menjagaku dari mereka."
Lalu sang pemuda berkata;
"Wahai raja, kamu tidak bisa membunuhku sehingga engkau melakukan apa yang kuperintahkan. Jika engkau melakukan apa yang kuperintahkan maka engkau akan bisa membunuhku. Jika tidak, engkau tak akan bisa membunuhku."
Raja penasaran;
"Perintah apa?"
"Kumpulkan orang-orang di satu padang yang luas, lalu saliblah aku di batang pohon. Setelah itu ambillah anak panahku, lalu ucapkan;
“Bismillahi rabbil ghulam (dengan nama Allah, Tuhan sang pemuda)”"

Maka (raja memanahnya) dan anak panah itu mengenai pelipisnya. Pemuda itu meletakkan tangannya di bagian yang kena panah lalu meninggal dunia.
Maka orang-orang berkata;
"Kami beriman kepada Tuhan sang pemuda. Kami beriman kepada Tuhan sang pemuda!"
Lalu di katakan kepada sang raja;
"Tahukah anda, sesuatu yang selama ini anda takutkan? Kini sesuatu telah tiba, semua orang telah beriman."

Lalu ia memerintahkan membuat parit-parit di beberapa persimpangan jalan, kemudian di nyalakan api di dalamnya. Dan raja pun bertitah;
"Siapa yang beriman kepada agama semula, maka biarkan dia. Jika tidak, maka lemparkanlah dia ke dalamnya."

Maka orang-orang pun menolaknya sehingga mereka bergantian di lemparkan ke dalamnya.
Hingga tibalah giliran seorang wanita bersama bayi yang sedang di susuinya.
Sepertinya, ibu ini enggan terjun ke dalam api. Tiba-tiba sang bayi berkata;
"Bersabarlah wahai ibuku, sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran."” (HR. Ahmad, dalam Al-Musnad; 6116-18. Muslim dan An-Nasa'i dari hadits Hammad bin Salamah. Dan An-Nasa'i serta Hammad bin Zaid menambahkan, yang keduanya dari Tsabit. Dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari jalan Abdurazak dari Ma'mar dari Tsabit dengan sanadnya. Ibnu Ishaq memasukkannya dalam sirah disebutkan bahwa nama pemuda itu adalah Abdullah bin At-Tamir)



Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

Trending Articles