Quantcast
Channel: MENTARI SENJA
Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

KEUTAMAAN ORANG-ORANG FAKIR

$
0
0

Al-Faqih berkata: Abu Bakr Al-Jurjani menceritakan kepada kami, Ahmad bin Abdullah menceritakan kepada kami dari Salim bin Abu Salim dari Kharijah bin Mush'ab dari Zaid bin Aslam dari Anas bin Malik ra, di mana ia berkata:
"Orang-orang fakir mengutus seorang utusan kepada Rasulullah saw, lantas ia berkata; “Wahai Rasulullah, saya adalah utusan orang-orang fakir kepadamu.” Beliau bersabda; “Selamat datang untukmu dan orang-orang yang mengutus kamu, kamu datang dari tengah-tengah kaum yang dicintai Allah.” Ia berkata; “Wahai Rasulullah, orang-orang fakir itu berkata; 'Sesungguhnya orang-orang yang kaya bisa mengerjakan semua amal kebaikan. Mereka bisa berhaji sedangkan kami tidak mampu bershadaqah, dan kami tidak ada kemampuan seperti mereka, dan apabila mereka sakit, mereka bisa memberikan kelebihan hartanya sebagai simpanan'.” Rasulullah saw lantas bersabda; “Sampaikanlah kepada orang-orang fakir bahwa barang siapa yang sabar di antara kamu dan ia ikhlas, maka ia akan mendapatkan tiga kelebihan yang tidak akan didapatkan oleh orang-orang kaya. Adapun kelebihan yang pertama yaitu, bahwa di dalam surga ada suatu kamar yang dibuat dari yaqut yang merah, di mana penghuni surga akan melihat kamar itu sebagaimana penghuni dunia ini melihat bintang-bintang, yang mana kamar itu tidak akan dimasuki kecuali oleh nabi yang fakir. Yang kedua, orang-orang fakir itu akan masuk surga sebelum orang-orang yang kaya masuk sekitar setengah hari, yaitu kira-kira 500 tahun, di mana di dalam surga itu mereka bersuka ria sekehendak hati, dan Nabi Sulaiman as bin Dawud as akan masuk surga sekitar 40 tahun setelah para nabi masuk, karena kerajaan yang Allah karuniakan kepadanya. Kelebihan yang ketiga yaitu, apabila orang fakir mengucapkan, Subhanallah wal-hamdu lillah wa la ilaha illallahu wallahu akbar (Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan Allah Maha Besar) dengan ikhlas dan orang kaya juga mengucapkan bacaan yang serupa, maka orang yang kaya itu tidak dapat mengejar orang yang fakir, meskipun orang yang kaya itu bershadaqah 10.000 dirham, demikian pula pada semua amal kebaikan.” Kemudian utusan itu kembali ke tengah-tengah mereka lantas memberitahukan hal itu kepada mereka, lantas mereka berkata; “Wahai Tuhan, kami merasa puas, wahai Tuhan kami merasa puas, kami merasa puas.”"

Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Yahya bin Sulaiman menceritakan kepadaku dari Imram bin Muslim, di mana ia berkata:
"Abu Dzarr memberitahukan kepadaku, di mana ia berkata; “Saya dipesan oleh Rasulullah saw untuk senantiasa mengerjakan tujuh macam perbuatan dan jangan sampai saya meninggalkannya, yaitu;
(1). Saya dipesan untuk mencintai orang-orang miskin dan mendekati mereka,
(2). Supaya saya melihat orang yang di bawahku dan tidak melihat orang yang di atasku,
(3). Supaya saya menyambung persaudaraan, meskipun mereka menjauh dan memutuskannya,
(4). Supaya saya memperbanyak ucapan; "La haula wa la quwwata illa billah (Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali pertolongan Allah.)" karena itu termasuk perbendaharaan kebaikan,
(5). Supaya saya tidak minta sesuatu kepada orang lain,
(6). Supaya saya tidak takut dalam (melaksanakan hukum) Allah, (tidak mempedulikan) celaan orang yang mencela,
(7). Supaya saya berkata benar, meskipun pahit.”

Apabila pecut Abu Dzarr jatuh dari tangannya, ia enggan untuk minta tolong kepada seseorang untuk mengambilkannya.

Al-Faqih berkata: Dengan sanad seperti tersebut di atas, Ibrahim menceritakan kepada kami, Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami dari Al-A'masy dari Khaitsamah, di mana ia berkata:
"Malaikat berkata; “Wahai Tuhan, lapangkanlah dunia dan jauhkanlah bala' bagi hambaMu yang kafir.” Kemudian Allah berfirman kepada malaikat; “Lihatlah siksaanya.” Ketika malaikat melihat siksaan orang kafir, malaikat berkata; “Kesenangan dunia itu sama sekali tidak akan berpengaruh pada siksaanya.” Malaikat juga berkata; “Wahai Tuhanku, jauhkanlah dunia dan hadapkan bala' bagi hambaMu yang mukmin.” Kemudian Allah berfirman kepada malaikat; “Lihatlah pahalanya.” Ketikaj malaikat melihat pahala orang fakir, malaikat berkata; “Kesengsaraan dunianya itu sama sekaji tidak akan berpengaruh pada kesenangan di akhirat.”"

Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami dengan sanadnya dari Abu Dzarr Al-Ghiffari, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Orang-orang yang banyak hartanya itu adalah orang-orang yang paling bawah, kecuali orang yang berkata; “Dengan harta ini begini, dan begitu.” Beliau mengulanginya empat kali (maksudnya untuk bershadaqah ke kanan, ke kiri, ke depan, dan ke belakang). Dan sedikit sekali di antara mereka (yang seperti itu)."

Al-Faqih mengomentari hadits tersebut, yaitu bahwa apabila orang kaya itu berada di surga, maka ia berada di bawah tingkatan orang fakir dan bila di neraka, maka ia berada di tingkatan neraka yang paling bawah, kecuali orang yang suka bershadaqah ke kanan, ke kiri, ke depan, dan ke belakang, namun sedikit sekali orang kaya yang seperti itu, karena setan menghalang-halangi mereka untuk menginfakkan harta.

Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Sesungguhnya setan berkata; “Orang yang kaya itu tidak akan selamat dari tiga hal, yaitu;
(1). Adakalanya aku memperhiasi di dalam pandangannya, maka ia tidak mau mengeluarkan haknya,
(2). Adakalanya aku ringankan tangannya, maka ia mengeluarkannya tidak pada tempatnya,
(3). Adakalanya aku cintakan di dalam hatinya, maka ia berusaha (untuk mendapatkannya) tanpa dengan (jalan) yang halal.”"

Diriwayatkan dari Abu Darda ra, bahwasanya ia berkata:
"Ketika Nabi saw diutus, saya adalah seorang pedagang lalu saya ingin mengumpulkan antara berdagang dan bericdah, namun keduanya tidak bisa berkumpul, kemudian saya tinggalkan berdagang dan saya tekun beribadah. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamanNya, saya tidak suka mempunyai toko di depan pimtu masjid, sehingga saya tidak akan ketinggalan shalat berjama'ah dan memperoleh untung 40 dinar setiap hari, lalu saya shadaqahkan pada jalan Allah." Sewaktu ditanyakan: "Kenapa kamu tidak suka?" Abu Dzarr menjawab: "Karena beratnya hisab nanti di akhirat."

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwasanya beliau berdoa:
"Wahai Allah, siapa yang mencintai aku semoga dikaruniai rezeki yang cukup dan sopan, dan siapa yang membenci aku semoga dikaruniai harta dan anak yang banyak."

Diriwayatkan dari Nabi saw bahwasanya beliau bersabda:
"Kefakiran itu sulit di dunia, senang di akhirat, dan kekayaan itu senang di dunia, sulit di akhirat."

Anas bin Malik ra meriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Sesungguhnya bagi setiap orang itu ada kesukaanh dan kesukaanku ada dua, yaitu; Fakir dan jihad. Oleh karena itu, barang siapa yang mencintai keduanya, maka berarti ia mencintai aku, dan barang siapa yang membenci keduanya, maka berarti ia membenci aku."

Oleh karena itu, setiap muslim walaupun kaya, hendaknya mencintai orang-orang fakir, karena dengan mencintai orang-orang fakir berarti mencintai Rasulullah saw dan Allah Ta'ala memerintahkan rasulNya untuk mencintai dan dekat dengan orang-orang fakir. Allah Ta'ala berfirman:
"Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaanNya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas." (QS. Al-Kahfi, 18:28)

Sebab turunnya ayat ini adalah bahwa Uyainah bin Hishin Al-Farizi, pemimpin suku bangsanya, masuk ke rumah Rasulullah saw dan di situ ada Salman Al-Farisi, Shuhaib bin Sinan Ar-Rumi, Bilal bin Hamamah Al-Habasyi dan sahabat-sahabat yang lemah, di mana mereka memakai pakaian kumal dan bau keringat, kemudian Uyainah berkata: "Kami adalah bangsawan, maka bila kami masuk ke rumahmu, maka suruhlah keluar orang-orang miskin seperti mereka karena bau mereka mengganggu kami, dan berilah kami waktu tersendiri untuk duduk bersama kamu." Akan tetapi Allah melarang beliau untuk mengeluarkan mereka melalui firmanNya seperti pada ayat tersebut di atas.

Allah Ta'ala memerintahkan nabiNya untuk duduk bersama-sama dengan orang-orang fakir dan dekat dengan mereka. Dan hal ini berlaku bagi semua kaum muslimin yang fakir sampai hari kiamat. Oleh karena itu, setiap muslim harus mencintai dan berbuat baik kepada orang-orang faki, dan menjadikan mereka sebagai orang-orang yang terkemuka, karena mereka adalah orang-orang yang terkemuka di si Allah, dan diharapkan syafa'at mereka.

Al-Hasan meriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Nanti pada hari kiamat akan didatangkan lalu Allah Ta'ala berdalih kepadanya sebagaimana seseorang yang berada di dunia ini berdalih kepada orang lain, di mana Allah Yang Maha Agung kekuasaanNya dan Maha Besar urusanNya berfirman; “Demi kemuliaan dan keagunganKu, akan tetapi karena Aku telah menyediakan kemuliaan dan keutamaan bagimu. Wahai hambaKu, keluarlah ke barisan-barisan itu dan carilah orang yang pernah memberi memberi makan kepadamu karena Aku, atau orang yang pernah memberi pakaian kepadamu karena Aku, di mana mereka melakukannya ikhlas karena Aku semata, maka peganglah tangannya, dan ia adalah menjadi hakmu.” Waktu itu orang-orang sedang tenggelam dalam peluh, lalu orang itu mencari orang yang pernah memberi makan atau pakaian kepadanya, lantas ia memegang tangan orang itu dan memasukkannya ke surga."

Diriwayatkan dari Al-Hasan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Banyak-banyaklah berkenalan dengan orang-orang fakir dan jadikanlah mereka itu orang-orang yang terkemuka, karena sesungguhnya mereka mempunyai kekuasaan." Beliau bersabda: "Nanti pada hari kiamat, dikatakan (kepada mereka); “Carilah orang yang pernah memberi sesuap makanan kepadamu, memberi seteguk air kepadamu, dan memberi sepotong pakaian, lantas peganglah tangannya kemudian masukkanlah ia ke dalam surga.”"

Perlu diketahui bahwa orang-orang fakir itu mempunyai lima kemuliaan, yaitu:

  1. Pahala amalnya lebih banyak daripada pahala amal-amal orang kaya, baik shalat, shadaqah maupun amal-amal yang lain.
  2. Apabila ia menginginkan sesuatu, kemudian tidak tercapai maka dicatat pahala untuknya.
  3. Mereka lebih dulu masuk surga.
  4. Hisabnya di akhirat lebih ringan.
  5. Penyesalannya hanya sedikit saja. Oleh karena itu, nanti di akhirat orang-orang yang kaya ingin seperti orang-orang fakir, sedangkan orang-orang fakir tidak ingin seperti orang-orang kaya. Banyak hadits yang menyebutkan hal tersebut di atas.

Zaid bin Aslam ra meriwayatkan, di mana ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
"Shadaqah satu dirham itu lebih utama daripada (shadaqah) 100.000 dirham." Beliau ditanya: "Bagaimana hal itu terjadi wahai Rasulullah?" Beliau bersabda: "Seseorang yang mengeluarkan 100.000 dirham dari kekayaannya yang melimpah lalu ia menshadaqahkannya, dan seseorang yang mengeluarkan satu dirham dari dua dirham dengan senang hati padahal ia tidak memiliki yang lainnya lagi, maka orang yang bershadaqah satu dirham itu lebih utama daripada orang yang bershadaqah 100.000 dirham."

Diriwayatkan dari Al-Hasan dari Nabi saw:
"Bahwasanya beliau ditanya oleh seorang sahabatnya; “Apabila kami melihat sesuatu yang kami ingini lalu kami tidak bisa mencapainya, apakah kami mendapatkan pahala?” Beliau menjawab; “Dengan amalan apa kamu akan mendapatkan pahala bila dalam hal seperti itu kamu tidak mendapatkan pahala?”"

Adl-Dlahak berkata: "Barang siapa yang masuk pasar kemudian ia melihat sesuatu yang diingini lalu ia sabar dan mengharap pahala dari Allah, maka hal itu lebih baik baginya daripada 100.000 dinar yang semuanya diinfakkan pada jalan Allah."

Dalil yang menunjukkan keutamaan orang-orang fakir adalah firman Allah Ta'ala:
"Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat." (QS. An-Nur, 24:56)
Maksudnya dirikanlah shalat untuk Allah dan tunaikanlah zakat untuk orang-orang fakir. Jadi, Allah memperhubungkan hak orang-orang fakir dengan hakNya sendiri.

Ada yang mengatakan bahwa orang fakir itu merupakan dokternya orang kaya, karena bila si kaya sedang sakit lantas ia bershadaqah kepada si fakir, lantas si kaya sembuh karenanya. Orang fakir merupakan pencuci bagi orang kaya, karena bila si kaya bershadaqah dan diberikan kepada si fakir, maka si kaya akan bersih dari dosa-dosanya dan bisa membersihkan harta bendanya. Orang fakir merupakan penghubung bagi orang kaya, karena bila si kaya bershadaqah kepada si fakir yang pahalanya disampaikan kepada kedua orang tuanya atau sanak kerabatnya, maka pahala itu akan sampai kepada orang-orang yang telah meninggal dunia, maka si fakir menjadi penghubung kepada orang-orang yang sudah mati. Orang fakir juga merupakan penjaga bagi orang yang kaya, karena bila si kaya bershadaqah kepada si fakir, maka harta si kaya akan terjaga berkat doa si fakir.

Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Maukah kamu aku beritahu tentang raja-raja surga?" Para sahabat berkata: "Ya." Beliau bersabda: "Mereka adalah orang-orang lemah yang dianiaya, di mana mereka tidak diterima untuk mengawini perempuan-perempuan yang terpandang, dan pintu-pintu yang tertutup tidak dibukakan untuk mereka. Salah seorang di antara meninggal dunia sedangkan kebutuhannya (keinginannya) masih bergejolak di dalam dadanya (belum kesampaian). Seandainya ia bersungguh-sungguh bermohon kepada Allah, niscaya Allah mengabulkannya."

Ibnu Abbas ra berkata: "Terkutuklah orang yang memuliakan orang karena kekayaannya, dan menghina orang karena kefakirannya."

Diriwayatkan dari Abu Darda, di mana ia berkata: "Kami tidak adil terhadap teman-teman kami yang kaya, karena mereka makan dan kami juga makan, mereka minum kami juga minum, mereka berpakaian kami juga berpakaian, dan mereka mempunyai kelebihan harta yang mereka pandang dan kami juga ikut memandangnya bersama mereka. Akan tetapi mereka akan dihisab sedangkan kami bebas dari hisab."

Dari Syaqiq Az-Zahid, bahwasanya ia berkata: "Orang-orang fakir memilih tiga hal, dan orang-orang kaya juga memilih tiga hal. Orang-orang fakir memilih ketenangan jiwa, kekosongan hati, dan ringannya hisab. Sedangkan orang-orang yang kaya memilih letihnya pikiran, sibuknya hati, dan beratnya hisab."

Diriwayatkan dari Hatim Az-Zahid, ia mengatakan bahwa barang siapa yang mengakui empat hal tanpa mengerjakan yang empat, maka ia adalah bohong dari pengakuannya. Keempat hal itu, adalah:

  1. Orang yang mengaku mencintai Allah tanpa mau meninggalkan apa-apa yang dilarang olehNya.
  2. Orang yang mengaku ingin surga tanpa mau menginfakkan hartanya untuk taat kepada Allah.
  3. Orang yang mengaku mencintai Rasulullah saw tanpa mau mengikuti sunahnya.
  4. Orang yang mengaku ingin derajat tanpa mau bergaul dengan orang-orang fakir dan miskin.

Salah seorang cendekiawan berkata: "Empat macam orang yang siapa termasuk di dalamnya ia terhalang dari kebaikan, yaitu:

  1. Orang yang sombong terhadap orang yang berada di bawahnya.
  2. Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya.
  3. Orang yang menghina kepada orang asing.
  4. Orang yang menghina orang miskin karena kemiskinannya."

Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Allah Ta'ala tidaklah mewahyukan kepadaku supaya aku mengumpulkan harta dan aku menjadi pedagang, akan tetapi Allah mewahyukan kepadaku (dengan perintah); Sucikanlah dengan memuji kepada Tuhanmu dan jadilah kamu termasuk orang-orang yang sujud. Sembahlah Tuhanmu, sehingga yang yakin itu (kematian) mendatangi kamu."

Al-Faqih berkata: Abu Ja'far meriwayatkan kepada kami dengan sanadnya dari Abu Sa'id Al-Khudri ra, bahwasanya ia berkata; "Wahai manusia, janganlah kesulitan itu mendorong kamu untuk mencari rezeki yang tidak halal, karena saya mendengar Rasulullah saw berdo;
“Wahai Allah, matikanlah aku sebagai orang fakir, dan janganlah Engkau mematikan aku sebagai orang kaya. Kumpulkanlah aku nanti pada hari kiamat dalam rombongan orang-orang miskin. Sesungguhnya orang yang paling celaka adalah orang yang kefakiran dunia dan siksaan akhirat berkumpul pada dirinya.”"

Diriwayatkan dari Umar bin Al-Khaththab ra, bahwa ketika disampaikan kepadanya hasil rampasan perang Qadisiyah, ia memeriksanya dan memandanginya lalu menangis. Abdur Rahman bin Auf bertanya: "Wahai Amirul Mukminin, hari ini adalah hari gembira dan bahagia, tetapi kenapa kamu menangis?" Ia menjawab: "Benar, tetapi tiada suatu kaum yang diberi barang rampasan ini, melainkan akan terjadi permusuhan dan kebencian di antara mereka."

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Setiap manusia itu mempunyai fitnah (ujian), dan fitnah umatku adalah harta."

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang fakir, dan makhluk yang paling dicintai oleh Allah adalah para nabi, karena itu Allah menguji mereka dengan kefakiran."

Al-Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepada kami, Abul Hasan Al-Farra' meriwayatkan kepada kami dengan sanadnya dari Al-Hasan Al-Bashri, di mana ia berkata:
"Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa bin Imran as, yang berbunyi; “Ada salah seorang di antara orang-orang yang Aku cintai sedang mati, maka carilah lalu kafani, mandikan, dan kuburkanlah.” Kemudian Nabi Musa mencarinya di daerah itu, namun beliau tidak menemukannya. Beliau lalu mencarinya ke kampung-kampung, tetapi tidak juga menemukannya. Kemudian beliau melihat sekelompok penggali tanah, lalu beliau bertanya; “Apakah kamu melihat ada orang yang kemarin sakit atau hari ini meninggal dunia?” Salah seorang di antara mereka menjawab; “Ya, di tempat pembongkaran itu ada orang yang sakit, barangkali itu yang kamu maksud.” Beliau menjawab; “Ya, benar.” Beliau lantas pergi ke tempat yang ditunjukkan oleh penggali tanah tadi, dan di situ beliau melihat seseorang yang sedang sakit dengan berbantalkan bata merah itu, kemudian Nabi Musa as berdiri dan menangis seraya berkata; “Wahai Tuhan, Engkau menyatakan bahwa orang ini adalah termasuk hambaMu yang sangat Engkau cintai, tetapi saya tidak melihat ada seseorang di sampingnya yang merawatnya?” Lalu Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as; “Sesungguhnya apabila Aku mencintai hambaKu, maka Aku jauhkan dunia daripadanya.”

Diriwayatkan dari Ubbad bin Katsir dari Al-Hasan, bahwasanya ia berkata: "Pada mulanya iblis mengambil uang emas, lalu diletakkan di depan kedua matanya sambil berkata; “Barang siapa yang mencintai kamu, maka ia adalah hambaku.”"

Abdul Mun'im meriwayatkan dari Idris dari ayahnya dari Wahb bin Munabbih, ia berkata: "Iblis mendatangi Nabi Sulaiman bin Dawud as dalam bentuk orang tua, lalu Sulaiman bertanya kepadanya; “Beritahukanlah kepadaku, apa yang akan kamu perbuat terhadap umat Isa bin Maryam?” Iblis menjawab; “Saya akan menganjurkan mereka supaya menyembah dua tuhan selain Allah Ta'ala.” Nabi Sulaiman berkata lagi; “Apakah yang akan kamu perbuat terhadap umat Muhammad?” Iblis menjawab; “Saya akan menganjurkan mereka untuk mencintai dinar dan dirham (harta benda), sehingga harta itu lebih mereka senangi daripada kalimat La ilaha illallah.” Nabi Sulaiman lalu berkata; “Aku berlindung kepada Allah dari tipu dayamu.” Kemudian beliau melihatnya, namun iblis telah pergi."

Al-Faqih berkata: "Orang fakir harus mengerti karunia Allah kepadanya, dan mengetahui bahwa Allah memalingkan dunia daripadanya untuk kemuliaannya di sisi Allah. Allah memuliakannya sebagaimana kemuliaan yang dikaruniakan kepada para nabi dan wali. Orang fakir hendaknya mengucapkan al-hamdu lillah, tidak mengeluh, dan sabar terhadap kesempitan hidup yang menimpa dirinya. Ia hendaknya mengetahui janji Allah di akhirat itu lebih baik baginya daripada kesempitan yang menimpanya di dunia. Seandainya bagi kefakiran itu tidak ada keutamaan lain selain mengikuti jejak Rasulullah saw, niscaya hal itu sudah merupakan perbuatan yang sangat utama."

Al-Faqih berkata: "Orang yang dapat dipercaya menceritakan kepadaku dengan sanadnya dari Thawus dari Ibnu Abbas ra, di mana ia berkata;
"Pada suatu waktu Rasulullah saw duduk-duduk bersama-sama dengan Malaikat Jibril as, lalu Jibril berkata; “Ini akan ada malaikat yang turun dari langit, yang sebelumnya sama sekali belum pernah turun. Ia minta izin kepada Tuhannya untuk berziarah kepadamu.” Tidak lama, kemudian datanglah malaikat itu lalu mengucapkan; “As-salamu 'alaika ya Rasulullah.” Beliau menjawab; “Wa 'alaikas-salam.” Malaikat itu berkata; “Allah Ta'ala menyuruh kamu untuk memilih antara diberi bendaharaan segala sesuatu dan kunci segala sesuatu yang belum pernah diberikan kepada orang yang sebelum kamu dan tidak akan diberikan kepada orang yang sesudah kamu tanpa sedikit pun mengurangi apa yang telah disediakan untukmu di akhirat, atau Allah akan mengumpulkannya bagimu nanti pada hari kiama?” Kemudian Nabi saw menjawab; “Supaya Allah mengumpulkannya buat saya nanti pada hari kiamat.”"

Diriwayatkan dari Salim dari Abdul Wahab bin Bajid, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Telah ditawarkan kepadaku dataran Makkah ini menjadi emas dan perak, lalu aku berkata; “Wahai Tuhanku, (lebih baik) aku kenyang satu hari dan lapar satu hari, di mana aku akan memujiMu jika kenyang, dan akan memohon kepadaMu jika lapar.”"

Wabillahit taufiq.


---o0o---



Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

Trending Articles