Quantcast
Channel: MENTARI SENJA
Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

BERPALING DARI DUNIA

$
0
0

Al-Faqih berkata: Abu Ja'far menceritakan kepada kami, Muhammad bin 'Aqil menceritakan kepada kami, Muhammad bin Isma'il Ash-Sha'igh menceritakan kepada kami, Al-Hajjaj menceritakan kepada kami, Syu'bah menceritakan kepada kami dari 'Amr Zaid bin Tsabit ra dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Barang siapa yang niatnya untuk akhirat, maka Allah akan Menghimpun baginya semua, Allah menjadikan kekayaan pada hatinya, dan dunia akan datang kepadanya dengan sendirinya. Dan barang siapa yang niatnya untuk dunia, maka Allah akan menceraiberaikan urusannya, Allah menjadikan kefakiran di depan kedua matanya, dan dunia tidak akan datang kepadanya, kecuali apa yang telah di tentukan untuknya."

Al-Faqih berkata: Abu Ja'far menceritakan kepada kami, Muhammad bin Aqil menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ali menceritakan kepada kami, Abu Ghassan An-Nahdi menceritakan kepada kami dari Al-Aswad bin Qais, di mana ia berkata: Saya mendengar Jundub berkata:
"Umar ra masuk ke rumah Nabi saw sedangkan beliau berada di atas tikar, dan kedua pinggang beliau membekas, lalu Umar ra menangis. Kemudian Nabi saw bertanya; “Apa yang menyebabkan kamu menangis, wahai Umar?” Ia berkata; “Saya teringat Kisra dan Kaisar dengan segala kemewahan dunianya, sedangkan engkau yang utusan Allah pinggangmu berbekas garis-garis tikar.” Nabi saw bersabda; “Mereka adalah orang-orang yang kesenangannya dicepatkan di dalam kehidupan dunia ini, sedangkan kami adalah orang-orang yang kesenangannya ditangguhkan nanti di akhirat.”"

Al-Faqih berkata: Abu Ja'far menceritakan kepada kami, Ali bin Ahmad menceritakan kepada kami, Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Ya'la bin Isma'il menceritakan kepada kami dari Dzarr dari Zubaid, di mana ia berkata: Ali ra berkata:
"Sesungguhnya yang saya khawatirkan atas kamu ada dua, yaitu; Panjang angan-angan dan menuruti hawa nafsu, karena sesungguhnya dunia itu sudah berjalan ke belakang, sedangkan akhirat akan kita hadapi. Masing-masing dari dunia dan akhirat akan kita hadapi. Masing-masing dari dunia dan akhirat mempunyai anak-anak, maka jadilah kamu anak-anak akhirat, dan jangan menjadi anak-anak dunia, karena sesungguhnya hari-hari di dunia itu adalah saat untuk beramal dan tidak ada hisab, sedangkan nanti di akhirat adalah saat untuk hisab dan tidak ada amal."
Maksudnya perbanyaklah amal saat ini, karena nanti di akhirat kita tidak akan bisa menambah amal.

Al-Faqih berkata: Abu Ja'far menceritakan kepada kami, orang yang dapat dipercaya menceritakan kepada kami dengan sanadnya dari Al-Hasan Al-Bashri, di mana ia berkata:
"Saya mencari khutbah Nabi saw yang biasa beliau ucapkan dalam setiap Jum'at selama 40 tahun, namun saya tidak mendapatkannya. Kemudian saya mendengar ada salah seorang sahabat Anshar mengetahui khutbah Nabi saw, lalu saya datang kepadanya: "Apakah benar kamu mendengar khutbah Nabi saw yang biasa beliau ucapkan dalam setiap Jum'at?" Ia menjawab: "Ya, saya mendengar, Rasulullah saw bersabda:
“Wahai manusia, sesungguhnya bagi kamu telah ada rambu-rambu, maka berhentilah pada rambu-rambu itu. Sesungguhnya bagimu ada batas, maka berhentilah pada batas itu. Seorang hamba yang beriman itu berada di antara dua ketakutan, yaitu antara masa yang telah lalu, di mana ia tidak mengetahui bagaimana Allah akan berbuat dengannya, dan masa yang akan datang, di mana ia juga tidak mengetahui apa yang Allah tetapkan pada masa yang akan datang itu. Oleh karena itu, maka seorang hamba hendaknya berbekal untuk kepentingan dirinya sendiri, dari masa hidupnya untuk matinya, dari masa mudanya untuk masa tuanya, dan dari dunianya untuk akhiratnya. Sesungguhnya dunia itu diciptakan untuk kamu, sedangkan kamu diciptakan untuk akhirat. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamanNya, apa sesudah mati orang akan minta kerelaan? Sesudah dunia tidak ada tempat, kecuali surga atau neraka. Aku ucapkan perkataanku ini, dan aku memohon kepada Allah untukku dan untukmu.”"

Diceritakan dari Sahl bin Abdullah At-Tustari, bahwasanya ia biasa membelanjakan hartanya dalam Taat kepada Allah Ta'ala, lalu ibu dan saudara-saudaranya datang kepada Abdullah bin Al-Mubarak menyampaikan keluhan atas tindakan Sahl, di mana mereka berkata: "Orang itu tidak pernah sayang bila bershadaqah dan kami khawatir nanti dia menjadi fakir." Kemudian Abdullah datang kepada Sahl untuk menyampaikan keluhan ibu dan saudara-saudaranya, akan tetapi Sahl berkata kepadanya: "Wahai ayah Abdur Rahman, bagaimana pendapatmu bila ada seseorang dari warga suatu kota telah membeli kebun di tempat lain dan ia ingin pindah ke tempat lain itu, apakah ia akan meninggalkan sesuatunya di kota, padahal ia akan menetap di tempat yang lain?" Abdullah lalu kembali dan berkata kepada ibu dan saudara-saudara Sahl: "Sahl telah mengalahkan kamu."
Di sini maksudnya bahwa bila seseorang ingin pindah ke suatu tempat, maka ia tidak akan meninggalkan segala sesuatunya di kota. Demikian pula bila seseorang yang akan pindah ke dunia akhirat, maka ia tidak perlu meninggalkan segala sesuatunya di dunia.

Al-Faqih berkata: "Barang siapa yang berakal sehat, maka ia rela dengan hidup sederhana di dunia, tidak sibuk mengumpulkan dunia, tetapi sibuk mengerjakan amalan-amalan akhirat, karena akhirat adalah tempat yang kekal dan tempat segala kenikmatan, sedangkan dunia ini akan rusak, tipuan dan fitnah."

Juwaibir meriwayatkan dari Adl-Dlahak, di mana ia berkata: "Ketika Allah menurunkan Adam dan Hawa ke bumi dan keduanya mencium bau busuknya dunia dan kehilangan harumnya surga, keduanya pingsan selama 40 hari, karena bau busuknya dunia."

Diriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Sungguh sangat mengherankan bagi seseorang yang membenarkan dengan adanya tempat yang kekal, sedangkan ia bekerja untuk tempat yang penuh tipuan."

Diriwayatkan dari Muhammad bin Al-Munkadir dari Jabir bin Abdullah ra, di mana ia berkata:
"Saya menghadiri salah satu Majlis Rasulullah saw, tiba-tiba datang kepada beliau seorang laki-laki yang putih mukanya, bagus rambutnya dengan mengenakan pakaian putih, lantas mengucapkan; “As-salamu 'alaikum ya Rasulullah.” Nabi saw menjawab; “Wa 'alaikas-salamu wa rahmatullah.” Ia lalu bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah dunia itu?” Beliau menjawab; “Impian orang yang sedang tidur, sedangkan penghuninya akan dibalas dan disiksa.” Ia bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah akhirat itu?” Beliau menjawab; “Tempat yang kekal abadi, sebagian berada di surga dan sebagian di neraka.” Ia bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah surga itu?” Beliau menjawab; “Penganti dunia bagi orang yang meninggalkannya, kenikmatannya kekal abadi.” Ia bertanya; “Apakah neraka itu?” Beliau menjawab; “Pengganti dunia bagi orang yang mencarinya, penghuni neraka itu tidak akan bisa terpisah dengannya selama-lamanya.” Ia bertanya; “Lalu siapakah yang terbaik dari umat ini?” Beliau menjawab; “Seorang yang selalu beramal untuk taat kepada Allah sewaktu di dunia.” Ia bertanya; “Maka bagaimana seharusnya ia berada di dunia?” Beliau menjawab; “Bersungguh-sungguh seperti orang yang mengejar kafilah.” Ia bertanya; “Berapa lama ia hidup di dunia?” Beliau menjawab; “Kira-kira seperti orang yang tertinggal dari kafilah.” Ia bertanya; “Berapa lama antara dunia dan akhirat?” Beliau menjawab; “Seperti sekejap mata.” Jabir berkata: "Kemudian orang laki-laki itu pergi dan tidak kelihatan, lalu Rasulullah saw bersabda; “Itu adalah Jibril yang datang kepadamu untuk menzuhudkan kamu terhadap dunia dan menggemarkan kamu terhadap akhirat.”"

Diriwayatkan bahwasanya Nabi Ibrahim as ditanya: "Karena apa saja Allah memilih kamu sebagai khalilullah?" Beliau menjawab: "Dengan tiga hal, yaitu;
(1). Bila aku disuruh memilih dua hal, maka aku tidak memilih melainkan aku memilih yang karena Allah dengan mengabaikan yang lain,
(2). Aku tidak pernah risau terhadap urusan dunia yang sudah dijamin oleh Allah,
(3). Aku tidak pernah makan pagi atau sore melainkan bersama-sama dengan tamu."

Salah seorang cendekiawan berkata: "Hidupnya hati itu dengan empat hal, yaitu; ilmu, ridha, qana'ah dan zuhud.

Ilmu dapat mengantarkan kepada ridha, ridha mengantarkan kepada qana'ah, dan qana'ah mengantarkan kepada zuhud, yakni menganggap dunia itu remeh (tidak rakus terhadap dunia). Zuhud itu ada tiga macam, yaitu:

  1. Mengenal dunia, kemudian meninggalkannya.
  2. Beribadah kepada Allah, kemudian beradab kepadaNya.
  3. Rindu kepada akhirat, kemudian berusaha mencarinya.

Yahya bin Mu'adz Ar-Razi berkata: "Hikmah itu turun dari langit masuk ke dalam semua hati, kecuali hati yang di dalamnya terdapat empat hal, yaitu;

  1. Condong kepada dunia.
  2. Risau terhadap hari esok.
  3. Dengki kepada saudara.
  4. Cinta kedudukan.

Diceritakan pula dari Yahya, bahwasanya ia berkata: "Orang yang mempunyai akal sempurna itu adalah orang yang mengerjakan tiga hal, yaitu;

  1. Meninggalkan dunia sebelum ia benar-benar meninggalkannya.
  2. Membangun kubur sebelum ia dimasukannya.
  3. Merasa senang kepada Allah sebelum ia berjumpa denganNya.

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib kw, bahwasanya ia berkata: "Barang siapa yang mengumpulkan enam hal, maka ia benar-benar mencari surga dan lari dari neraka, keenam hal itu, adalah:

  1. Mengenal Allah Ta'ala lalu taat kepadaNya.
  2. Mengenal setan lalu menentangnya.
  3. Mengenal kebenaran lalu mengikutinya.
  4. Mengenal kebatilan lalu menjauhinya.
  5. Mengenal dunia lalu mengabaikannya.
  6. Mengenal akhirat lalu mencarinya.

Ja'far Muhammad meriwayatkan dari ayahnya dari kakeknya dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Wahai Ali, empat hal termasuk tanda celaka, yaitu; Keringnya air mata, kerasnya hati, cinta dunia, dan jauh angan-angan."

Diriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Seandainya dunia di sisi Allah sebanding dengan satu sayap nyamuk, maka Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir walau seteguk."

Diriwayatkan dari Syahr bin Hausyab dari Abdur Rahman bin Utsman, di mana ia berkata: "Pada suatu pagi setalah Rasul Allah saw mengerjakan shalat subuh di dekat pembuangan sampah, beliau melihat ada ulat bergerak di situ, kemudian beliau memegang untanya, sehingga orang-orang bangkit, lantas beliau bertanya; “Bukankah kamu mengetahui bahwa orang-orang di tempat ini jijik terhadap ulat ini?” Para sahabat menjawab; “Benar, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda;
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggamanNya, sungguh dunia itu di sisi Allah lebih hina daripada ulat ini di sisi orang yang berada di tempat ini.”"

Diriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
Dunia itu merupakan penjara bagi orang yang beriman, kubur merupakan bentengnya dan surga merupakan tempat tinggalnya. Dunia itu merupakan surga bagi orang kafir, kubur merupakan penjaranya dan neraka merupakan tempat tinggalnya."

Al-Faqih mengomentari hadits di atas, yaitu bahwa orang yang beriman, meskipun dia kaya dan mewah, namun bila dibandingkan dengan nikmat dan kemewahan di surga, maka seolah-olah dia berada di dalam penjara, karena ketika orang yang beriman itu berada dalam keadaan sakaratul maut, diperlihatkan kepadanya surga. Ketika dia melihat kenikmatan dan kemuliaan yang disediakan oleh Allah di dalam surga itu, dia merasa bahwa hidup di dunia ini seolah-olah hidup dalam penjara. Sedangkan orang kafir, ketika dia berada dalam keadaan sakaratul maut, diperlihatkan kepadanya neraka. Ketika dia melihat siksaan yang diancamkan oleh Allah di dalam neraka itu, dia merasa bahwa hidup di dunia ini seolah-olah hidup di surga.

Oleh karena itu, orang yang berakal sehat tidak akan senang hidup di dalam penjara dan tidak akan mencari kesenangan di dalam penjara. Orang yang berakal sehat hendaknya memperhatikan perumpamaan mengenai dunia ini sebagaimana yang telah diberikan oleh Allah melalui ayat Al-Qur'an, oleh Rasulullah melalui sabdanya, dan juga oleh para cendekiawan. Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu hanya seperti air (hujan) yang kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang yang berfikir." (QS. Yunus, 10:24)

Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau didatangi seseorang dari Syam, lalu beliau menanyakan kepadanya tentang luasnya tanah. Orang itu pun memberitahukan kepada beliau tentang luas tanah dan berbagai kenikmatan yang ia rasakan. Kemudian beliau bertanya: "Apa yang kamu perbuat?" Ia menjawab: "Saya memasak berbagai macam makanan dan memakannya." Beliau bertanya: "Kemudian jadi apa makanan itu?" Ia menjawab: "Sebagaimana yang telah engkau ketahui wahai Rasulullah." yakni kencing dan kotoran. Beliau lalu bersabda: "Itulah perumpamaan dunia."

Diriwayatkan dari Yahya bin Mu'adz Ar-Razi, bahwasanya ia berkata: "Dunia itu merupakan ladang kepunyaan Tuhan semesta alam, orang-orang di dunia merupakan tanamannya, kematian merupakan cangkulnya, malakul maut merupakan pengetamnya, kubur merupakan lumbungnya, kiamat merupakan lesungnya dan surga atau neraka merupakan tempat pemuasnya, sebagian berada di surga dan sebagian lagi berada di neraka."

Diceritakan dari Luqman Al-Hakim berpesan kepada anaknya: "Wahai anakku, sesungguhnya dunia ini adalah samudera yang dalam, di mana telah banyak orang yang tenggelam, maka jadikanlah takwa kepada Allah Ta'ala sebagai kapalmu."

Seorang penyair mengatakan:

"Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang cerdas, di mana mereka menceritakan dunia dan takut fitnah."
"Mereka memperhatikan apa yang ada di dunia, dan ketika mereka mengetahui bahwa dunia ini bukan tempat hidup yang abadi."
"Maka mereka mengumpamakan dunia ini sebagai lautan, dan menggunakan amal shalih sebagai kapal di dalam lautan."

Dalam hal ini, amal shalih sebagai barang dagangan yang dibawa, kerajinan beramal sebagai keuntungan, hari-hari sebagai gelombang, tawakkal sebagai naungan, kitabullah sebagai kompas (petunjuk jalan), menahan hawa nafsu sebagai tali ikat, mati sebagai pantai, kiamat sebagai tempat berdagang yang dituju, dan Allah sebagai pemiliknya.

Diriwayatkan dari Al-Fudlail dari Iyadl, bahwasanya ia berkata: "Kami pernah mendengar bahwa nanti pada hari kiamat dunia ini didatangkan dengan perhiasan yang mewah, lalu ia berkata; “Wahai Tuhan, jadikanlah saya tempat bagi hamba-hambaMu yang baik.” Allah menjawab; “Aku tidak rela kamu menjadi tempat bagi mereka. Kamu bukan apa-apa, jadilah kamu debu yang beterbangan.” Maka dunia pun menjadi debu yang beterbangan."

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, bahwasanya ia berkata: "Nanti pada hari kiamat, dunia ini didatangkan berupa seorang perempuan yang tua renta, jelek dan tanpa gigi siungnya, dan tidak ada orang yang mau melihatnya. Kemudian ditanyakan kepada mereka; “Apakah kamu kenal dengan ini?” Mereka menjawab; “Na'uzu billah, kami tidak pernah kenal dengannya.” Lantas dikatakan; “Ini adalah dunia yang dulu kamu berbangga-bangga dengannya dan bunuh-membunuh, berperang karenanya.”"

Dalam riwayat yang lain disebutkan: "Kemudian diperintahkan agar dunia itu dilempar ke dalam neraka, lalu dunia ini bertanya; “Wahai Tuhan, di mana pengikut-pengikut dan teman-temanku?” Lalu mereka sama-sama dilempar ke dalam neraka."

Al-Faqih berkomentar bahwa sesungguhnya dunia itu tidak disiksa karena ia tidak mempunyai dosa, namun ia dilempar ke dalam neraka supaya orang-orang tahu kehinaan dunia, sebagaimana berhala-berhala yang disembah juga dimasukkan ke dalam neraka, sebagaimana dijelaskan oleh Allah Ta'ala:
"Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah bahan bakar Jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya." (QS. Al-Anbiya', 21:98)

Sebenarnya berhala-berhala itu sendiri tidak merasakan siksaan, namun dimasukkan ke dalam neraka untuk menambah siksaan dan penyesalan bagi orang-orang yang menyembahnya. Demikian pula dengan dunia, di mana ia dimasukkan ke dalam neraka untuk menambah siksaan dan penyesalan orang-orang yang mengejar dunia tanpa menghiraukan akhirat. Oleh karena itu, orang yang beriman harus beramal untuk akhirat dan tidak menyibukkan diri untuk dunia, kecuali sekedar untuk menutupi keperluan hidup tanpa harus menggantungkan hati kepada dunia.

Diriwayatkan dari Isa bin Maryam as, bahwasanya beliau bersabda:
"Sungguh mengherankan keadaanmu, kamu bekerja untuk dunia padahal di dunia kamu dijamin untuk mendapatkan rezeki tanpa bekerja, dan kamu tidak bekerja untuk akhirat, padahal di akhirat kamu tidak akan mendapatkan rezeki tanpa bekerja."

Abu Ubaidah Al-Asadi meriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Barang siapa yang hatinya telah meresap untuk mencintai untuk dunia, maka hatinya terikat dengan tiga hal, yaitu; Sibuk yang tidak mengenal letih, bekerja yang tiada henti-hentinya, dan rakus yang tidak ada ujungnya. Dunia itu mencari dan dicari, dan akhirat juga mencari dan dicari. Barang siapa yang mencari akhirat, maka ia dicari oleh dunia, sehingga ia memperoleh rezeki dunia yang cukup, dan barang siapa yang mencari dunia, maka ia dicari oleh akhirat sampai maut datang kepadanya dan merenggut (nyawa)nya dengan tiba-tiba."

Ibrahim bin Yusuf meriwayatkan dari Kinanah, di mana ia berkata: "Saya mendengar dari Abu Hazim, bahwasanya ia berkata; “Aku dapatkan dunia ini dua macam, satu macam untukku dan tidak akan terlepas dariku, dan satu macam lagi untuk orang lain dan aku tidak akan bisa mengejarnya. Orang lain terhalang untuk memiliki apa yang menjadi hakku, sebagaimana aku terhalang untuk memiliki apa yang menjadi hak orang lain. Lalu dalam macam yang mana aku menghabiskan umurku ini? Aku juga mendapatkan bahwa dunia yang diberikan kepadaku itu terdiri dari dua macam, satu macam akan terlepas daripadaku sebelum ajalku datang, dan aku tidak dapat menahannya, dan satu macam lagi akan tetap berada padaku sampai aku mati, lalu aku tinggalkan untuk orang lai. Lalu dalam macam yang mana aku harus durhaka kepada Tuhanku?”"

Diriwayatkan dari Al-A'masy dari Sufyan dengan sanadnya dari guru-gurunya, di mana ia berkata:
"Said bin Abu Waqqash masuk ke tempat Salman ra untuk menjenguknya karena ia sedang sakit, lalu Salman menangis. Sa'd lantas bertanya kepada Salman; “Kenapa kamu menangis wahai Abu Abdillah, sedangkan sewaktu Rasulullah saw wafat, beliau ridha kepadamu.” Salman menjawab; “Aku menangis bukan karena aku takut mati atau rakus terhadap dunia, akan tetapi Rasulullah saw berpesan dengan sungguh-sungguh kepada kami, yaitu; 'Bekal duniamu hendaknya hanya seperti bekal orang yang bepergian.' sedangkan sekelilingku ini ada macam-macam.” __padahal yang ada hanya bejana, ember, panci dan tempat wudhu__ Sa'd lalu berkata; “Wahai Abu Abdillah, berpesanlah kamu kepadaku, sehingga kami bisa mengamalkannya setelah kepergianmu nanti.” Kemudian Salman berkata; “Wahai Sa'd, ingatlah kepada Allah ketika kamu bermaksud untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan, ketika kamu hendak memutuskan sesuatu hukum, atau ketika kamu melaksanakan apa yang telah kamu putuskan.”"

Juwaibir meriwayatkan dari Adl-Dlahhak dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau ditanya: "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling zuhud?" Beliau menjawab:
"(Yaitu) orang yang tidak lupa terhadap kubur dan kerusakan, meninggalkan kelebihan dari perhiasan dunia, mengutamakan yang kekal daripada yang rusak, tidak menghitung hari-harinya, dan menganggap dirinya termasuk orang-orang yang mati."

Salah seorang cendekiawan berkata: "Ada empat hal yang kita cari, akan tetapi kita salah jalan. Kita mengira bahwa kekayaan itu karena banyaknya harta, padahal kekayaan adalah qana'ah. Kita mengira bahwa ketenangan itu karena banyaknya harta, padahal ketenangan itu berada dalam sedikit harta. Kita mengira bahwa kemuliaan itu berada dalam apa yang dapat dilihat oleh makhluk, padahal kemuliaan itu berada dalam takwa. Kita mengira bahwa nikmat itu berada dalam makan dan minum, padahal nikmat itu berada dalam terhapusnya dosa."

Diriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Barang siapa yang berada pada waktu pagi sedangkan dunia merupakan cita-citanya yang paling utama, maka Allah akan menetapkan dalam hatinya tiga macam;
(1). Kerisauan yang tidak akan terputus selama-lamanya.
(2). Kesibukan yang tidak akan ada waktu luang selama-lamanya.
(3). Rasa kurang yang tidak ada ujungnya selama-lamanya."

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud ra, bahwasanya ia berkata: "Tiada seorang pun pada setiap pagi melainkan ia sebagai tamu, hartanya sebagai pinjaman. Tamu itu tentu akan pergi dan barang pinjaman itu tentu akan dikembalikan."

Al-Fudlail bin 'Iyadl berkata: "Semua kejahatan itu dikumpulkan dalam sebuah rumah, sedangkan kuncinya adalah cinta kepada dunia. Dan semua kebaikan itu dikumpulkan dalam satu rumah, sedangkan kuncinya adalah zuhud terhadap dunia."

Tsabit meriwayatkan dari Anas bin Malik ra dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Allah Ta'ala berfirman; “HambaKu yang beriman merasa gembira bila Aku lapangkan sedikit dunia untuknya, padahal yang demikian itu menjauhkan daripadaKu. Dia akan merasa sedih bila Aku sempitkan dunia atasnya, padahal yang demikian itu mendekatkan dia kepadaKu,” Kemudian Rasul Allah saw membaca ayat; “Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya.” (QS. Al-Mu'minun, 23:55-56)

Maksudnya mereka tidak sadar bahwa yang demikian itu merupakan ujian bagi mereka.

Dari Anas bin Malik ra, bahwasanya ia berkata:
"Pada suatu hari Rasulullah saw keluar sambil sambil memegang tangan Abu Dzarr, lalu bersabda; “Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya di depanmu ada suatu bukit terjal yang tidak akan bisa mendakinya, kecuali orang-orang yang ringan bawaannya.” Abu Dzarr berkata; “Wahai Rasulullah, saya termasuk orang yang ringan bawaannya atau termasuk orang yang berat bawaannya?” Beliau bertanya; “Apakah kamu mempunyai persediaan makanan untuk hari ini?” Ia menwawab; “Ya,” Beliau bertanya; “Makanan (untuk) besok pagi?” Ia menjawab; “Ya.” Beliau bertanya; “Makanan (untuk) lusa?” Ia menjawab; “Tidak.” Bekiau bersabda; “Seandainya kamu mempunyai perseaiaan makanan untuk tiga hari, maka kamu termasuk orang-orang yang berat bawaannya.”"


---o0o---



Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

Trending Articles