Quantcast
Channel: MENTARI SENJA
Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

LARANGAN BERDUSTA

$
0
0

Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami dari Al-A'masy dari Syaqiq bin Salamah dari Abdullah bin Mas'ud ra, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Hendaklah kamu selalu jujur, karena kejujuran itu membimbing kepada kebaikan dan kebaikan membimbing ke surga. Seseorang yang selalu benar dan membiasakan kebenaran itu, sehingga ia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang benar. Jauhilah olehmu dusta, karena dusta itu membimbing kepada kejahatan dan kejahatan itu membimbing ke dalam neraka. Seseorang yang selalu dusta dan membiasakan dusta, sehingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta."

Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami dari Al-A'masy dari Imarah bin Umair dari Abdur Rahman bin Yazid dari Ibnu Mas'ud ra, di mana ia berkata:
"Seseorang itu dapat dikategorikan sebagai orang munafik bila berkata dusta, bila berjanji ia tidak menepati, dan bila bersumpah ia berkhianat." Abdur Rahman mengatakan bahwa pembenaran terhadap pernyataan itu, adalah firman Allah Ta'ala:
"Dan di antara mereka ada orang yang telah berjanji kepada Allah, “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian dari karuniaNya kepada kami, niscaya kami akan bersedekah dan niscaya kami termasuk orang-orang yang saleh.” Ketika Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karuniaNya, mereka menjadi kikir dan berpaling, dan selalu menentang (kebenaran). Maka Allah menanamkan kemunafikan dalam hati mereka sampai pada waktu mereka menemuiNya, karena mereka telah mengingkari janji yang telah mereka ikrarkan kepadaNya dan (juga) karena mereka selalu berdusta." (QS. At-Taubah, 9:75-77)

Al-Faqih berkata: Abul Qasim bin Muhammad bin Marduwaih menceritakan kepada kami, Isa bin Khatsnam Ats-Tsauri menceritakan kepada kami, Suwaid menceritakan kepada kami dari Malik, bahwasanya ia diberitahu bahwa ketika Lukman Al-Hakij ditanya: "Apakah yang menyebabkan kamu seperti ini?" Ia menjawab: "Selalu berkata benar, menunaikan amanah, dan meninggalkan apa yang tidak berguna bagi saya."

Al-Faqih berkata: Abul Qasim Isa menceritakan kepada kami, Suwaid menceritakan kepada kami dari Malik dari Shafwan bin Sulaim, bahwasanya ia berkata: Ada seseorang bertanya kepada Rasulullah saw: "Apakah ada orang mukmin yang penakut?" Beliau menjawab: "Ya." Ia bertanya: "Apakah ada orang mukmin yang kikir?" Beliau menjawab: "Ya." Ia bertanya lagi: "Apakah ada orang mukmin yang pendusta?" Beliau menjawab: "Tidak."

Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Isma'il bin Ja'far menceritakan kepada kami dari Umar dari Al-Muththalib bin Hanthab dari Ubbadah bin Ash-Shamit ra, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Buatkanlah jaminan enam hal kepadaku tentang dirimu, maka aku akan menjamin kamu masuk surga, (yaitu); Jujurlah bila kamu berkata, tepatilah bila kamu berjanji, tunaikanlah bila kamu dipercaya, peliharalah kemaluanmu, pejamkanlah matamu, dan jagalah kedua tanganmu."

Al-Faqih berkata bahwa pernyataan Nabi saw mengenai enam hal tersebut meliputi segala kebaikan.

  1. Jujur dalam perkataan, di situ termasuk pula kalimah tauhid dan yang lainnya. Bila seseorang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, maka ia akan jujur baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain.
  2. Menepati janji, baik janji kepada Allah maupun janji kepada sesama manusia. Janji antara dirinya dengan Allah, yaitu janji untuk selalu berada dalam keadaan iman sampai ia meninggal dunia, sedangkan janji antara dirinya dengan sesama manusia, yaitu menepati segala apa yang telah ia dijanjikan.
  3. Menunaikan apa yang dipercayakan kepadanya. Di sini juga mengandung dua pengertian, yaitu amanah antara dirinya dengan Allah dan amanah antara dirinya dengan sesama manusia. Menunaikan amanah Allah adalah dengan melaksanakan segala apa yang difardhukan oleh Allah kepada hambaNya, di mana ia harus mengerjakan tepat pada waktunya. Sedangkan menunaikan amanah kepada sesama manusia, adalah dengan menjaga apa yang dipercayakan seseorang kepadanya baik berupa harta benda, ucapan maupun yang lain.
  4. Memelihara kemaluan, mengandung dua pengertian, yaitu memelihara kemaluan dari perbuatan yang jelas-jelas haram dan syubhat, dan memelihara kemaluannya untuk tidak dilihat oleh orang lain, karena ada hadits Nabi saw yang berbunyi:
    "Allah mengutuk orang yang melihat dan yang dilihat."
    Oleh karena itu, setiap muslim menjaga kemaluannya sewaktu bersuci supaya tidak dilihat oleh orang yang tidak diperbolehkan untuk melihatnya.
  5. Memejamkan mata dari aurat orang lain dan keelokan wanita yang tidak diperbolehkan untuk melihatnya, dan melihat dunia dengan pandangan ingin memiliki, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
    "Dan janganlah engkau tunjukkan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu." (QS. Taha, 20:131)
  6. Menjaga kedua tangan dari perbuatan yang haram, mengambil harta orang lain dan lain sebagainya.

Diriwayatkan dari Hudzaifah bin Al-Yaman ra, bahwasanya ia berkata: "Ada seseorang pada masa Rasulullah saw yang mengucapkan satu perkataan lantas ia menjadi orang munafik, dan kini saya mendengar perkataan itu diucapkan seseorang sepuluh kali dalam satu hari."

Pernyataan di atas memberi penjelasan bahwa apabila seseorang suka berdusta, maka ia adalah orang munafik. Oleh karena itu, setiap muslim wajib untuk menjaga dirinya dari tanda-tanda orang munafik, karena apabila seseorang terbiasa untuk berdusta, maka ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang munafik, dan ia akan dibebani dosa dirinya dan dosa orang-orang yang meniru perbuatannya.

Al-Faqih berkata: Abu Manshur bin Adullah Al-Fara'idly di Samarkand menceritakan kepada kami dengan sanadnya dari Samurah bin Junub, di mang ia berkata:
"Apabila selesai mengerjakan subuh, Rasulullah saw menghadapkan muka ke arah kami lantas bertanya kepada para sahabatnya; “Apakah tadi malam ada salah seorang di antara kamu bermimpi?” Kemudian para sahabat, satu-persatu, menceritakan apa yang dia mimpikan. Pada suatu pagi, seperti biasa beliau bertanya; “Apakah tadi malam ada salah seorang di antara kamu sekalian yang bermimpi?” Kami menjawab; “Tidak.” Beliau bersabda; “Tadi malam aku mimpi, yaitu ada dua orang datang kepadaku lantas memegang tanganku seraya berkata; 'Mari kita pergi.' Maka aku pun pergi bersama mereka, di mana kedua orang ini membawaku ke tanah datar dan kami melihat ada seseorang berbaring dan ada satu orang lagi yang berdiri dengan membawa batu besar yang ia jatuhkan ke kepala orang yang berbaring itu, lantas pecahlah kepala orang yang berbaring itu dan batu itu menggelinding. Lalu batu itu diambil kembali dan dijatuhkan ke kepala orang yang berbaring itu yang waktu itu kepalanya sudah pulih kembali. Demikian diulang terus-menerus. Aku lalu berkata; 'Subhanallah, apakah ini?' akan tetapi kedua orang itu malah berkata; 'Mari kita pergi.' Maka aku pun pergi bersama mereka sampai kami melihat ada seseorang yang telentang sedang yang satunya lagi berdiri dengan membawa garut besi di tangannya yang digunakan untuk merobek pipi orang yang telentang itu dan di tarik sampai ke belakang, kemudian yang sebelah kiri, lalu ke sebelah kanan. Setelah kembali seperti semula, lalu dirobeknya lagi, dan begitu seterusnya. Aku berkata; 'Subhanallah, apakah ini?' Akan tetapi kedua orang itu malah berkata; 'Mari kita pergi.' Maka kami pun pergi bersama-sama sampai kami melihat ada suatu bangunan yang di atasnya seperti dapur dan bagian bawahnya luas, ketika aku melihat, di dalamnya ada orang laki-laki dan perempuan yang telanjang, di mana bila terasa ada uap api dari bawah mereka naik, dan bila sudah merasa panasnya berkurang, maka mereka akan turun kembali, dan bila api yang menyala-nyala mendatangi mereka, maka mereka menjerit dan naik kembali, sehingga hampir keluar. Aku berkata; 'Subhanallah, apakah ini?' Akan tetapi kedua orang itu malah berkata; 'Mari kita pergi.' Maka kami pun pergi bersama-sama, sehingga kami sampai ke sungai yang melintang yang airnya merah seperti darah. Di situ ada yang berenang, dan di tepi sungai ada orang yang mengumpulkan batu. Jika orang yang berenang itu sampai ke tepi, ia membuka mulut, lalu orang yang berada di tepi sungai itu memasukkan batu ke mulut orang yang berenang tadi. Aku berkata; 'Subhanallah, apakah ini?' Akan tetapi kedua orang itu malah berkata; 'Mari kitag pergi.' Maka kami pun pergi bersama-sama, sehingga kami bertemu dengan seseorang yang dikelilingi api yang sangat besar, di mana ia justru mengobar-ngobarkannya. Aku berkata; 'Subhanallah, apakah ini?' Akan tetapi kedua orang itu malah berkata; 'Mari kita pergi.' Maka kami pun bersama-sama, sehingga kami melihat ada sebuah taman yang penuh buah dan bunga, dan di taman itu ada seseorang yang tinggi yang dikelilingi oleh anak yang banyak sekali. Aku berkata; 'Subhanallah, apakah ini?' Akan tetapi kedua orang itu malah berkata; 'Mari kita pergi.' Maka kami pun pergi bersama-sama sampai kami melihat ada sebuah pohon besar yang banyak rantingnya yang sangat indah, di mana sebelumnya aku belum pernah melihat ada pohon seindah itu. Kami lantas memanjat pohon itu, dan kami sampai ke suatu perkotaan yang dibangun dengan batu emas dan perak. Kami lalu mengetuk pintu gerbang kota itu, namun kedua orang itu menarik aku untuk masuk rumah yang lebih baik dan lebih bagus. Di situ aku melihat ke atas, dan di atas terlihat ada istana yang berwarna putih bagaikan kaca. Kedua orang tadi berkata; 'Itulah tempatmu.' Aku bertanya; 'Apakah boleh aku masuk ke dalamnya?' Kedua orang itu menjawab; 'Sekarang belum boleh, tapi kelak kamu pasti akan masuk ke dalamnya.' Kemudian aku berkata; 'Malam ini aku melihat hal-hal yang cukup mengherankan, apakah arti semua itu?' Kedua orang tadi menjawab; 'Pertama kali yang kamu lihat, yaitu orang yang kepalanya dipukuli dengan batu adalah orang yang mengerti Al-Qur'an, namun ia tidak mengamalkannya bahkan lalai untuk mengerjakan Shalat fardhu. Sedangkan orang yang dirobek pipinya sampai ke belakang, maka ia adalah orang yang suka berkata bohong, dan menyebarluaskannya ke mana-mana. Sedangkan orang laki-laki dan perempuan telanjang yang berada di suatu bangunan yang seperti dapur, maka mereka adalah orang-orang yang berzina. Orang yang berenang di sungai adalah orang yang memakan riba. Orang yang dikelilingi api adalah Malik, malaikat penjaga neraka. Orang tinggi yang berada di taman dengan dikelilingi oleh anak-anak itu adalah Nabi Ibrahim as, dan anak-anak yang berada di sekitarnya itu adalah putra-putri orang yang beriman. Sedangkan rumah yang kau masuki pertama adalah rumah orang-orang beriman secara umum, dan rumah yang lain adalah rumah orang-orang yang mati syahid. Aku adalah Jibril dan ini adalah Mikail.' Ada salah seorang sahabat Nabi saw yang bertanya; “Bagaimana tentang anak-anak orang musyrik?” Beliau bersabda; “Anak-anak orang musyrik juga berada di sekitar Nabi Ibrahim as.” Namun mengenai anak musyrik ini ada beberapa hadits yang berbeda-beda, di mana salah satu di antaranya menyatakan bahwa anak-anak orang musyrik itu menjadi pelayan di surga, dan riwayat yang lain menyatakan bahwa mereka berada di neraka. Wallahu a'lam.

Al-Faqih berkata: Abu Ja'far menceritakan kepada kami, Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Abu Hudzaifah di Bashrah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Abdur Rahman bin Abbas menceritakan kepada kami, di mana ia berkata: Teman-teman Abdullah bin Mas'ud menceritakan kepadaku, di mana Abdullah berkata:
"Sebenar-benar perkataan adalah firman Allah, semulia-mulia perkataan adalah dzikrullah, dan sejelek-jelek buta adalah buta hati. Sedikit yang mencukupi itu lebih baik daripada banyak, namun melalaikan. Sejelek-jelek penyesalan adalah penyesalan pada hari kiamat, sebaik-baik kaya adalah kaya jiwa, dan sebaik-baik bekal adalah takwa. Minuman keras adalah sumber dosa, perempuan adalah perangkap setan, dan masa muda adalah sebagian dari gila. Seburuk-buruk penghasilan adalah penghasilan hasil riba, dan sebesar-besar dosa adalah lidah yang berdusta.'

Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Sufyan bin Abu Hushain memperoloh yang disandarkan kepada Nabi saw, di mana beliau bersabda: Dusta itu tidak pantas kecuali tiga hal, yaitu:

  1. Dalam peperangan, karena sesungguhnya peperangan itu adalah tipuan.
  2. Seseorang yang mendamaikan dua orang yang bertengkar,
  3. Seseorang yang memperbaiki hubungan dirinya dengan istrinya.

Diriwayatkan dari salah seorang tabi'in, bahwasanya ia berkata: Ketahuilah bahwa jujur (benar) adalah perhiasan para wali, sedangkan dusta adalah tanda orang-orang yang celaka, sebagaimana dijelaskan oleh Allah Ta'ala melalui firmanNya:
"Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya." (QS. Al-Ma'idah, 5:119)

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersunahlah kamu dengan orang-orang benar." (QS. At-Taubah, 9:119)

"Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhannya." (QS. Az-Zumar, 39:33-34)

Allah mencela dan mengutuk orang-orang yang berdusta melalui firmanNya:
"Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta." (QS. Az-Zariyat, 51:10)

"Dan siapakah yang lebih zalij daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah padahal dia diajak kepada (agama) Islam? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. As-Saff, 61:7)


---o0o---


Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

Trending Articles