Al-Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, di mana ia berkata: Abu Ja'far Al-Iskaf meriwayatkan kepada kami dari Muhammad bin Musa, di mana ia berkata: Al-Fadl bin Isham menceritakan kepada kami, Salamah bin Syaib menceritakan kepada kami, Al-Qasim bin Al-Hakim Al-'Ari menceritakan kepada kami dari Hisyam bin Al-Walid dari Hammad bin Sulaiman Ad-Dausi dari Adl-Dlahhak bin Muzahim dari Ibnu Abbas ra, bahwasanya ia mendengar Nabi saw bersabda:
"Sesungguhnya surga itu diberi harum-haruman dan diperhias dari tahun ke tahun, karena masuknya bulan Ramadhan. Apabila malam pertama dari bulan Ramadhan datang, angin dari 'arsy yang bernama Al-Mutsirah berhembus, maka daun-daun pepohonan surga bergoyang dan daun pintunya bergerak, kemudian terdengar ada bunyi, di mana orang-orang yang mendengar, tidak pernah mendengar bunyi yang lebih baik daripada bunyi itu, lantas muncullah bidadari-bidadari yang kemudian berdiri pada surga bagian atasnya seraya berseru; “Apakah ada orang yang melamar kepada Allah Ta'ala, kemudian Allah SWT akan mengawinkannya dengan kami?” Kemudian bidadari-bidadari itu bertanya (kepada malaikat penjaga surga); “Wahai Ridwan, malam apakah ini?” Ridwan lalu menjawab mereka itu dengan talbiyah lantas berkata; “Wahai bidadari yang cantik jelita, malam ini adalah malam pertama bulan Ramadhan.”Allah Ta'ala berfirman; “Wahai Ridwan, bukalah pintu-pintu surga bagi orang-orang yang berpuasa dari umat Muhammad saw.” Kemudian Allah berfirman; “Wahai Malik, tutuplah pintu-pintu neraka bagi orang-orang yang berpuasa dari umat Muhammad saw.” (Allah juga berfirman); “Wahai Jibril, turunlah ke bumi lalu ikatlah setan-setan yang jahat dan ikatlah mereka dengan rantai-rantai, kemudian buanglah mereka ke dasar laut, sehingga mereka tidak merusak (mengganggu) puasa umat kekasihKu Muhammad.” Pada setiap malam selama bulan Ramadhan, Allah Ta'ala berfirman tiga kali; “Siapa yang memohon, maka Aku akan memenuhi permohonannya, siapa yang bertaubat, maka Aku akan menerima taubatnya, siapa mohon ampun, maka Aku akan memberi ampunan.” Kemudian diserukan; “Siapakah yang akan menabung pada Dzat yang kaya yang tidak pernah miskin, yang menepati janji yang tidak pernah berbuat aniaya.” Sesungguhnya setiap hari dari bulan Ramadhan di waktu berbuka, Allah Ta'ala memerdekakan satu juta orang dari neraka yang kesemuanya itu telah ditentukan siksaannya. Pada hari dan malam Jum'at, setiap jam, Allah memerdekakan satu juta orang dari neraka yang kesemuanya itu telah ditentukan siksaannya. Pada akhir bulan Ramadhan Allah memerdekakan sejumlah orang yang telah dimerdekakan sejak awal sampai akhir bulan Ramadhan. Pada lailatul qadar Allah memerintahkan Jibril (untuk turun), maka Jibril beserta rombongan malaikat turun ke bumi dengan membawa panji hijau yang diletakkan pada punggung Ka'bah, dan ia mempunyai 600 sayap di antaranya ada dua sayap yang tidak pernah dibentangkan, kecuali pada lailatul qadar, di mana pada malam itu ia membentangkan kedua sayap itu, kemudian melingkupi timur dan barat. Kemudian Jibril mengutus malaikat kepada umat Muhammad ini, para malaikat itu lalu mengucapkan salam pada setiap orang yang berdiri, duduk, shalat dan berdzikir, kemudian mereka menjabat tangan umat Muhammad dan mengaminkan doa mereka sampai fajar terbit. Apabila fajar telah terbit, Jibril berkata kepada para malaikat; “Wahai para malaikat, kembali, kembali.” Mereka bertanya; “Wahai Jibril, apa yang telah Allah perbuat dalam memenuhi kebutuhan orang-orang mukmin dari umat Muhammad saw?” Jibril menjawab; “Sesungguhnya Allah telah melihat kepada mereka (dengan pandangan kasih sayang), memaafkan dan mengampuni mereka, kecuali empat macam.” Mereka bertanya; “Siapakah empat macam manusia itu?” Jibril menjawab; “Orang yang meminum minuman keras, orang yang durhaka kepada orang tuanya, orang yang memutuskan tali persaudaraan, dan musyahin.” (Rasulullah saw) ditanya; “Wahai Rasulullah, siapakah musyahin itu?” Beliau menjawab; “Orang yang suka memutuskan persaudaraan, yakni orang yang tidak berbicara kepada saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari.” Apabila malam 'Idul Fitri datang, maka malam itu dinamakan malam (pembagian) hadiah. Apabila pagi hari dari 'Idul Fitri itu datang, maka para malaikat diutus pada setiap negeri, kemudian mereka turun ke bumi dan berdiri di mulut-mulut gang (jalan) lantas berseru dengan suara yang dapat didengar oleh seluruh makhluk yang diciptakan oleh Allah Ta'ala, kecuali jin dan manusia, di mana mereka mengucapkan; “Wahai umat Muhammad, keluarlah kamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah yang memberikan (rahmat) yang banyak dan mengampuni dosa yang besar.” Apabila mereka keluar menuju tempat-tempat shalat mereka, Allah berfirman kepada malaikat-malaikatNya; “Wahai malaikatKu, apakah upah pekerja manakala ia telah mengerjakan pekerjaannya?” Malaikat menjawab; “Tuhan kami, balasannya adalah supaya dibayarkan upahnya.” Allah Ta'ala berfirman: “Wahai hambaKu mintalah kepadaku. Demi kemuliaan dan keagunganKu, tidaklah kamu meminta kepadaKu pada hari ini baik mengenai urusan duniamu maupun agama, melainkan Aku akan memberikannya kepadamu.”"
Al-Faqih berkata: Abu Ja'far menceritakan kepada kami, Ali bin Ahmad menceritakan kepada kami, Wuhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Yazid bin Harun menceritakan kepada kami dari Hisyam bin Abu Hisyam dari Muhammad bin Muhammad bin Al-Aswad dari Abu Salamah dari Abu Hurairah ra, di mana ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
"Pada bulan Ramadhan umatku diberi lima hal yang tidak pernah diberikan kepada umat sebelumnya yaitu:
- Bau (busuk) mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada harumnya minyak kasturi.
- Malaikat memohonkan ampun bagi mereka sehingga mereka berbuka.
- Pada bulan itu setan-setan yang jahat dibelenggu, maka pada bulan itu mereka tidak bebas sebagaimana bulan-bulan yang lain.
- Setiap hari Allah menghias surgaNya dan berfirman kepadanya; “Hamba-hambaKu yang shalih hampir dibebaskan dari beban dan gangguan dan mereka akan kembali kepadamu.”
- Pada akhir malam (bulan Ramadhan), mereka diampuni." (Rasulullah saw) ditanya: "Wahai Rasulullah, apakah malam itu lailatul qadar?" Beliau menjawab: "Bukan, namun seorang pekerja itu upahnya dibayarkan bila ia telah selesai mengerjakan pekerjaannya."
Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari Ayyub dari Qilabah dari Abu Hurairah ra, di mana ia berkata: Rasulullah saw menyampaikan berita gembira kepada para sahabatnya seraya bersabda:
"Bulan Ramadhan, bulan yang penuh barakah telah datang kepadamu. Allah mewajibkan atas kamu berpuasa padanya. Pada bulan itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan yang jahat dibelenggu. Dalam bulan itu ada lailatul qadar yang (nilainya) lebih baik daripada seribu bulan."
Diriwayatkan dari Al-A'masy dari Khaitsamah, di mana ia berkata: "Para ulama mengatakan bahwa dari Ramadhan yang satu ke Ramadhan berikutnya, dari haji yang satu ke haji berikutnya, dari Jum'at yang satu ke Jum'at berikutnya, dan dari shalat yang satu ke shalat berikutnya adalah merupakan kaffarat (penebus dosa) selama dosa-dosa besar dijauhi."
Diriwayatkan dari Umar ra, bahwasanya apabila Ramadhan tiba, ia berkata:
"Selamat datang bulan yang membersihkan kami. Bulan itu seluruhnya baik, puasa pada siang harinya, shalat malam pada malam harinya, dan shadaqah (infak) pada bulan Ramadhan itu seperti shadaqah (infak) dalam perjuangan pada jalan Allah."
Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Nabi saw, di mana beliau bersabda:
"Barang siapa yang berpuasa dan mengerjakan shalat malam pada bulan Ramadhan, karena iman dan mengharap rhdha Allah, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu."
Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Nabi saw, di mana beliau bersabda:
"Allah Ta'ala berfirman; “Setiap kebaikan yang dikerjakan oleh manusia dilipatgandakan dari 10 sampai 700 kali kecuali puasa, karena puasa itu untukKu dan Aku yang akan membalasnya. Ia meninggalkan keinginan, makan dan minumnya karena Aku. Puasa itu adalah perisai. Bagi orang yang berpuasa itu memiliki dua kegembiraan, yaitu kegembiraan sewaktu berbuka, dan kegembiraan sewaktu bertemu dengan Tuhannya nanti pada hari kiamat.”"
Al-Faqih berkata: Abul Qasim Abdur Rahman bin Muhammad menceritakan kepada kami, Faris menceritakan kepada kami, Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, di mana dia berkata: Abu Wahb Abdullah bin Bakr menceritakan kepada kami, di mana ia berkata: Iyas menceritakan kepada kami yang berasal dari Ali bin Zaid dari Sa'id bin Al-Musayyab dari Salman Al-Farisi ra, di mana ia berkata: Rasulullah saw menyampaikan khutbah pada akhir bulan Sya'ban, di mana beliau bersabda:
"Wahai manusia, sesungguhnya bulan yang agung dan penuh barakah, bulan yang di dalamnya terdapat lailatul qadar yang (nilainya) lebih baik daripada seribu bulan telah menaungi kamu sekalian. Suatu bulan, di mana Allah mewajibkan puasa pada (siang hari)nya dan menjadikan shalat pada malam harinya sebagai amalan sunah. Barang siapa yang mengerjakan perbuatan sunah atau perbuatan baik lainnya pada bulan itu, maka ia seolah-olah mengerjakan perbuatan fardhu pada selain bulan itu. Barang siapa yang mengerjakan perbuatan fardhu pada bulan itu, maka ia seolah-olah mengerjakan 70 perbuatan fardhu pada selain bulan itu. Ramadhan adalah bulan sabar, dan sabar itu balasannya adalah surga. Ia adalah bulan pertolongan dan bulan di mana pada saat itu rezeki orang mukmin bertambah. Barang siapa yang memberi buka kepada orang yang berpuasa, maka ia mendapatkan (pahala) memerdekakan budak dan mendapat ampunan atas dosa-dosanya." Kami berkata: "Wahai Rasulullah, tidak semua dari kami mempunyai makanan yang bisa dipakai untuk berbuka bagi orang yang berpuasa." Beliau bersabda: "Allah memberikan pahala ini kepada orang yang memberi buka kepada orang yang berpuasa (meskipun hanya) seteguk air susu, sebutir korma atau air minum. Barang siapa yang membuat kenyang orang yang berpuasa, maka ia mendapat ampunan atas dosa-dosanya dan Tuhannya akan memberinya minum dari telaga, suatu minuman yang tidak pernah haus lagi sesudah meminumnya, sampai ia masuk surga, dan ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu. Bulan Ramadhan permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan penghabisannya adalah pembebasan dari neraka. Dan barang siapa yang memperingan budaknya pada bulan itu, maka Allah memerdekakannya dari neraka."
Al-Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, Abul Hasan Al-Farra' menceritakan kepadaku dengan sanadnya dari Ibnu Mas'ud ra, di mana ia berkata:
"Tidak ada seorang hamba yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan tenang dan diam, selalu dzikir kepada Allah Ta'ala, mengerjakan perbuatan yang diperbolehkan dan meninggalkan pekerjaan yang diharamkan, serta tidak melakukan perbuatan yang keji, melainkan ia keluar pada bulan Ramadhan dengan telah diampuni semua dosanya, dibangunkan baginya dari setiap tasbih dan tahlil yang ia ucapkan, sebuah rumah di dalam surga (yang dibuat) dari zamrud hijau yang di dalamnya ada mutiara merah yang di dalam mutiara itu ada tenda dari permata yang berlubang yang di dalamnya ada bidadari yang memakai dua gelang emas yang bertahtakan permata merah yang dapat menerangi bumi."
Dan dengan sanad yang sama, diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud ra dari Nabi saw, di mana beliau bersabda, ketika bulan Ramadhan hampir datang:
"Seandainya hamba-hamba itu mengetahui keutamaan yang berada di dalam bulan Ramadhan, niscaya umatku akan menginginkan bulan itu sepanjang tahun." Ada seseorang dari suku Khuza'ah berkata: "Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada kami keutamaan yang berada di dalam bulan Ramadhan." Beliau bersabda: "Sesungguhnya surga itu dihias pada bulan Ramadhan dari tahun ke tahun. Pada awal malam pertama bulan Ramadhan, angin berhembus dari bawah 'Arasy, maka daun pepohonan surga bergesekan dengan bunyi nyaring, lalu para bidadari melihatnya dan berkata; “Wahai Tuhan, karuniailah kami pada bulan ini suami di antara hamba-hambaMu, di mana dengan suami itu kami akan bahagia dan mereka pun akan bahagia bersama kami.” Maka tidak ada seorang pun yang berpuasa, melainkan akan dikawinkan dengan dua istri dari bidadari yang cantik jelita yang berada di dalam tenda yang terbuat dari permata yang berlubang, sebagaimana yang dilukiskan oleh Allah Ta'ala di dalam kitabNya; “Bidadari-bidadari yang dipelihara di dalam kemah-kemah.” (QS. Ar-Rahman, 55:72) Setiap wanita di antara bidadari-bidadari itu memakai 70 pakaian yang masing-masing berbeda warnanya, dan juga diberi 70 macam minyak wangi. Setiap wanita di antara mereka itu berada pada tempat tidur yang terbuat dari mutiara merah yang disulam dengan permata. Pada tempat tidur itu terdapat 70 permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Setiap wanita itu mempunyai 70 pelayan. Ini semua (sebagai balasan) dari satu hari, di mana ia berpuasa pada bulan Ramadhan, selain kebaikan-kebaikan lainnya yang ia kerjakan."
Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Rajab adalah bulan umatku dan keutamaannya atas bulan-bulan yang lain seperti keutamaan umatku atas umat-umat yang lain. Sya'ban adalah bulanku dan keutamaannya atas bulan-bulan yang lain seperti keutamaanku atas nabi-nabi yang lain. Dan Ramadhan adalah bulan Allah dan keutamaannya atas bulan-bulan yang lain seperti keutamaan Allah atas makhlukNya."
Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami dengan sanadnya dari Al-Hasan, di mang ia berkata:
"Bahwasanya Nabi saw keluar sementara orang-orang sedang bertengkar, kemudian Nabi saw bersabda; “Aku datang bermaksud untuk memberitahu kepadamu tentang lailatul qadar hanya saja aku khawatir kamu akan bersandar padanya dan barangkali akan menjadi lebih baik. Carilah lailatul qadar itu pada malam tanggal 21, 23, 25, 27 dan pada malam terakhir. Tanda-tandanya, yaitu bahwa malam itu udaranya terang, tidak panas dan tidak dingin, dan pagi harinya, matahari terbit dengan cahaya yang tidak tajam. Barang siapa yang menghidup-hidupkan malam itu dengan iman dan mengharap ridha Allah, maka Allah mengampuni dosanya yang sebelum itu.”"
Al-Faqih menjelaskan bahwa Nabi saw mempersyaratkan adanya iman dan mengharapkan ridha Allah dalam berpuasa pada siang hari dan beribadah pada malam hari. Iman adalah pembenaran terhadap adanya pahala yang dijanjikan Allah kepadanya, sedangkan yang dimaksud dengan mengharapkan pahala dari Allah, yaitu hendaknya ia khusuk dan ikhlas di dalam mengerjakan puasa dan ibadah malam. Apabila seseorang ingin mendapatkan pahala dan keutamaan-keutamaan yang disebutkan oleh Nabi saw, maka ia harus mengetahui kemuliaan bulan Ramadhan dengan menjaga lisannya dari dusta, menggunjing dan berbicara yang tidak ada gunanya, menjaga anggota tubuhnya dari perbuatan dosa dan kesalahan-kesalahan, serta menjaga hatinya dari perasaan dengki dan memusuhi sesama kaum muslimin. Apabila ia telah melaksanakan yang demikian itu, maka hendaknya ia merasa khamatir apakah Allah berkenan menerimanya atau tidak. Diceritakan dari sebagian orang yang bijaksana, bahwasanya ia berkata: "Wahai Tuhanku, Engkau telah menjamin pahala bagi orang yang tertimpa musibah baik di dunia maupun di akhirat. Wahai Tuhanku, seandainya Engkau menolak puasa ini kepada kami, janganlah kami terhalang untuk memperoleh pahala musibah, wahai Dzat yang terkenal dengan kebaikanNya."
Abu Dzarr Al-Ghiffari ra berkata:
"Kami puasa bersama-sama Rasulullah saw, dan ketika berada pada malam 23, beliau bangun malam dan mengerjakan shalat sampai habis sepertiga malam. Kemudian pada malam 24, beliau tidak keluar kepada kami, lantas pada malam 25, beliau keluar kepada kami dan mengerjakan shalat dengan kami sampai tengah malam. Kbmudian kami berkata; “Seandainya kami teruskan ibadah pada malam ini.” Beliau lantas bersabda; “Barang siapa yang keluar dan mengerjakan shalat bersama-sama dengan imam hingga imam pulang, maka dicatat baginya pahala seperti beribadah sepanjang malam.” Kemudian pada malam 26, beliau tidak keluar, lantas pada malam 27, beliau bangun malam dan mengajak semua anggota keluarga serta mengerjakan shalat bersama-sama dengan kami hingga kami khawatir (kalau-kalau) kami kehabisan waktu untuk sahur."
Aisyah ra meriwayatkan sebagai berikut:
"Bahwasanya Nabi saw keluar di tengah malam pada awal bulan Ramadhan, mengerjakan shalat di masjid dan orang-orang mengikuti shalat beliau. Pagi harinya orang-orang membicarakan yang demikian itu. Pada malam kedua, banyak orang (yang menunggu di masjid), beliau mengerjakan shalat dan mereka mengikuti shalat beliau. Pada malam ketiga, banyak sekali orang sehingga masjid itu tidak menampung pengunjung, namun beliau tidak keluar kepada mereka sampai beliau keluar untuk mengerjakan shalat subuh. Setelah selesai mengerjakan shalat subuh, beliau menghadap ke arah orang-orang dan bersabda; “Sesungguhnya bukannya aku tidak tahu keadaanmu semalam, akan tetapi khawatir kalau-kalau shalat malam itu diwajibkan atas kamu, lantas kamu tidak mampu mengerjakannya.”
Nabi saw menganjurkan untuk shalat malam pada bulan Ramadhan tanpa menyuruh kepada mereka sebagai suatu keharusan (kewajiban), sampai Rasulullah saw wafat keadaan tetap seperti itu, begitu juga pada masa kekhalifahan Abu Bakar. Pada awal kekhalifahan Umar bin Al-Khaththab ra, terjadi pengumpulkan (kaum muslimin untuk shalat malam itu secara berjama'ah) dengan Ubay bin Ka'ab ra (sebagai imam)"
Al-Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dengan sanadnya dari Ali bin Abi Thalib kw, di mana ia berkata:
"Sesungguhnya Umar bin Al-Khaththab memulai shalat tarawih ini (secara berjama'ah) adalah karena suatu hadits yang ia dengar daripadaku." Mereka bertanya: "Wahai Amirul Mukminin, apakah hadits itu?" Ali berkata: "Saya mendengar Rasulullah saw bersabda; “Sesungguhnya bagi Allah Ta'ala di sekitar 'arasy ada suatu tempat yang bernama Haziratul-Qudsi. Ia (dibuat) dari cahaya yang di dalamnya ada malaikat yang tidak bisa menghitung bilangannya melainkan Allah Ta'ala, mereka selalu beribadah kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung, suatu ibadah yang tidak pernah berhenti sekejap pun. Apabila berada pada malam-malam bulan Ramadhan, mereka mohon izin kepada Tuhan mereka untuk turun ke bumi lantas shalat bersama-sama dengan manusia. Maka setiap malam mereka turun ke bumi, dan setiap orang yang menyentuh mereka atau disentuh mereka ia akan mendapatkan kebahagiaan yang tidak akan mengalami kesusahan selama-lamanya.” Ketika itu Umar berkata; “Kami yang berhak untuk masalah ini.” Ia lantas mengumpulkan orang-orang untuk mengerjakan shalat tarawih dan menegakkannya (secara berjama'ah)."
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib kw, bahwasanya pada suatu malam di bulan Ramadhan ia keluar lantas mendengar bacaan Al-Qur'an di masjid-masjid dan melihat lampu-lampu di masjid-masjid, kemudian ia berdoa: "Semoga Allah menerangi kubur Umar sebagaimana ia telah menerangi masjid-masjid kami dengan bacaan Al-Qur'an." Utsman bin Affan ra juga meriwayatkan masalah yang sama.