Quantcast
Channel: MENTARI SENJA
Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

PENJAGAAN LISAN

$
0
0

Al-Faqih berkata: Abu Ja'far menceritakan kepada kami, Abul Qasim Ahmad bin Muhammad menceritakan kepada kami, Muhammad bin Salamah menceritakan kepada kami, 'Abdul A'la menceritakan kepada kami, Ya'qub bin Abdullah Al-Qummi menceritakan kepada kami dari Al-Laits dari Mujahid dari Abu Sa'id Al-Khudri ra, di mana ia berkata: Datang seorang laki-laki kepada Nabi saw, kemudian berkata:
"Wahai Rasulullah, berilah aku wasiat." Beliau bersabda: "Hendaknya kamu selalu takwa kepada Allah, karena takwa itu adalah himpunan dari segala kebaikan. Hendaknya kamu selalu berjihad, karena jihad adalah sebagai pertapaan bagi kaum muslimin." atau beliau bersabda: "Orang Islam." "Dan hendaknya kamu selalu berdzikir kepada Allah Ta'ala dan membaca Al-Qur'an, karena sesungguhnya yang demikian itu merupakan cahaya bagimu di bumi dan penyebutan namamu di langit. Dan jagalah lisanmu melainkan dalam kebaikan. Sesungguhnya dengan demikian kamu mengalahkan setan."

Al-Faqih menjelaskan yang dimaksud dengan takwa dalam hadits di atas, adalah menjauhkan diri dari segala apa yang dilarang oleh Allah dan mengerjakan segala apa yang diperintahkan olehNya. Apabila seseorang melaksanakan yang demikian itu, maka ia benar-benar bisa mengumpulkan segala kebaikan. Sedangkan mengenai sabda Nabi saw: "Jagalah lisanmu." maka yang dimaksud adalah jagalah lisanmu dari segala ucapan, kecuali ucapan-ucapan yang baik, sehingga kamu mendapat manfaat, atau diam sajalah, niscaya kamu akan selamat, karena keselamatan itu berada dalam keadaan diam. Manusia tidak bisa mengalahkan setan melainkan dengan diam. Oleh karena itu, maka setiap muslim harus menjaga lisannya, sehingga dirinya terlindung dari setan dan Allah akan menutupi aibnya.

Al-Faqih berkata: Abul Hasan Ahmad bin Hamdan menceritakan kepada kami, Al-Husain bin Ali Ath-Thusi menceritakan kepada kami, Muhammad bin Hasan menceritakan kepada kami, Ishaq bin Sulaiman Ar-Razi menceritakan kepada kami dari Al-Mughirah bin Muslim dari Hisyam dari Umar ra, di mana ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
"Barang siapa yang menampar budaknya, maka kafaratnya adalah memerdekakannya. Barang siapa yang bisa menguasai lisannya, maka Allah menutupi auratnya. Barang siapa yang bisa menahan amarahnya, maka Allah menyelamatkannya dari siksaanNya. Dan barang siapa yang minta maaf kepada Allah, maka Allah menerima permintaan maafnya."

Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Yazid bin Zurai' menceritakan kepada kami dari Yunus, dari Al-Hasan dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia memuliakan tetangganya, memuliakan tamunya, dan berkata yang baik atau diam."

Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Ibrahim menceritakan kepada kami, Ya'la menceritakan kepada kami, di mana ia berkata:
"Kami masuk ke rumah Muhammad bin Suqah Az-Zahid, kemudian ia berkata; “Bolehkah aku menceritakan kepadamu suatu hadits yang barang kali bermanfaat bagimu karena hadits itu bermanfaat bagiku.” Ia lalu berkata; "Atha' bin Abu Rabah berkata kepadaku; “Wahai keponakanku, sesungguhnya orang-orang yang sebelum kamu tidak suka berbicara yang tidak penting, dan mereka menganggap bahwa semua perkataan itu tidak penting, kecuali membaca Al-Qur'an, mengajak untuk berbuat baik, melarang dari perbuatan munkar, atau berbicara dalam mencari penghidupan yang memang kamu harus mengucapkannya (seperti dalam berniaga)." kemudian ia berkata: Apakah kamu mengingkari firman Allah Ta'ala yang berbunyi:
“Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (perbuatanmu).” (QS. Al-Intifar, 82:10-11)
“Yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada satu kata yang diucapkannya, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf, 50:17-18)

Ataukah kamu tidak malu seandainya catatan amalmu digelar dan di situ dipenuhi dengan catatan yang bukan urusan agama dan urusan duniamu?

Al-Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepada kami dengan sanadnya dari Anas bin Malik, di mana ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
"Empat hal tidak terdapat melainkan pada seorang mukmin, yaitu;
(1). Diam, yang merupakan ibadah yang pertama.
(2). Rendah hati.
(3). Dzikiq kepada Allah Ta'ala.
(4). Sedikit sekali berbuat kejahatan."

Ada riwayat dari Isa as yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, dari Nabi saw bahwasanya beliau bersabda:
"Termasuk sebaik-baik Islam seseorang (bila) ia meninggalkan apa yang tidak berguna baginya."

Diriwayatkan dari Luqman Al-Hakim, bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepadanya: "Apakah yang menghantarkan kamu sampai bisa demikian ini?" Luqman menjawab: "Berkata benar, menunaikan amanah dan meninggalkan apa yang tidak berguna bagiku."

Diriwayatkan dari Abu Bakr bin 'Ayyasy, bahwasanya ia berkata: "Ada empat raja yang mengucapkan satu ungkapan yang bagaikan anak panah. Raja Kisra berkata; “Aku tidak menyesal terhadap apa yang belum aku ucapkan, tetapi aku menyesal terhadap apa yang telah aku ucapkan.” Raja Cina berkata; “Selama aku belum mengucapkan suatu perkataan, maka aku menguasai perkataan itu, akan tetapi bila aku sudah mengucapkan suatu perkataan, maka perkataan itu menguasai aku.” Raja Rum berkata; “Aku lebih mudah menahan apa yang belum aku katakan, akan tetapi tidak dapat mengembalikan apa yang telah aku katakan.” Raja India berkata; “Sungguh mengherankan seseorang yang mengucapkan suatu perkataan yang apabila dituntut, maka akan berbahaya dan bila tidak dituntut tidak ada gunanya.”

Diriwayatkan dari Ar-Rabi' bin Khutsaim, bahwasanya jika berada di waktu pagi ia mengambil kertas dan pena dan setiap apa yang diucapkan ia catat, kemudian sore harinya ia perhitungkan.

Al-Faqih mengatakan bahwa demikian itulah amalan orang-orang zuhud, di mana mereka bersungguh-sungguh menjaga lisan dan memperhitungkan diri di dunia. Oleh karena itu, setiap muslim seharusnya senantiasa memperhitungkan diri di dunia sebelum ia diperhitungkan di akhirat, karena perhitungan di dunia itu lebih mudah daripada perhitungan di akhirat. Mengapa lisan di dunia itu lebih mudah daripada penyesalan di akhirat.

Diriwayatkan dari Ibrahim bin At-Taimi, bahwasanya ia berkata: "Salah seorang kawan Ar-Rabi' bin Khutsaim menceritakan kepada saya, di mana ia berkata; “Saya berkawan dengan Ar-Rabi' selama 20 tahun, saya tidak mendengar satu kalimat pun yang tercela yang diucapkan olehnya.” Musa bin Sa'id berkata: "Ketika Al-Husain bin Ali kw terbunuh, maka salah seorang di antara teman-teman Ar-Rabi' ada yang berkata; “Mungkin hari ini Ar-Rabi' akan berbicara.” Kemudian ia datang ke rumah Ar-Rabi' dan mengabarkan bahwa Al-Husain telah terbunuh, maka Ar-Rabi' menengadah seraya berkata:
“Wahai Allah, Pencipta langit dan bumi, yang mengetahui barang yang ghaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan antara hamba-hambaMu tentang apa yang selalu mereka perselisihkan.” Tidak lebch dari itu."

Salah seorang cendekiawan berkata, bahwa ada enam macam perbuatan yang menunjukkan kebodohan, yaitu:

  1. Marah tidak pada tempatnya, seperti marah pada manusia, binatang dan sesuatu yang lain yang berada dihadapannya yang ia merasa tidak senang kepadanya.
  2. Berbicara yang tidak ada manfaatnya. Oleh karena itu, setiap orang yang berakal sehat hendaknya tidak mengucapkan perkataan yang tidak berguna bagi dirinya, dan hanya mengucapkan perkataan yang membawa manfaat dalam urusan dunia dan akhiratnya.
  3. Memberikan harta tidak pada tempatnya, maksudnya memberi harta kekayaan kepada orang lain yang tidak pantas menerimanya.
  4. Menyebarluaskan rahasia pada setiap orang.
  5. Percaya pada setiap orang.
  6. Tidak membedakan kawan dan lawan. Namun demikian ia harus mengetahui siapa kawan yang sebenarnya, sehingga ia bisa taat atau bekerja sama dengannya dan siapa musuh yang sebenarnya, sehingga ia bisa menjauhinya. Musuh yang paling utama adalah setan dan oleh karenanya ia harus benar-benar menjauhi dan tidak akan patuh kepada setan.

Diriwayatkan dari Nabi Isa as bin Maryam, bahwasanya ia bersabda:
"Setiap pekataan yang bukan dzikir kepada Allah, maka itu adalah tidak ada gunanya. Setiap diam yang bukan berdzikir adalah kelalaian. Setiap pandangan yang bukan untuk mengambil pelajaran adalah sia-sia. Maka beruntunglah orang yang perkataannya adalah dzikir kepada Allah, diamnya adalah berfikir, dan pandangannya untuk mengambil pelajaran."

Diceritakan dari Al-Auza'i, bahwasanya ia berkata: "Orang yang beriman itu sedikit bicara dan banyak amal, tetapi orang munafik itu banyak bicara sedikit amal."

Diceritakan dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Ada lima sifat yang tidak terdapat pada orang munafik, yaitu;
(1). Mendalami agama.
(2). Hati-hati dengan lisan.
(3). Cerah muka.
(4). Cahaya di dalam hati
(5). Cinta kepada kaum muslimin."

Yahya bin Aktsam berkata: "Tiada seseorang yang baik perkataannya melainkan akan tampak di dalam amal-amal perbuatannya yang lain, dan tiada seseorang yang jelek perkataannya, melainkan akan tampak di dalam amal-amal perbuatannya yang lain."

Dari Rasulullah saw bahwasanya beliau bersabda:
"Beruntunglah orang yang bisa menguasai lidahnya, lapang di rumahnya, dan menangisi dosa-dosanya."

Al-Faqih berkata: Abu Ja'far menceritakan kepada kami dengan sanadnya dari Al-Hasan Al-Bashri, di mana ia berkata: "Sesungguhnya lisan orang yang bijaksana itu berada di belakang hatinya, di mana bila ia hendak bicara, maka ia pertimbangkan matang-matang di dalam hatinya, apabila yang akan diucapkan itu bermanfaat baginya, maka ia ucapkan, dan apabila akan merugikan atas dirinya, maka ia menahannya. Sedangkan hati orang yang bodoh itu berada di ujung lidahnya, di mana ia tidak pernah mempertimbangkan bila akan mengucapkan sesuatu, apa pun yang ingin ia ucapkan langsung saja ia ucapkan."

Al-Faqih beqkata: Ayahku meriwayatkan kepada kami dengan sanadnya dari Abu Dzarr Al-Ghiffari, bahwasanya ia berkata: Saya bertanya: "Wahai Rasulullah, apa saja yang terdapat di dalam shuhuf Nabi Ibrahim?" Beliau bersabda:
"Di dalamnya terdapat contoh-contoh dan pelajaran-pelajaran (di antaranya); “Orang yang berakal seharusnya tidak dikalahkan oleh hatinya, selalu menjaga lisannya, mengetahui zamannya, mengerjakan urusannya dengan sungguh-sungguh, karena sesungguhnya orang yang menganggap ucapannya termasuk amal perbuatannya, maka ia akan sedikit bicara kecuali dalam hal yang bermanfaat baginya.”"

Al-Faqih berkata: Abu Ja'far meriwayatkan kepada kami dengan sanadnya dari Abu Ishaq Al-Hamdani dari Al-Harts dari Ali bin Abi Thalib ra, di mana ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda:
"Orang yang berakal itu seharusnya tidak bersungguh-sungguh kecuali dalam tiga hal, yaitu:
(1). Usaha untuk keperluan hidupnya,
(2). Beramal untuk hari kemudiannya,
(3). Bersenang-senang di dalam apa yang tidak diharamkan."

Beliau juga bersabda:
"Orang yang berakal itu seharusnya dapat memanfaatkan kesempatan di siang harinya, yaitu:
(1). Kesempatan untuk bermunajat kepada Tuhannya,
(2). Kesempatan untuk menghitung-hitung (amal) dirinya,
(3). Kesempatan untuk mendatangi para cendekiawan yang mendalami urusan agama dan dunia, dan untuk meminta nasehat kepada mereka,
(4). Kesempatan untuk memenuhi kesenangan dirinya dalam hal yang halal dan baik."

Beliau juga bersabda:
"Orang yang berakal itu seharusnya selalu memperhatikan urusannya, mengenal orang-orang di zamannya, serta menjaga kemaluan dan lidahnya."

Al-Faqih berkata: Diriwayatkan bahwa pernyataan di atas juga tertulis di dalam kumpulan kata-kata mutiara keluarga Nabi Dawud.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra bahwasanya Luqman Al-Hakim datang ke rumah Nabi Dawud as. Dan Nabi Dawud as sedang membuat baju besi (untuk perang), dan Luqman kagum melihat apa yang dikerjakan oleh Nabi Dawud as dan ingin menanyakannya, namun ia tertahan karena hikmahnya, jadi ia tidak menanyakan apa pun. Ketika Nabi Dawud as selesai dan mencoba baju besi itu, Nabi Dawud as bersabda: "Betapa baiknya baju ini untuk berperang, dan memang dibuat oleh orang yang baik." Luqman lantas berkata: "Diam itu adalah hikmah, namun sedikit orang yang dapat mengerjakannya."

Seorang penyair berkata:

"Ilmu adalah perhiasan, dan diam adalah keselamatan,
apabila kamu berkata-kata, maka janganlah banyak bicara."

"Kamu tidak akan menyesal karena diam sekali,
namun sungguh kamu akan menyesal karena bicara berulang kali."

Penyair yang lain mengatakan:

"Seorang pemuda bisa mati karena tergelincir lidahnya,
dan tidak ada seorang yang mati karena tergelincir kakinya."

Penyair yang lain mengatakan:

"Janganlah sekali-kali kamu mengucapkan apa yang kamu tidak suka,
karena bisa jadi lidah itu mengucapkan sesuatu,
maka terjadilah apa yang diucapkannya."

Humaid bin Abbas membuat syais sebagai berikut:

"Sungguh tidak ada sesuatu yang saya ketahui tempatnya,
yang lebih pantas dipenjara daripada lisan yang sangat lemas."

"Apa yang ada di mulutmu yang tidak bermanfaat bagimu,
maka kuncilah yang kuat-kuat, di mana kamu berada."

"Banyak perkataan yang meluncur dari (mulut) orang yang bergurau,
tetapi meluncurkan anak panah yang menyebabkan mati dengan segera."

"Sungguh, diam itu lebih baik daripada ucapan yang bergurau,
maka jadilah kamu orang yang pendiam, niscaya kamu selamat, dan
bila kamu berkata, maka harus adil."

"Janganlah kamu bertindak sembrono kepada kawan, dan
bila kamu membenci orang yang kamu benci, maka biasa-biasa saja.
Karena sesungguhnya kamu tidak tahu kapan kamu membenci kekasihmu atau kamu mencintai orang yang kini kamu benci,
maka gunakanlah akal sehatmu."

Seorang cendekiawan mengatakan bahwa diam itu mengandung 7.000 kebaikan, dan kesemuanya itu dirangkum dalam tujuh kalimat yang masing-masing kalimat terdapat seribu kebaikan. Ketujuh kalimat itu adalah:

  1. Diam itu merupakan ibadah yang tanpa susah-payah.
  2. Diam itu merupakan perhiasan yang tanpa emas dan permata.
  3. Diam itu merupakan kewajiban yang tanpa kekuasaan.
  4. Diam itu merupakan benteng yang tanpa pagar.
  5. Diam itu merupakan kekayaan yang tanpa merendahkan orang lain.
  6. Diam itu merupakan istirahat bagi malaikat pencatat amal.
  7. Diam itu merupakan penutup aib.

Ada yang mengatakan bahwa diam itu merupakan hiasan bagi orang yang pandai, dan merupakan tirai bagi orang yang bodoh.

Seorang cendekiawan berkata: "Jasad manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu: Hati, lidah dan anggota-anggota badan. Allah memuliakan masing-masing bagian dengan kemuliaan. Kemuliaan hati adalah dengan makrifat dan tauhid, kemuliaan lisan adalah adalah dengan persaksian bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan membaca Al-Qur'an, dan kemuliaan anggota-anggota badan adalah dengan shalat, puasa-puasa dan ibadah-ibadah yang lain. Masing-masing bagian itu ada pengawas dan pemelihara. Pemeliharaan hati diserahkan kepada dirinya sendiri, maka tidak ada yang mengetahui sesuatu yang berada di dalam hati kecuali Allah. Pemeliharaan lidah diserahkan kepada malaikat pencatat amal, di mana Allah Ta'ala berfirman:
"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS. Qaf, 50:18)
Sedangkan pemeliharaan hati diserahkan kepada perintah dan larangan. Kemudian setiap bagian itu harus jujur. Jujurnya hati adalah tetap beriman, tidak dengki, tidak berkhianat dan tidak membuat tipu daya. Jujurnya lisan adalah tidak menggunjing, tidak bohong, dan tidak mengucapkan apa yang tidak berguna. Sedangkan jujurnya anggota-anggota badan adalah tidak maksiat kepada Allah dan tidak mengganggu sesama muslim. Barang siapa yang hatinya tergelincir, maka ia kikir, dan barang siapa yang anggota-anggota badannya tergelincir maka ia orang yang durhaka.

Diriwayatkan dari Al-Hasan, di mana ia berkata: Umar bin Al-Khaththab ra melihat seorang pemuda, lalu ia berkata: "Wahai anak muda, jika kamu dapat menjaga kejelekan yang tiga, maka berarti kamu menjaga kejelekan masa mudamu, yaitu bila kamu bisa menjaga kejelekan lidah, kemaluan dan perutmu."

Diceritakan bahwa Luqman Al-Hakim adalah seorang budak yang berkebangsaan Ethiopia, dan hikmah yang pertama kali tampak daripadanya, yaitu sewaktu majikannya berkata kepadanya: "Sembelihlah kambing ini dan ambilkan dua bagian yang paling baik untukku." Kemudian Luqman mengambilkan hati dan lidahnya untuk majikannya. Pada waktu yang lain, majikannya berkata kepadanya: "Sembelihlah kambing ini dan ambilkan dua bagian yang paling jelek untukku." Kemudian Luqman mengambilkan hati dan lidahnya. Majikannya lalu menanyakan kepada Luqman hal yang demikian itu, kemudian Luqman menjawab: "Di tubuh ini tidak ada yang lebih baik daripada hati dan lidah, apabila keduanya itu baik, dan tidak ada yang lebih jelek daripada hati dan lidah, apabila keduanya itu jelek."

Diriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasanya ketika beliau mengutus Mu'adz ke Yaman, ia berkata: "Wahai Nabiyullah, berilah saya wasiat." Kemudian beliau menunjuk lidahnya, maksudnya Mu'adz harus menjaga lidah dengan sebaik-baiknya. Tampaknya Mu'adz menganggap remeh jawaban Nabi saw, maka ia berkata lagi: "Wahai Nabiyullah, berilah saya wasiat." Beliau bersabda:
"Celaka kamu, tidaklah orang-orang akan terjerumus ke dalam neraka Jahannam melainkan karena akibat dari lidah mereka."

Al-Hasan Al-Bashri berkata: "Barang siapa yang banyak bicaranya, maka banyak salahnya, barang siapa banyak hartanya, maka banyak dosanya dan barang siapa yang jelek budi pekertinya, maka ia menyiksa dirinya sendiri."

Diriwayatkan dari Sufyan Ats-Tsauri, bahwasanya ia berkata: "Seandainya saya harus melempar seseorang dengan anak panah, maka itu lebih aku sukai daripada harus melempar dengan lidahku, karena lemparan lidah itu tidak meleset sedangkan lemparan anak panah itu kadang-kadang meleset."

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri ra, bahwasanya ia berkata: "Bila waktu pagi tiba, maka semua anggota tubuh berkata kepada lidah; “Wahai lidah, kami berpesan kepadamu dengan menyebut nama Allah untuk jujur. Bila kamu jujur maka kami pun akan jujur, tetapi bila kamu curang kami pun akan curang.”"

Diriwayatkan dari Abu Dzarr Al-Ghiffari ra, bahwasanya ia berdiri di depan ka'bah seraya berkata: "Ketahuilah, orang yang telah mengenal aku, maka ia tentu mengerti siapa aku, tetapi bagi yang belum mengenal, aku adalah Jundub bin Junadah Al-Ghiffari Abu Dzarr. Mendekatlah kamu sekalian kepada kawan yang akan menyampaikan nasehat dan sayang kepadamu." Kemudian berkumpullah orang-orang di sekeliling Abu Dzarr, lantas ia berkata: "Wahai manusia, barang siapa yang ingin bepergian di dunia ini, maka ia tidak bisa melakukannya bila tidak mempunyai bekal. Maka bagaimana orang yang ingin bepergian ke akhirat tanpa membawa bekal?" Orang-orang yang berada di sekelilingnya menjawab: "Apakah bekal kita, wahai Abu Dzarr?" Ia menjawab: "Shalat dua raka'at di kegelapan malam untuk menghadapi gelapnya kubur, puasa di saat yang sangat panas untuk menghadapi hari kebangkitan dari kubur, shadaqah kepada orang-orang miskin, niscaya kamu akan selamat dari siksaan di waktu yang sangat sulit, haji untuk menghadapi hal-hal yang besar, dan jadikanlah dunia ini menjadi dua majlis saja, satu majlis untuk mencari dunia, dan satu majlis lagi untuk mencari akhirat, sedangkan majlis ketiga adalah berbahaya dan tidak bermanfaat, jadikanlah perkataan itu hanya dua macam saja, yaitu perkataan yang membawa manfaat bagi urusan duniamu, dan satu perkataan yang kekal bagi urusan akhiratmu dan satu perkataan macam yang ketiga adalah berbahaya dan tidak bermanfaat, gunakanlah hartamu itu untuk dua macam, yaitu harta yang kamu belanjakan untuk kepentingan keluargamu, dan harta yang kamu simpan untuk masa depanmu sendiri (akhirat), sedangkan jenis yang ketiga maka berbahaya dan tidak bermanfaat." Kemudian Abu Dzarr berkata: "Aduh, saya telah terbunuh oleh kerisauan satu hari yang tidak dapat saya kejar." Ada salah seorang di antara mereka bertanya: "Apakah itu?" Abu Dzarr menjawab: "Angan-anganku melebihi batas ajalku, sehingga terasa sukar bagiku untuk beramal."

Diceritakan dari Nabi Isa as, bahwasanya beliau bersabda:
"Janganlah kamu banyak bicara selain untuk berdzikir kepada Allah, (karena bila kamu banyak bicara selain dzikir), maka hatimu akan keras, dan hati yang keras itu jauh dari Allah, akan tetapi kamu tidak mengetahuinya."

Salah seorang sahabat berkata: "Apabila kamu merasa hatimu keras, badanmu lemah dan rezekimu sulit, maka ketahuilah bahwa kamu telah banyak berbicara tentang apa yang tidak berguna bagimu."

Wallahul muwaffiq.


---o0o---



Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

Trending Articles