Al-Faqih berkata: Abul Qasim bin Muhammad bin Rauzabah menceritakan kepada kami, Abu Musa Isa bin Khasynam menceritakan kepada kami, Suwaid menceritakan kepada kami dari Ishaq bin Abdullah dari Abu Thalhah dari Abu Murrah dari Abu Waqid Al-Laitsi, bahwasanya pada suatu ketika Rasulullah saw duduk dengan para sahabatnya, kemudian ada tiga orang datang kepada beliau, yang seorang melihat tempat yang kosong di tengah-tengah majlis lalu ia duduk di situ, yang seorang lagi duduk di belakang majlis, dan yang terakhir pergi meninggalkan majlis. Setelah Rasulullah saw selesai memberikan pengajian, beliau bersabda:
"Maukah kamu aku beritahu tentang tiga orang tadi? Yang pertama, karena ia mendekat kepada Allah, maka Allah mendekat kepadanya. Orang yang kedua, karena ia malu kepada Allah kalau-kalau mengganggu orang lain, maka Allah malu kepadanya, sedangkan orang yang ketiga, karena ia berpaling maka Allah berpaling daripadanya."
Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami dari Dawud bin Syabur bin Hausyab, di mana ia berkata: Luqman berkata kepada anaknya:
"Wahai anakku, apabila kamu melihat suatu kaum yang sedang berdzikir kepada Allah, maka duduklah bersama-sama mereka, karena apabila kamu sudah mengetahui, maka akan bermanfaat ilmumu, dan bila kamu belum mengetahui, maka kamu akan bisa belajar dari mereka, dan kemungkinan Allah melihat mereka dengan penuh rahmat sehingga kamu ikut mendapatkan bagian bersama-sama dengan mereka. Dan apabila kamu melihat suatu kaum sedang duduk tidak berdzikir kepada Allah maka janganlah kamu duduk bersama mereka, karena bila kamu telah pandai maka ilmumu tidak akan bermanfaat dan bila kamu bodoh maka kamu akan bertambah sesat, dan kemungkinan Allah melihat mereka dengan murka maka kamu ikut mendapatkan bagian murka bersama-sama dengan mereka."
Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami dengan sanadnya dari Abu Shalih dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala mempunyai malaikat yang berkeliling di bumi, apabila mereka mendapatkan suatu kaum yang berdzikir kepada Allah Ta'ala, mereka berseru seraya berkata; “Mari ke sini apa yang kamu cari.” Mereka lalu datang ke situ dan mengelilingi mereka. Apabila mereka naik ke langit, Allah bertanya kepada mereka; “Sedang apa hambaKu sewaktu kamu tinggalkan?” Padahal Allah lebih mengetahui tentang keadaan hamba-hambaNya itu. Para malaikat menjawab; “Kami meninggalkan mereka sewaktu mereka memuji kepadaMu, mensucikan Engkau dan berdzikir kepadaMu.” Allah bertanya; “Apa yang mereka cari?” Para malaikat menjawab; “Surga.” Allah Azya Wa jalla bertanya; “Apakah mereka pernah melihatnya?” Para malaikat menjawab; “Belum.” Allah bertanya; “Bagaimana seandainya mereka pernah melihatnya?” Para malaikat menjawab; “Seandainya mereka pernah melihatnya niscaya mereka akan lebih bersemangat di dalam mencarinya dan lebih berambisi untuk mendapatkannya.” Allah bertanya; “Dari apakah mereka berlindung diri?” Para malaikat menjawab; “Mereka berlindung diri dari neraka.” Allah Ta'ala bertanya; “Apakah mereka pernah melihatnya?” Para malaikat menjawab; “Belum.” Allah bertanya; “Bagaimana seandainya mereka pernah melihatnya?” Para malaikat menjawab; “Seandainya mereka pernah melihatnya niscaya mereka akan lebih menjauh dan lebih takut lagi.” Allah berfirman; “Wahai malaikatKu, Aku persaksikan kepadamu bahwasanya Aku telah mengampuni (dosa-dosa) mereka.” Para malaikat berkata; “Sesungguhnya di tengah-tengah mereka itu ada si Fulan yang banyak dosa, di mana ia datang di majlis itu bukan dengan tujuan yang baik, akan tetapi ia datang ke sana karena ada sesuatu kepentingan.” Allah berfirman; “Mereka adalah suatu kumpulan orang yang tidak ada rugi siapa yang duduk bersama mereka.”"
Abdullah bin Mas'ud ra meriwayatkan bahwasanya ia berkata:
"Perumpamaan kawan yang baik adalah seperti orang yang membawa minyak wangi di mana meskipun ia tidak memberi minyak wangi itu kepadamu niscaya kamu akan mendapatkan baunya yang harum. Sedangkan perumpamaan kawan yang jahat adalah seperti tukang pandai besi di mana bila ia tidak membakar bajumu maka kamu akan kena asap apinya."
Diriwayatkan dari Ka'bul Ahbar, bahwasanya ia berkata:
"Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung telah menulis dua kalimat yang diletakkan di bawah 'arasy sebelum menciptakan makhluk, sedangkan dua kalimat itu tidak diketahui oleh malaikata." Sewaktu ditanyakan: "Wahai Abu Ishaq, apakah dua kalimat itu?" Abu Ishaq menjawab: "Salah satu dari dua kalimat itu tertulis; “Seandainya ada seseorang yang biasa berbuat baik akan tetapi pergaulannya dengan orang-orang yang jahat, maka Aku jadikan amalnya itu berdosa dan nanti pada hari kiamat Aku kumpulkan bersma-sama dengan orang-orang yang jahat.” Pada kalimat yang lain tertulis; “Seandainya ada seseorang yang biasa berbuat jahat, akan tetapi pergaulannya dengan orang-orang yang baik dan ia mencintai mereka, maka Aku jadikan perbuatan jahatnya itu berpahala dan nanti pada hari kiamat Aku kumpulkan bersama-sama dengan orang-orang yang baik.”"
Al-Faqih berkata:
"Barang siapa yang duduk bersama-sama dengan orang alim akan tetapi ia tidak bisa menghafal ilmu daripadanya, maka ia masih bisa mendapatkan tujuh macam kemuliaan, yaitu;
- Keutamaan orang-orang yang belajar,
- Selama duduk, ia tertahan dari perbuatan dosa dan salah,
- Sewaktu keluar menuju rumah orang alim diturunkan rahmat kepadanya,
- Sewaktu duduk bersama-sama orang alim diturunkan rahmat kepadanya dan ia memperoleh barakah,
- Selama ia mendengarkan, dicatatkan kebaikan baginya,
- Para malaikat membentangkan sayapnya karena ridha, ia berada di tengah-tengah majlis itu,
- Setiap langkah yang ia langkahkan akan menaikkan satu derajat, menghilangkan satu dosa dan menambah kebaikan baginya."
Di samping apa yang telah disebutkan di atas, Allah Ta'ala juga akan memuliakannya dengan enam macam kemuliaan, yaitu;
- Allah memuliakannya dengan senang mendatangi majlis ulama,
- Ia akan mendapatkan pahala bila perbuatannya ditiru orang lain, sebanyak orang yang menirunya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun,
- Bila salah seorang di antara ulama itu diampunkan dosanya maka ia bisa memberi syafa'at kepadanya,
- Dingin hatinya (tidak berminat) untuk bergaul dengan orang-orang fasik,
- Masuk dalam perjalanan orang-orang terpelajar dan orang-orang yang shalih,
- Menegakkan perintah Allah, karena Allah Ta'ala berfirman;
"Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab." (QS. Ali 'Imran, 3:79)
Salah seorang cendekiawan berkata:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala mempunyai surga di dunia, di mana siapa yang masuk ke dalamnya, maka ia akan bahagia hidupnya." Sewaktu ditanyakan: "Apakah itu?" Ia menjawab: "Majlis dzikir."
Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Majlis yang baik itu dapat menghapus dua juta majlis yang jelek bagi orang mukmin."
Dari Umar bin Al-Khaththab ra, di mana ia berkata:
"Ada seseorang yang keluar dari rumahnya dengan membawa dosa sebesar gunung Tihamah, akan tetapi sewaktu ia mendengar pengajian hatinya merasa takut dan bertaubat dari dosa-dosanya lalu ia kembali ke rumahnya sedangkan dosanya telah hilang. Oleh karena itu, janganlah kamu berpisah dari pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh ulama, karena sesungguhnya Allah Ta'ala tidak menjadikan tempat di muka bumi yang lebih mulia dalam pandangan Allah daripada pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh ulama."
Humaid meriwayatkan dari Anas bin Malik ra, bahwasanya ia berkata:
"Ada seseorang datang kepada Nabi saw lalu bertanya; “Kapan datang hari kiamat?” Beliau bertanya; “Apa yang telah kamu siapkan untuk hari kiamat itu?” Ia menjawab; “Saya tidak mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak untuk hari kiamat, hanya saja saya mencintai Allah dan RasulNya.” Kemudian Nabi saw bersabda; “Seseorang itu bersama orang yang dicintainya, dan kamu nanti bersama orang yang kamu cintai.”"
Anas berkata: "Saya tidak pernah melihat kaum muslimin merasa gembiranya sewaktu mereka mendengar sabda Nabi saw tersebut."
Dari Ibnu Mas'ud ra, di mana ia berkata:
"Ada tiga hal yang saya katakan dengan sebenar-benarnya, yaitu;
- Allah tidak akan memimpin seseorang di dunia lalu pada hari kiamat akan dipimpin oleh yang lain (maksudnya bila seseorang di dunia mendapat bimbingan Allah maka nanti pada hari kiamat ia akan berada di bawah pengawasan Allah),
- Orang yang mempunyai andil dalam Islam tidak akan sama dengan orang yang tidak mempunyai andil,
- Seseorang itu akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya. Dan yang keempat yaitu apabila saya bersumpah niscaya apa yang saya katakan itu benar, yakni Allah tidak akan menutupi aib seseorang di dunia melainkan nanti di akhirat Allah juga akan menutupinya."
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra bahwasanya ia masuk ke dalam pasar dan berkata kepada orang-orang yang berada di pasar:
"Kenapa kamu kok berada di sini padahal warisan Nabi Muhammad saw dibagi-bagi di masjid?" Kemudian orang-orang pergi ke pasar dan meninggalkan pasar. Setelah kembali dari masjid mereka berkata: "Wahai Abu Hurairah, kami tidak melihat ada warisan yang dibagi-bagi." Abu Hurairah lalu bertanya: "Apa yang kamu lihat di sana?" Mereka menjawab: "Kami hanya melihat orang-orang yang dzikir kepada Allah Ta'ala dan membaca Al-Qur'an." Abu Hurairah lantas berkata: "Itulah warisan Nabi Muhammad saw."
Dari Alqamah bin Qais, bahwasanya ia berkata:
"Seandainya pagi-pagi saya pergi ke suatu kaum untuk menanyakan kepada mereka masalah atau mereka bertanya kepada saya, niscaya hal itu lebih saya sukai daripada menyerahkan seratus ekor kuda untuk berjuang pada jalan Allah."
Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Tidak duduk suatu kaum untuk berdzikir kepada Allah Ta'ala, melainkan ada seruan dari langit yang menyerukan kepada mereka; “Bangkitlah kamu, kejahatan-kejahatanmu telah diganti dengan kebaikan-kebaikan, dan Aku telah mengampuni semua dosamu.” Dan tidak duduk sekelompok orang dari penduduk bumi ini yang berdzikir kepada Allah Ta'ala, melainkan malaikat duduk bersama mereka sebanyak bilangan mereka."
Syaqiq Az-Zahid berkata:
"Orang-orang yang baru saja bangkit dari pengajianku itu ada tiga kelompok, yaitu orang kafir, orang munafik dan orang mukmin. Dalam hal ini karena aku hanya menafsirkan Al-Qur'an lalu menyampaikan apa yang difirmankan oleh Allah dan disebabkan oleh RasulNya. Maka siapa yang tidak membenarkan apa yang aku katakan maka ia adalah orang kafir, siapa yang hatinya merasa sempit untuk menerima apa yang aku katakan maka ia adalah orang munafik, dan siapa yang menyesali perbuatannya dan niat untuk tidak berbuat dosa lagi maka ia adalah orang yang benar-benar mukmin."
Al-Faqih berkata:
"Barang siapa yang duduk bersama-sama dengan delapan kelompok orang maka Allah akan menambah kepadanya delapan sifat, yaitu:
- Siapa yang duduk bersama dengan orang kaya, akan bertambah cintanya terhadap dunia.
- Siapa yang duduk dengan orang miskin, akan bertambah syukur dan ridha atas pemberian Allah kepadanya.
- Siapa yang duduk bersama dengan para penguasa, akan bertambah kesombongan dan kekerasan hatinya.
- Siapa yang duduk bersama dengan orang perempuan, akan bertambah kebodohan, keinginan dan cenderung untuk mengikuti kemauannya.
- Siapa yang duduk bersama dengan anak-anak, akan bertambah mainan dan senda gurau.
- Siapa yang duduk bersama dengan orang fasik, akau bertambah kemauannya untuk melakukan perbuatan dosa dan maksiat serta menunda-nunda taubat.
- Siapa yang duduk bersama dengan orang shalih, akan bertambah kemauannya untuk senantiasa meningkatkan ibadah dan menjauhi segala yang haram.
- Siapa yang duduk bersama dengan ulama, akan bertambah ilmu dan kearifannya."
Ada tiga macam tidur yang dibenci oleh Allah, dan ada tiga macam tertawa yang juga dibenci oleh Allah. Ketiga macam tidur yang dimaksud adalah:
- Tidur sewaktu majlis dzikir atau pengajian.
- Tidur sesudah shalat subuh.
- Tidur sebelum shalat isya dan tidur sebelum mengerjakan shalat wajib.
Sedangkan tiga macam tertawa yang dibenci, adalah:
- Tertawa di belakang jenazah.
- Tertawa di majlis dzikir.
- Tertawa di kubur.
Abu Yahya Al-Warraq berkata:
"Musibah itu ada empat, yaitu:
- Ketinggalan takbiratul ihram.
- Ketinggalan majlis dzikir.
- Ketinggalan berjuang melawan musuh.
- Ketinggalan wuquf di Arafah sewakju mengerjakan ibadah haji karena hajinya tidak sah."
Ada yang mengatakan bahwa duduk bersama-sama dengan ulama itu merupakan pengangkatan terhadap agama dan hiasan bagi dirinya, sedangkan duduk bersama-sama dengan orang-orang fasik itu merupakan penghinaan terhadap agama dan jelek bagi dirinya.
Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Memandang pada muka orang alim itu ibadah, memandang ke Ka'bah itu ibadah, dan memandang pada mushaf itu juga ibadah."
Al-Faqih berkomentar, seandainya mendatangi pengajian itu tidak ada manfaatnya kecuali hanya melihat wajah orang alim niscaya yang demikian itu merupakan keharusan bagi orang yang berakal sehat untuk menyukainya. Bagaimana tidak, karena Nabi saw menempatkan posisi ulama itu pada posisi beliau, sebagaimana disabdakan:
"Barang siapa yang mengunjungi orang alim itu maka seolah-olah ia mengunjungi aku. Barang siapa yang berjabat tangan dengan orang alim maka seolah-olah ia berjabat tangan dengan aku. Barang siapa yang duduk bersama orang alim maka seolah-olah ia duduk bersama-sama dengan aku, dan barang siapa yang di dunia duduk bersama-sama dengan aku maka nanti pada hari kiamat Allah akan mendudukkan bersama-sama dengan aku di surga."
Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri, bahwasanya ia berkata:
"Perumpamaan ulama itu adalah bagaikan bintang-bintang di mana apabila bintang-bintang itu terbit maka orang-orang mendapatkan petunjuk-petunjuk daripadanya, dan apabila bintang-bintang itu gelap maka orang-orang akan merasa bingung. Dan kematian orang alim di dalam Islam itu merupakan lubang yang tidak bisa ditutup oleh apa pun di sepanjang masa."