Quantcast
Channel: MENTARI SENJA
Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

MENGAMALKAN ILMU

$
0
0

Al-Faqih berkata: Al-Hakim Abul Hasan Ali bin Al-Husain menceritakan kepada kami, Al-Husain bin Isma'il Al-Qadli menceritakan kepada kami, Yusuf bin Musa menceritakan kepada kami, Hafsh Al-Atsari meriwayatkan kepada kami dari Isma'il bin Sumai' dari Anas bin Malik ra, bahwasanya ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
"Ulama itu adalah orang-orang kepercayaan para rasul atas hamba-hamba Allah, selama mereka tidak menjilat penguasa dan rakus terhadap dunia. Apabila mereka rakus terhadap dunia, maka mereka telah mengkhianati para rasul, maka jauhilah mereka dan berhati-hatilah terhadap mereka."

Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Abdullah bin Numair menceritakan kepada kami dari Ja'far bin Barqan dari Al-Furat bin Sulaiman, di mana ia berkata: Abu Darda ra berkata:
"Seseorang tidak bisa menjadi alim sebelum ia belajar. Seseorang itu tidak bisa menjadi alim sebelum ia mengamalkannya." tujuh kali.

Dari Abu Darda ra, bahwasanya ia berkata:
"Celaka bagi orang yang tidak mengetahui satu kali, dan celaka bagi orang yang telah mengetahui tetapi tidak mengamalkannya, tujuh kali."

Dari Abu Darda ra, bahwasanya ia berkata:
"Sesungguhnya nanti pada kiamat aku tidak takut bila ditanya; “Apa yang telah kamu ketahui?” Akan tetapi aku takut bila ditanya; “Apa yang kamu kerjakan terhadap apa yang telah kamu ketahui?”"

Diriwayatkan dari Nabi Isa as, bahwasanya beliau bersabda:
"Barang siapa yang mengetahui dan mengamalkan, maka dia itulah yang dinamakan besar di alam malaikat langit."

Diriwayatkan dari Umar bin Al-Khaththab ra, bahwasanya ia bertanya kepada Abdullah bin Salam ra: "Siapakah orang yang alim?" Ia menjawab: "Orang yang mengamalkan ilmunya." Umar bertanya lagi: "Apakah yang bisa menghilangkan ilmu dari dalam dada?" Ia menjawab: "Rakus."

Dari Nabi Isa as, bahwasanya beliau bersabda:
"Apa gunanya membawa lampu bagi orang yang buta dan orang lain yang mendapatkan cahayanya? Apa gunanya rumah gelap, sedangkan lampu berada di belakan rumah? Apa gunanya kamu membicarakan masalah ilmu, sedangkan kamu tidak mengamalkannya?"

Nabi Isa as juga bersabda:
"Betapa banyak pohon akan tetapi tidak semuanya berbuah. Betapa banyak ulama akan tetapi tidak semuanya menunjukkan (kepada kebenaran). Betapa banyak buah-buahan akan tetapi tidak semuanya enak. Dan betapa banyak ilmu akan tetapi tidak semuanya bermanfaat."

Diriwayatkan dari Al-Auza'i, bahwasanya ia berkata:
"Barang siapa yang mengamalkan apa yang telah diketahuinya, maka ia akan diberi pertolongan untuk mengerti apa yang belum diketahuinya."

Sahl bin Abduilah berkata:
"Semua manusia itu mati kecuali ulama. Semua ulama itu mabuk kecuali yang mengamalkan ilmunya. Semua orang yang mengamalkan ilmunya itu tertipu kecuali orang-orang yang ikhlas, dan orang-orang yang ikhlas itu selalu merasa khawatir."

Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Janganlah kamu duduk bersama-sama dengan orang alim kecuali orang alim yang mengajak kamu dari lima ke lima, yaitu dari ragu-ragu ke yakin, dari takabur ke tawadlu' (rendah hati), dari permusuhan ke nasehat, dari riya' ke ikhlas, dan dari rakus dunia ke zuhud."

Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib kw, bahwasanya ia berkata:
"Apabila orang alim tidak mengamalkan ilmunya maka orang yang bodoh akan enggan untuk belajar kepadanya. Oleh karena itu, orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya maka ilmunya itu tidak akan bermanfaat bagi orang lain meskipun ia telah mengumpulkan ilmu itu sebanyak-banyaknya, kami pernah mendengar bahwa ada salah seorang Bani Isra'il telah mengumpulkan ilmu sebanyak 80 peti besar, kemudian Allah Ta'ala menurunkan wahyu kepada salah seorang nabi supaya memberitahukan kepada orang alim sebagai berikut; “Seandainya kamu mengumpulkan ilmu dua kali lipat dari ilmumu yang sekarang ini, maka tidak akan berguna kecuali bila kamu mengamalkan tiga hal, yaitu;

  1. Janganlah kamu mencintai dunia karena dunia bukanlah tempat orang-orang yang beriman.
  2. Janganlah kamu bersahabat dengan setan karena setan itu bukanlah teman orang-orang yang beriman.
  3. Janganlah kamu mengganggu orang-orang yang beriman karena yang demikian itu bukanlah perilaku orang-orang yang beriman.”

Sufyan bin Uyainah ra berkata:
"Bodoh itu sama sekali tidak baik bagi seseorang. Barang siapa yang mengamalkan apa yang ia ketahui maka ia adalah sepandai-pandai manusia, dan barang siapa tidak mengamalkan apa yang telah diketahuinya maka ia adalah orang bodoh."

Ada yang mengatakan bahwa 70 dosa bagi orang yang bodoh itu akan diampuni, akan tetapi satu dosa bagi orang yang mengerti itu tidak akan diampuni.

Disebutkan dalam salah satu hadits bahwa malaikat itu kagum kepada tiga macam orang, yaitu:

  1. Orang alim fasiq yang mengajarkan orang lain apa yang tidak ia kerjakan.
  2. Kuburan orang durhaka yang dibangun dengan batu bata dan semen.
  3. Mengukir nama pada kubur orang yang durhaka.

Dikatakan bahwa nanti pada hari kiamat ada tiga macam manusia yang sangat menyesal, yaitu:

  1. Seseorang yang mempunyai budak yang shalih yang masuk surga, sedangkan dirinya masuk neraka.
  2. Seseorang yang mengumpulkan harta benda sedangkan ia tidak menunaikan kewajiban-kewajiban yang harus dikeluarkan, lalu ia mati dan ahli warisnya menggunakan untuk taat kepada Allah sehingga mereka masuk surga, sedangkan orang yang mengumpulkannya masuk neraka.
  3. Orang alim yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain sehingga orang lain masuk surga karena ilmunya itu sedangkan ia sendiri masuk neraka.

Ada seseorang bercerita kepada Al-Hasan Al-Bashri bahwa ulama ketika berpendapat begini dan begitu, kemudian Al-Hasan berkata:
"Pernahkah kamu melihat orang yang benar-benar alim? Orang yang benar-benar alim itu zuhud terhadap dunia, sangat senang terhadap akhirat, selalu mengingat-ingat dosanya, dan senantiasa beribadah kepada Allah."

Ada yang mengatakan bahwa apabila ulama sibuk mengumpulkan harta yang halal maka orang-orang awam akan memakan makanan yang syubhat, dan apabila ulama makan makanan yang haram, maka orang-orang awam akan menjadi kafir. Al-Faqih mengomentari masalah ini yaitu bilam ulama mengumpulkan harta yang halal, maka orang-orang awam akan menirunya padahal mereka tidak mengetahui ilmunya sehingga mereka terjerumus ke dalam syubhat. Apabila ulama sibuk mengumpulkan harta dengan cara yang syubhat dan hati-hati (menjauhkan diri) dari yang haram maka orang-orang awam akan menirunya tanpa menghiraukan mana yang syubhat dan mana yang halal sehingga mereka terjerumus ke cara yang haram. Sedangkan apabila ulama mengumpulkan harta dengan cara yang haram maka orang-orang awam akan menirunya dan menyangka bahwa cara itu adalah cara yang halal, sehingga mereka menjadi kafir karena menghalalkan apa yang haram.

Dikatakan bahwa nanti pada hari kiamat orang-orang yang bodoh akan memegangi ulama seraya berkata:
"Kamu telah mengetahui akan tetapi kenapa kamu tidak memberi petunjuk kepada kami dan tidak mencegah apa yang kami lakukan sehingga kami terjerumus dalam kesesatan."

Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau ditanya: "Siapakah manusia yang paling jelek?" Beliau menjawab:
"Orang alim apabila ia rusak."

Dan dikatakan, "Jika orang-orang alim telah rusak, maka rusaklah alam."

Diriwayatkan dari Bisyr bin Al-Harts, bahwasanya ia berkata kepada orang-orang yang ahli hadits:
"Tunaikanlah zakatnya hadits-hadits itu." Mereka bertanya: "Bagaimana cara kami menunaikan zakatnya itu?" Bisy menjawab: "Kerjakanlah 50 hadits dari setiap 200 hadits."

Seorang cendekiawan berkata:
"Belajar di masa kini merupakan kerakusan, mendengarkannya merupakan hiburan, membicarakannya merupakan permainan, dan mengamalkannya bagaikan mencabut nyawa."

Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Barang siapa yang mempelajari ilmu karena empat alasan maka ia akan masuk neraka, yaitu; untuk bermegah-megahan dengan ulama, untuk mendebat orang-orang yang bodoh, untuk mencari muka orang-orang, atau untuk mencari harta, kehormatan, derajat atau pangkat dari penguasa."

Sufyan Ats-Tsauri berkata:
"Ilmu itu pada mulanya adalah diam, kemudian mendengarkan, lalu menghafalkan (mengingat), lantas mengamalkannya, dan terakhir menyiarkannya."

Abu Darda' berkata:
"Jadilah kamu orang yang pandai (mengajar), atau belajar, atau mendengarkan, dan janganlah menjadi orang yang keempat maka kamu akan binasa." maksudnya janganlah kamu tidak mengajar, tidak belajar dan tidak pernah mau mendengarkan.

Dikatakan bahwa ulama itu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

  1. Ulama yang mengenal Allah dan mengetahui perintahNya.
  2. Ulama yang mengenal Allah tetapi tidak mengetahui perintahNya.
  3. Ulama yang mengetahui perintah Allah akan tetapi tidak mengenal Allah.
Ulama golongan pertama adalah mereka yang takut kepada Allah dan mengetahui hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban terhadapNya. Ulama golongan kedua adalah mereka yang takut kepada Allah akan tetapi tidak mengetahui hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban terhadapNya. Sedangkan ulama golongan ketiga adalah mereka yang mengetahui hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban terhadapNya, akan tetapi tidak takut kepada Allah.

Al-Faqih berkata: Saya mendengar ayahku berkata: Saya mendengar Muhammad bin Janah berkata: Abu Hafsh berkata:
"Orang alim itu memperoleh sepuluh kebaikan, yaitu; derajat, takut, nasehat, kasih sayang, menanggung, sabar, tenang, tawadlu (rendah hati), hati-hati terhadap harta orang lain, senantiasa membaca kitab dan pintunya selalu terbukam untuk siapa saja."

Abu Hafsh berkata:
Sepuluh sifat berada pada sepuluh kelompok manusia, yaitu; kejam bagi penguasa, kikir bagi orang yang kaya, tamak bagi ulama, rakus bagi orang fakir, tidak malu bagi bangsawan, berlagak muda bagi orang tua, orang laki-laki yang menyerupai orang perempuan, orang perempuan yang menyerupai orang laki-laki, orang zuhud yang mendatangi pintu orang-orang kaya, dan bodoh dalam hal ibadah."

Fudlail bin Iyadl berkata:
"Apabila orang alim rakus terhadap dunia maka akan berakibat jelek bagi kelompok yang dibimbingnya, di mana apabila merekd bodoh maka akan bertambah bodoh, apabila mereka jelek sifatnya maka akan bertambah jelek lagi, dan hati mereka menjadi keras."

Salah seorang cendekiawan berkata:
"Perkataan orang yang bijaksana merupakan hiburan bagi orang yang bodoh, dan perkataan orang yang bodoh merupakan peringatan bagi orang yang bijaksana."
Al-Faqih menjelaskan bahwa orang bodoh itu apabila mendengar perkataan orang yang bijaksana akan menganggapnya aneh sehingga dianggap sebagai hiburan, sedangkan orang yang bijaksana apabila mendengar perkataan orang yang bodoh akan menganggapnya jelek sehingga orang yang bijaksana akan bisa mengambil pelajaran dan berhati-hati untuk tidak berkata seperti perkataan orang yang bodoh.

Dikatakan bahwa hasrat orang yang bodoh adalah mendengarkan, hasrat orang pandai adalah meriwayatkan, hasrat orang yang zuhud adalah hati-hati, menjaga diri dan mengamalkannya.

Wabillaahit taufiiq.


---o0o---



Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

Trending Articles