Quantcast
Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

DZIKIR KEPADA ALLAH TA'ALA


Al-Faqih berkata: Abul Qasim Abdur Rahman bin Muhammad menceritakan kepada kami, Faris bin Marduwih menceritakan kepada kami, Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Abu Usamah menceritakan kepada kami dari Katsir bin Murrah, di mana ia berkata: Saya mendengar Abu Darda ra berkata: Rasulullah saw bersabda:
"Maukah kamu aku beritahu tentang sebaik-baik amalmu, dan sesuci-sucinya di sisi Tuhanmu, dan setinggi-tingginya di dalam derajatmu, dan lebih baik bagimu daripada menginfakkan emas, dan perak, dan lebih baik bagimu daripada kamu berhadapan dengan musuhmu, lalu kamu memenggal leher mereka, dan mereka memenggal lehermu, yaitu dzikir kepada Allah."

Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami dari Al-Hajjaj dari Abu Ja'far, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
"Seberat-berat amal itu ada tiga, yaitu: menyadarkan dirinya sendiri, membantu saudara dengan harta, dan dzikir kepada Allah Ta'ala."

Diriwayatkan dari Mu'adz bin Jabal ra, bahwasanya ia berkata:
"Tidak ada sesuatu amal manusia yang dapat lebih menyelamatkannya dari siksaan Allah Ta'ala daripada dzikir kepada Allah Ta'ala." Ada yang menanyakan kepadanya: "Dan bukan berjuang pada jalan Allah?" Muadz menjawab: "Dan juga tidak berjuang pada jalan Allah, karena Allah Ta'ala berfirman: “Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain).” (QS. Al-'Ankabut, 29:45)

Dari Al-Hasan Al-Bashri, di mana ia berkata: Ketika ditanyakan kepada Rasulullah saw: "Amal apakah yang paling utama?" Beliau menjawab: "Kamu mati, sedangkan lisanmu basah dengan dzikir kepada Allah."

Malik bin Dinar berkata:
"Barang siapa yang tidak merasa lebih senang kepada kalamullah daripada pembicaraan makhluk, maka ia benar-benar telah sedikit amalnya, buta hatinya, dan sia-sia umurnya."

Anas bin Malik ra meriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Dzikir kepada Allah itu adalah tanda iman, kebebasan dari nifak, benteng dari setan, dan penjagaan dari api neraka."

Wahb bin Munabbih meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, bahwasanya ia berkata:
"Ketika Allah Ta'ala mengutus Nabi Yahya bin Zakariya as kepada Bani Israil, Allah memerintahkan lima macam pekerjaan, dan masing-masing pekerjaan itu supaya dibuatkan perumpamaan. Kelima hal itu, adalah:

  1. Hendaknya Yahya menyuruh mereka untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu denganNya. Dan hendaknya Yahya membuatkan perumpamaan, bahwa sirik itu adalah seperti seseorang (majikan) yang membeli budak dengan uangnya sendiri, lalu diberi rumah dan dikawinkan dengan budak perempuannya, dan diberi uang untuk berniaga. Ia boleh makan secukupnya, dan memberikan sisa keuntungannya kepada majikannya, sedangkan majikannya sendiri diberi sedikit sekali. Maka siapakah di antara kamu yang merasa senang terhadap sikap budak yang seperti itu?
  2. Hendaknya Yahya menyuruh mereka mengerjakan shalat, dan hendaknya ia membuatkan perumpamaan, bahwa shalat itu seperti seseorang yang ingin menghadap kepada salah seorang raja, lalu sang raja mengizinkannya untuk masuk. Setelah diterima sang raja kemudian diadakan tatap muka untuk mendengarkan apa yang diucapkannya, dan akan memenuhi apa yang dimintanya. Namun orang itu malah menoleh ke kanan dan ke kiri, dan tidak serius di dalam menyampaikan kepentingannya, maka sang raja pun akan berpaling daripadanya dan tidak memenuhi kepentingannya.
  3. Hendaknya Yahya menyuruh mereka untuk berpuasa, dan hendaknya ia membuatkan perumpamaan, bahwa puasa itu adalah seperti seseorang yang memakai pakaian perang lengkap dengan senjatanya, sehingga musuh tidak mudah sampai, atau memukul dengan senjatanya.
  4. Hendaknya Yahya menyuruh mereka untuk bershadaqah, dan hendaknya ia membuatkan perumpamaan, bahwa shadaqah itu adalah seperti seseorang yang ditawan musuh, lalu ia menebus dirinya dengan sejumlah uang tertentu. Kemudian ia bekerja dan mengangsur sedikit demi sedikit dari hasil kerjanya itu, sehingga tertebuslah harga dirinya dan dilepas oleh mereka.
  5. Hendaknya Yahya menyuruh mereka untuk dzikir kepada Allah, dan hendaknya ia membuatkan perumpamaan, bahwa dzikir itu adalah seperti suatu kaum yang mempunyai benteng, dan di dekat benteng-benteng itu musuhnya datang dan bermaksud untuk memasukinya, lalu kaum itu menutup pintu benteng itu, maka mereka terjaga dari musuh.

Kemudian Rasulullah saw bersabda:
"Dan aku menyuruh kamu dengan kelima macam perbuatan yang diperintahkan oleh Allah kepada Yahya as, dan aku juga memerintahkan kepadamu lima perbuatan yang lain, (di mana) Allah Ta'ala telah memerintahkannya. (Yaitu) hendaknya kamu selalu berjama'ah, mendengar, taat, hijrah dan jihad. Dan barang siapa yang memanggil seperti panggilan zaman jahiliyah, maka ia merupakan kayu bakar pada dasar neraka Jahannam."

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, di mana ia berkata:
"Barang siapa yang mengucapkan (Al-hamdu lillah), maka dibukakan baginya pintu-pintu langit. Takbir (Allahu Akbar) memenuhi ruangan yang berada di antara langit dan bumi. Tasbih (Subhanallah), tidak ada yang mengetahui pahalanya, kecuali Allah sendiri, Allah Ta'ala berfirman;
“Apabila hambaKu mengingat Aku di dalam dirinya, maka Aku mengingatnya di dalam diriKu. Apabila ia berdzikir kepadaKu sendirian, maka Aku berdzir kepadanya sendirian. Apabila ia berdzikir kepadaKu di tengah-tengah rombongan, maka Aku berdzikir kepadanya dalam suatu rombongan yang lebih baik, dan lebih mulia daripada rombongannya.”

Ada yang meriwayatkan bahwa tidak ada seorang hamba yang meletakkan pinggangnya di tempat tidur, lantas ia berdzikir kepada Allah Ta'ala, lalu ia tertidur melainkan dicatat baginya, bahwa ia selalu berdzikir sampai bangun dari tidurnya.

Al-Faqih menjelaskan bahwa dzikir Allah kepada hambaNya adalah, maaf dan ampun. Apabila hamba berdzikir kepada Allah, maka Allah menyambutnya dengan pengampunan.

Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib kw, bahwasanya ia berkata:
"Dzikir itu berada di antara dua dzikir, Islam itu berada di antara dua pedang, dan dosa itu berada di antara dua kewajiban." Yang dimaksud dengan dzikir berada di antara dua dzikir itu adalah, bahwasanya seorang hamba tidak akan berdzikir, bila tidak karena diingatkan oleh Allah, dan bila telah berdzikir, maka ia mendapat ampunan dari Allah. Yang dimaksud dengan Islam berada di antara dua pedang adalah bahwasanya seseorang (kafir) itu diperangi sehingga dia menyatakan Islam, kemudian apabila dia murtad, maka ia juga diperangi. Yang dimaksud dengan dosa berada di antara dua kewajiban itu adalah, bahwasanya seseorang wajib untuk meninggalkan dosa, dan apabila terlanjur berbuat dosa, maka ia wajib bertaubat."

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra di dalam menafsirkan ayat:
"Dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi." (QS. An-Nas, 144:14)
yaitu bahwa setan itu bertempat di dalam hati, di mana apabila seseorang berdzikir kepada Allah, maka setan itu bersembunyi, dan apabila ia lupa, maka setan itu menggodanya."

Diriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasanya beli.u bersabda:
"Segala sesuatu itu ada alat pembersihnya, dan alat pembersih hati adalah dzikir kepada Allah Ta'ala."

Dari Ibrahim An-Nakha'i, bahwasanya ia berkata:
"Apabila seseorang masuk rumah, kemudian mengucapkan salam, maka setan berkata; “Tidak ada tempat bagiku di sini.” Dan apabila seseorang berada di depan makanan lantas berdzikir kepada Allah, maka setan berkata; “Tidak ada tempat bagiku, tidak ada makanan dan tidak ada minuman buatku.” maka setan itu keluar dengan kecewa."

Dari Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
"Apabila seseorang hendak memakan sesuatu makanan, maka hendaklah ia membaca: Bismillahir-rahmanir-rahim. Apabila ia lupa mengucapkan pada permulaannya, maka hendaklah ia mengucapkan pada akhirnya."

Dari Ibnu Mas'ud ra, bahwasanya ia berkata:
"Apabila salah seorang di antara kamu memakan sesuatu makanan, dan ia tidak membaca; Bismillahir-rahmanir-rahim, maka setan ikut makan bersamanya, dan apabila ia berdzikir kepada Allah, maka setan itu terhalang untuk makan sisa makanan itu, dan ia akan memuntahkan apa yang telah dimakannya, dan memulai dengan makanan yang baru."

Al-Faqih berkata: Abu Ja'far menceritakan kepada kami, Ahmad bin Muhammad menceritakan kepada kami, Nashr bin Yahya menceritakan kepada kami, Abu Muthi' menceritakan kepada kami, dari Ar-Rabi' bin Badr dari Abu Muhammad dan Abu Muhammad termasuk salah seorang teman Anas bin Malik ra, di mana ia berkata:
"Iblis berkata kepada Tuhan; “Wahai Tuhanku, Engkau telah membuatkan rumah untuk berdzikir bagi manusia, maka di manakah rumahku?” Tuhan berfirman; “Rumahmu adalah kamar mandi.” Iblis berkata; “Engkau telah membuatkan majlis bagi manusia, maka apakah majlis untukku?” Tuhan berfirman; “Majlismu adalah pasar.” Iblis berkata; “Engkau telah membuatkan bacaan bagi manusia maka apakah bacaan untukku?” Tuhan berfirman; “Bacanmu adalah sya'ir (nyanyian).” Iblis berkata: “Engkau telah menjadikan cerita yang baik bagi manusia, maka apakah cerita untukk?” Tuhan berfirman; “Beritamu adalah bohong,” Iblis berkata; “Engkau telah membuatkan adzan bagi manusia, maka apakah adzan untukku?” Tuhan berfirman; “Adyanmu adalah seruling.” Iblis berkata; “Engkau telah menjadikan utusan bagi manusia, apakah utusan bagiku?” Tuhan berfirman; “Utusanmu adalah dukun.” Iblis berkata; “Engkau telah menjadikan kitab yang tertulis bagi manusia, maka apakah kitab yang tertulis untukku?” Tuhan berfirman; “Kitab yang tertulis untukmu adalah tahi lalat palsu dan tato.” Iblis berkata; “Engkau telah menjadikan perangkap-perangkap bagi manusia, maka apakah perangkap-perangkap bagiku?” Tuhan berfirman; “Perangkapmu adalah orang-orang perempuan.” Iblis berkata; “Engkau telah menjadikan makanan bagi manusia, maka apakah makanan bagiku?” Tuhan berfirman; “Makananmu adalah makanan yang tidak disebutkan namaKu.” Iblis berkata; “Engkau telah membuat minuman bagi manusia, maka apakah minumanku?” Tuhan berfirman; “Minumanmu adalah segala minuman yang memabukkan.”"

Dari Al-Fudlail bin 'Iyadi ra, bahwasanya ia berkata: Ada seseorang datang lantas berkata: "Berikanlah aku wasiat dengan sesuatu." Fudlail lantas berkata kepadanya: "Peliharalah lima macam pekerjaan, yakni:

  1. Terhadap semua yang menimpa dirimu, maka katakanlah: "Itu adalah kehendak Allah." supaya kamu tidak menyalahkan makhluk (orang) lain.
  2. Peliharalah lisanmu, agar orang lain selamat daripadamu, dan kamu sendiri selamat dari siksaan Allah.
  3. Percayalah terhadap rezeki yang dijanjikan oleh Allah kepadamu, agar kamu menjadi orang yang benar-benar percaya kepadaNya.
  4. Bersiap-siaplah untuk mati, agar kamu tidak mati dalam keadaan lupa.
  5. Berdzikir kepada Allah sebanyak-banyaknya, agar kamu terjaga dari dosa-dosa."

Diceritakan dari Ibrahim bin Adham, bahwasanya ia melihat seseorang yang sedang membicarakan masalah dunia, lantas ia berhenti seraya bertanya: "Apakah dalam pembicaraan ini kamu mengharapkan pahala?" Ia menjawab: "Tidak" Ibrahim bertanya lagi: "Apakah merasa aman dari siksaan?" Ia menjawab: "Tidak." Ibrahim lalu berkata: "Apa yang kamu harapkan dari pembicaraan yang tidak dapat diharapkan pahalanya dan tidak aman dari siksaan? Hendaknya kamu senantiasa dzikir kepada Allah Ta'ala."

Ka'bul Ahbar berkata:
"Di dalam kitab Allah yang diturunkan kepada nabi-nabiNya, kami mendapatkan bahwasanya Allah Ta'ala berfirman;
“Barang siapa yang sibuk berdzikir kepadaKu, sehingga tidak meminta kepadaKu, maka Aku akan memberikan kepadanya lebih dari apa yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta.”

Fudlail bin Iyadl berkata:
"Sesungguhnya rumah yang di dalamnya ada orang yang berdzikir kepada Allah itu tampak terang bagi penghuni langit, sebagaimana lampu menerangi rumah yang gelap. Dan sesungguhnya rumah yang di dalamnya tidak ada orang yang berdzikir kepada Allah itu menjadi gelap bagi penghuninya."

Dalam salah satu riwayat disebutkan, bahwasanya Nabi Musa as bertanya:
"Wahai Tuhanku, bagaimana caranya saya bisa mengetahui orang yang Engkau cintai daripada orang yang Engkau benci?" Tuhan berfirman: "Wahai Musa, sesungguhnya apabila Aku mencintai seseorang, maka Aku jadikan dua tanda pada dirinya." Musa bertanya: "Wahai Tuhanku, apakah kedua tanda itu?" Tuhan menjawab: "Aku ringankan padanya untuk berdzikir kepadaKu, supaya Aku mengingatnya pada malakul langit dan bumi, dan ia pelihara dari perbuatan-perbuatan yang haram, dan amarahKu, supaya siksa dan murkaKu tidak menimpa dirinya. Wahai Musa, apabila Aku membenci seseorang, maka Aku jadikan dua tanda pada dirinya." Musa bertanya: "Apakah kedua tanda itu?" Tuhan menjawab: "Aku lalaikan ia untuk berdzikir kepadaKu, dan Aku biarkan ia dengan hawa nafsunya, supaya ia terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang haram dan amarahKu, sehingga siksa dan amarahKu menimpa dirinya."

Abul Malih meriwayatkan dari ayahnya bahwasanya ada salah seorang sahabat Nabi saw naik kendaraan bersama-sama dengan Nabi saw kemudian kaki kendaraan itu tergelincir, lalu ia mengucapkan: "Celaka setan." Kemudian beliau bersabda:
"Janganlah kamu mengucapkan; “celaka setan,” karena bila demikian maka setan malah akan merasa besar, sehingga memenuhi rumah, akan tetapi ucapkan; “Bismillah,” karena bila demikian maka setan mengecil, sehingga menjadi sekecil lalat."

Dawud bin Qais ra meriwayatkan dari Na'fi dari Jubair, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Kaffarat (penebus dosa) dari majlis adalah apabila salah seorang di antara kamu hendak berdiri dari majlisnya hendaknya ia mengucapkan; “Subhanakallahumma wa bi hamdika asyhadu al la ilaha illa anta astagfiruka wa atubu ilaik (Maha Suci Engkau wahai Allah dengan memuji kepadaMu, saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Engkau, saya mohon ampun dan bertaubat kepadaMu).” Apabila majlis itu adalah majlis dzikir, maka ucapan itu merupakan stempel atasnya sampai hari kiamat, dan apabila majlis itu adalah majlis yang tidak ada gunanya, maka ucapan itu merupakan kaffarat (penebus dosa) atas apa yang terjadi di dalam majlis itu."

Al-Faqih berkata: Abul Qasim Abdur Rahman bin Muhammad menceritakan kepada kami dengan sanadnya dari Muhammad bin Wasi', di mana ia berkata: "Saya datang ke Mekkah dan bertemu dengan saudaranya Salim bin Al-Khaththab ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda;
“Barang siapa yang masuk pasar lalu mengucapkan; ”La ilaha illallahu wahdahu la syarika lahu lahul-mulku wa lahul-hamdu yuhyi wa yumitu wa huwa hayyun la yamutu bi yadihil-khairu wa huwa 'ala kulli syai'in qadir (Tidak ada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya segala kekuasaan dan bagiNya segala puji, yang menghidupkan dan mematikan, senantiasa hidup tidak pernah mati. Di tanganNya segala kebaikan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu).” maka Allah mencatat baginya sejuta kebaikan, menghapuskan sejuta dosa dan mengangkat sejuta derdjat baginya."

Muhammad bin Wasi' lalu berkata: "Kemudian saya datang ke Khurasan dan mendatangi Qutaibah bin Muslim, lalu berkata kepadanya; “Saya datang kepadamu dengan membawa hadiah.” lantas saya menceritakan hadits tersebut di atas kepadanya, kemudian Qutaibah langsung menaiki kendaraannya sampai ke pasar, lalu membaca kalimat tersebut kemudian kembali."

Al-Faqih menerangkan bahwa dzikir kepada Allah itu adalah ibadah yang paling utama karena Allah menjadikan kadar, ukuran, dan waktu-waktu tertentu untuk ibadah-ibadah yang lain, sedangkan untuk dzikir, Allah tidak menentukan kadar dan waktu tertentu, bahkan memerintahkan untuk membaca sebanyak-banyaknya, sebagaimana ayat yang berbunyi:
"Wahai orang-orang yang beriman!, ingatlah kepada Allah dengan mengingat (namaNya) sebanyak-banyaknya." (QS. Al-Ahzab, 33:41)
maksudnya kita diperintahkan untuk berdzikir kepadaNya dalam setiap kesempatan.

Perintah untuk berdzikir dalam setiap kesempatan itu, karena manusia tidak akan terlepas dari empat macam keadaan, yaitu dalam keadaan taat atau maksiat, bahagia atau sulit. Apabila seseorang berada dalam keadaan taat, maka ia harus ingat bahwa hal itu adalah berkat pertolongan Allah seraya berharap semoga ketaatannya itu diterima olehNya. Apabila ia berada dalam keadaan maksiat, maka ia harus berdoa agar segera dijauhkannya seraya bertaubat kepadaNya. Apabila ia berada dalam keadaan bahagia, maka ia harus bersyukur. Dan apabila ia berada dalam keadaan sulit, maka ia harus bersabar.

Perlu diketahui bahwa dzikir kepada Allah itu mengandung lima macam perbuatan yang terpuji, yaitu:

  1. Keridhaan Allah.
  2. Tambah rajin dalam beribadah.
  3. Terjaga dari setan.
  4. Hatinya menjadi lunak.
  5. Tercegah dari perauatan maksiat.

Wallaahu a'lam.


---o0o---



Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

Trending Articles