Quantcast
Channel: MENTARI SENJA
Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

TAKUT KEPADA ALLAH TA'ALA

$
0
0

Al-Faqih berkata: Ishaq bin Abdur Rahman Al-Qari' menceritakan kepada kami, Al-Harts bin Usamah menceritakan kepada kami, Dawud bin Al-Muhbir menceritakan kepada kami dari Maisarah Umar, Ubay bin Ka'ab, dan Abu Hurairah ra masuk kepada Rasulullah saw dan bertanya:
"Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling pandai?" Beliau menjawab: "Orang yang berakal." Mereka bertanya: "Siapakah orang yang paling tekun ibadahnya.?" Beliau menjawab: "Orang yang berakal." Mereka bertanya: "Siapakah orang yang paling utama?" Beliau menjawab: "Orang yang berakal." Mereka berkata: "Wahai Rasulullah, bukankah orang yang berakal itu adalah orang yang sempurna akhlaknya, jelas perkataannya, pemurah tangannya dan mulia kedudukannya?" Beliau menjawab: "Itu semua adalah kesenangan/kepuasan kehidupan dunia, sedangkan akhirat yang di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa. Orang yang berakal adalah orang yang bertaqwa kepada Allah dan menjauhkan diri dari berbuat maksiat kepadaNya."

Diriwayatkan dari Malik bin Dinar, bahwasanya ia berkata:
"Apabila seseorang merasa bahwa di dalam dirinya ada tanda-tanda takut dan berharap kepada Allah, maka ia benar-benar telah berpegang teguh dengan urusan yang sangat penting. Sedangkan tanda takut adalah menjauhi segala apa yang di larang oleh Allah, dan tanda berharap adalah mengerjakan segala apa yang diperintahkan oleh Allah."

Ada yang mengatakan bahwa pengharapan dan takut itu mempunyai dua tanda, tanda pengharapan adalah mengamalkan apa yang diridhai oleh Allah, dan tanda takut adalah menjauhkan diri dari apa yang dilarang oleh Allah.

Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami dengan sanadnya dari Asy-Sya'bi ra dari Abdullah bin Abbas ra, bahwasanya ia berkata kepada Umar ra ketika Umar tertikam:
"Wahai Amirul Mukminin, kamu telah masuk Islam ketika orang-orang masih kafir, kamu telah berjuang bersama-sama dengan Rasulullah saw ketika beliau dihina oleh orang-orang, sewaktu Rasulullah saw wafat, beliau ridha kepadamu, kaum muslimin tidak ada yang menentang kamu, dan kamu kini mati syahid." Umar lalu menjawab: "Orang yang tertipu adalah orang yang kamu puji-puji. Demi Allah, seandainya aku mempunyai kekayaan sebanyak apa yang di dunia ini, maka aku akan pergunakan sebagai tebusan dari sulitnya hari kiamat."

Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri dari Jabir ra dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Orang mukmin itu berada di antara dua ketakutan, (yaitu) antara umur yang telah lalu, di mana ia tidak mengetahui apa yang Allah perbuat dengannya, dan umur yang masih tersisa, di mana ia tidak tahu apa yang akan Allah putuskan terhadapnya. Maka hendaknya hamba itu senantiasa bebekal dari dirinya untuk dirinya sendiri. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggamanNya, setelah mati tidak ada kesempatan untuk bertaubat, dan sesudah dunia tidak ada tempat kecuali surga atau neraka."

Dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung berfirman; “Demi kemuliaan dan keagungnKu, sesungguhnya Aku tidak akan mengumpulkan dua rasa takut dan dua rasa aman atas hambaKu. Barang siapa yang merasa takut kepadaKu di dunia, maka Aku akan menjadikan rasa aman kepadanya di akhirat, dan barang siapa merasa aman di dunia, maka Aku akan menjadikan rasa takut kepadanya pada hari kiamat.”"

Diriwayatkan dari Ammar bin Manshur ra, di mana ia berkata: Saya berada di bawah mimbar Adi bin Arthah, kemudian ia berkata: Maukah kamu aku beritahu suatu hadits yang diucapkan oleh Rasulullah saw, di mana waktu itu aku berada di dekat beliau hanya diselingi oleh seorang saja. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya pada langit yang ketujuh Allah mempunyai malaikat yang selalu sujud, sejak mereka diciptakan oleh Allah Ta'ala sampai hari kiamat, di mana persendian mereka senantiasa bergetar karena takut kepada Allah. Nanti pada hari kiamat, mereka akan mengangkat kepala seraya mengucapkan; “Maha Suci Engkau, kami tidak bisa menyembah kepadaMu dengan ibadah yang sebenar-benarnya.”"

Diriwayatkan dari Abu Maisarah, di mana apabila berada di tempat tidur, ia berkata:
"Aduh, seandainya dulu ibuku tidak melahirkan aku." Kemudian istrinya berkata: "Wahai Abu Maisarah, sesungguhnya Allah telah mengaruniakan kebaikan kepadamu dan menunjukkan Islam kepadamu." Abu Maisarah menjawab: "Benar, akan tetapi Allah telah menjelaskan kepada kita bahwa kita akan melewati neraka, dan Dia menjelaskan kepada kita bahwa kita keluar dari neraka."

Dari Al-Fudlail bin Iyadl, bahwasanya ia berkata:
"Sesungguhnya aku tidak iri hati kepada malaikat yang dekat dengan Allah dan juga tidak iri hati kepada nabi yang diutus, karena mereka semua akan dituntut nanti pada hari kiamat. Aku hanya iri hati kepada orang yang belum diciptakan."

Seorang cendekiawan berkata:
"Sedih itu menyebabkan tidak ingin makan, takut itu menjauhkan dari dosa, harapan itu memotivasi untuk mengerjakan ketaatan, dan ingat mati menyebabkan zuhud terhadap kelebihan harta."

Diriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Apabila hati seorang mukmin merasa gentar karena takut kepada Allah Ta'ala, maka dosa-dosanya berguguran sebagaimana daun berguguran dari pohon."

Sewaktu Rasulullah saw ditanya: "Siapakah keluargamu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab:
"Keluargaku adalah setiap mukmin yang bertaqwa sampai hari kiamat. Ingatlah bahwa kekasih-kekasiku adalah orang-orang yang bertaqwa. Tidak ada kelebihan bagi seseorang di antara kamu, kecuali karena taqwanya kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung."

Ar-Rabi meriwayatkan dari Al-Hasan dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Ada tiga macam perbuatan yang menyelamatkan, dan ada tiga macam perbuatan yang membinasakan. Tiga macam perbuatan yang membinasakan adalah; Perasaan bakhil yang diikuti, hawa nafsu yang dituruti, dan merasa heran terhadap dirinya sendiri. Sedangkan tiga macam perbuatan yang menyelamatkan adalah ; Adil baik dalam keadaan senang maupun marah, sederhana baik dalam keadaan miskin maupun kaya, dan takut kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung baik secara rahasia maupun terang-terangan."

Diriwayatkan dari Ar-Rabi' bin Khaitsam, bahwasanya ia selalu menangis karena takut kepada Allah dengan mengerjakan shalat malam. Ketika ibunya mengetahui yang demikian itu, ia memanggil anaknya seraya berkata: "Wahai anakku, apakah kamu membunuh seseorang?" Ar-Rabi' menjawab: "Ya." Ibunya berkata: "Siapakah orang yang kamu bunuh supaya aku memintakan maaf kepada wali-walinya. Demi Allah seandainya mereka mengetahui kamu yang membunuhnya, niscaya mereka akan merasa kasihan kepadamu." Ar-Rabi' berkata: "Wahai ibuku, aku membunuh nafsuku sendiri."

Al-Faqih menjelaskan tanda takut kepada Allah itu nampak pada tujuh hal, yaitu:

  1. Menjaga lisannya, sehingga lisannya tidak akan berbohong, menggunjing dan mengeluarkan kata-kata yang tidak penting. Lisannya digunakan untuk selalu berdzikir kepada Allah, membaca Al-Qur'an dan mempelajari ilmu.
  2. Menjaga perutnya, di mana ia tidak akan masuk ke dalamnya melainkan makanan yang baik dan halal, dan ia makan makanan yang halal itu hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhannya.
  3. Menjaga penglihatannya, di mana ia tidak akan melihat pandangan yang haram dan tidak melihat dunia dengan pandangan rakus, akan tetapi melihatnya hanya untuk mengambil pelajaran.
  4. Menjaga tangannya, di mana tidak mempergunakannya untuk hal-hal yang haram, akan tetapi mempergunakannya dalam rangka ketaatan kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung.
  5. Menjaga kedua kakinya, di mana tidak akan berjalan untuk maksiat.
  6. Menjaga hatinya, di mana ia membersihkannya dari rasa permusuhan, kebencian, dan kedengkian kepada sesama manusia, akan tetapi hatinya dihiasi dengan rasa ingin memberi nasehat dan kasih sayang kepada sesama kaum muslimin.
  7. Menjaga ketaatannya, di mana rasa taatnya itu ditujukan hanya karena Allah semata, ia takut riya' dan nifak.

Apabila seseorang telah melakukan ketujuh hal tersebut di atas, maka ia termasuk orang-orang yang disinyalir oleh Allah Ta'ala melalui firman-firmanNya:
"Kehidupan akhirat di sisi Tuhanmu disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa." (QS. Az-Zukhruf, 43:35)

"Sungguh, orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan." (QS. An-Naba', 78:31)

"Sungguh, orang-orang yang bertaqwa berada dalam tempat yang aman." (QS. Ad-Dukhan, 44:51)

Dalam beberapa tempat di dalam Al-Qur'an, Allah Ta'ala memuji orang-orang yang bertaqwa dan memberitahukan bahwa mereka akan selamat dari api neraka, antara lain ayat yang berbunyi:
"Dan tidak ada seorang pun di antara kamu, yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut." (QS. Maryam, 19:71-72)

Al-Faqih berkata: Muhammad bin Muhammad Mandusah menceritakan kepada kami, Faris bin Marduwih menceritakan kepada kami, Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Ali bin Ashim menceritakan kepada kami, Yazid bin Harun menceritakan kepada kami, Al-Hariri menceritakan kepada kami dari Abu Sa'il dari Ghanim dari Ibnu Qais dari Abul 'Awwam, di mana ia berkata: Ka'bul Ahbar bertanya: "Tahukah kamu maksud dari firman Allah Ta'ala;
“Dan tidak ada seorang pun di antara kamu, yang tidak mendatanginya (neraka).”" (QS. Maryam, 19:71) Mereka menjawab: "Kami berpendapat bahwa yang dimaksud mendatangi adalah memasuki." Ka'bul Ahbar berkata: "Tidak, yang dimaksud mendatangi di sini adalah bahwasanya neraka Jahannam itu didatangkan seolah-olah ia adalah lemak yang berbau busuk, kemudian bilamana semua telapak kaki makhluk telah menginjaknya, lalu ada seruan yang menyatakan; “Tangkaplah bagianmu dan tinggalkanlah bagianku.” Kemudian semua bagiannya ditelan dan ia mengenal bagiannya itu bagaikan seorang ayah mengenal anak-anak kandungnya, sedangkan orang-orang yang beriman selamat, namun pakaian mereka telah basah. Dan seorang penjaga neraka Jahannam itu memegang tongkat besi yang bercabang dua, di mana setiap cabang itu dapat mendorong sekali dorongan 700.000 orang."

Diriwayatkan dari Al-Hasan dari Imran bin Hushain, di mana ia berkata: Kami bersama-sama dengan Rasulullah saw, dalam suatu perjalanan, kemudian turunlah ayat:
"Wahai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu, sungguh, goncangan (hari) kiamat itu adalah suatu (kejadian) yang sangat besar." (QS. Al-Hajj, 22:1)
Rasulullah saw lalu bertanya:
"Tahukah kamu, hari apakah itu?" Para sahabat menjawab: "Allah dan RasulNya lebih mengetahui." Beliau bersabda: "Hari itu adalah hari, di mana Allah berfirman kepada Nabi Adam; “Bangkitlah, kirimkan bagian (yang ke) neraka dan bagian (yang ke) surga.” Nabi Adam berkata; “Wahai Tuhanku, berapakah bagian neraka dan berapakah bagian surga?” Allah Ta'ala berfirman; “Dari setiap seribu orang, 999 orang berada di neraka, dan satu di antaranya berada di surga.” Kemudian orang-orang langsung menangis, lantas Rasulullah saw bersabda: "Sungguh aku berharap semoga kamu merupakan sepertiga penghuni surga." Kemudian para sahabat mengucapkan takbir, Rasulullah saw lalu bersabda: "Tidak diutus seorang nabi melainkan sebelumnya ada jahiliyah, maka (penghuni neraka itu) diambilkan orang-orang jahiliyah. Apabila jumlah dari orang-orang jahiliyah belum mencukupi, maka diambilkan dari orang-orang munafik. Tiada perumpamaanmu di tengah-tengah umat, melainkan bagaikan tanda di lengan binatang, atau bagaikan tahi lalat di pinggang unta." Kemudian beliau bersabda lagi: "Sungguh aku berharap semoga kamu merupakan dua pertiga penghuni surga." Kemudian para sahabat mengucapkan takbir, Rasulullah saw lalu bersabda: "Sesungguhnya bersama kamu ini ada dua makhluk yang bila keduanya berkumpul dengan sesuatu, niscaya keduanya itu melebihi banyaknya (yakni) Ya'juj dan Ma'juj, dan yang mati dari kelompok jin, dan manusia yang kafir."

Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri', bahwasanya ia berkata:
"Janganlah kamu sekali-kali tertipu dengan keterangan bahwa seseorang itu akan berkumpul dengan siapa yang dicintainya, karena kamu tidak akan bisa bertemu dengan orang-orang yang baik melainkan dengan mengerjakan apa yang mereka kerjakan. Orang-orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang yang melakukan bid'ah itu mencintai nabi-nabi mereka, namun mereka tidak akan berkumpul dengan para nabi."

Dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Barang siapa yang keadaannya kemarin sama dengan sekarang, maka ia adalah orang-orang yang rugi. Barang siapa yang keadaannya hari esok lebih buruk daripada hari ini, maka ia adalah orang yang terkutuk. Barang siapa yang keadaannya tidak bertambah, maka berarti ia berada dalam kekurangan, dan barang siapa yang berada dalam kekurangan, maka mati lebih baik baginya."

Diriwayatkan dari Ka'bul Ahbar, bahwasanya ia berkata:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala mempunyai suatu wilayah yang terbuat dari mutiara, yang di wilayah itu terdapat 70.000 perkampungan, yang di setiap perkampungan terdapat 70.000 rumah, di mana di situ tinggal seorang nabi, orang yang benar, orang yang mati syahid, pemimpin yang adil, atau orang yang menghakimi dirinya sendiri." Ada seseorang yang bertanya kepadanya: "Siapakah yang dimaksud dengan orang yang menghakimi dirinya sendiri itu?" Ka'bul Ahbar menjawab: "Yaitu orang yang ditawari sesuatu yang haram lantas ia meninggalkannya, karena merasa takut kepada Allah Yang Maha Agung."

Al-Faqih berkata: Aku mendengar ayahku berkata: Pada masa Rasulullah saw ada seseorang yang bernama Handhalah, di mana ia berkata: "Kami bersama-sama Rasulullah saw kemudian beliau memberikan nasehat kepada kami, suatu nasehat yang dapat melunakan hati dan mencucurkan air mata serta menjadikan kami benar-benar sadar. Ketika aku pulang dan membicarakan masalah dunia dengan istriku, aku lupa terhadap suasana di hadapan Rasulullah saw tersebut. Kemudian aku ingat nasehat beliau, lalu aku berkata terhadap diriku sendiri: "Sungguh aku telah munafik, di mana rasa takut, dan sedih telah bergeser dari hati nuraniku" Kemudian aku keluar seraya beseru: "Handhalah telah munafik." Lalu Abu Bakr Ash-Shiddiq ra berkata: "Tidak, kamu tidak munafik, wahai Handhalah." Aku lantas masuk kepada Nabi saw dan berkata: "Handhalah telah munafik, Handhalah telah munafik." Beliau bersabda: "Tidak, kamu tidak munafik, wahai Handhalah." Aku berkata: "Wahai Rasulullah, kamu tadi memberikan nasehat kepada kami, suatu nasehat yang dapat menggetarkan hati, mencucurkan air mata, dan kami menyadari diri kami, namun ketika saya pulang dan berbincang-bincang masalah dunia dengan istriku, aku lupa terhadap suasana yang seperti sewaktu berada di hadapanmu." Beliau lantas bersabda: "Wahai Handhalah, seandainya kamu teringat terus terhadap suasana yang seperti itu, niscaya malaikat akan turun berjabat tangan denganmu di sepanjang jalan serta mendatangi rumahmu dan tempat tidurmu, akan tetapi wajar wahai Handhalah bila sesaat ingat dan sesaat lupa."

Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwasanya ia berkata:
"Aku menanyakan kepada Rasulullah saw firman Allah; (“Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah), dengan hati penuh rasa takut.....” QS. Al-Mu'minun, 23:60). Apakah mereka adalah orang-orang yang melakukan maksiat dan merasa takut?" Beliau menjawab: "Bukan, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang melakukan ketaatan dan merasa takut tidak diterima dari mereka."

Al-Faqih menjelaskan bahwa barang siapa yang mengerjakan kebajikan, maka ia perlu mempunyai rasa takut dari empat macam, maka bagaimana dengan orang yang melakukan maksiat? Keempat macam tersebut adalah:

  1. Takut tidak diterima, karena Allah Ta'ala berfirman:
    "Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertaqwa." (QS. Al-Ma'idah, 5:27)
  2. Takut riya', karena Allah Ta'ala berfirman:
    "Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaatiNya semata-mata karena (menjalankan) agama ....." (QS. Al-Bayyinah, 98:5)
  3. Takut tentang keselamatan dan pemeliharaan, karena Allah Ta'ala berfirman:
    "Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya." (QS. Al-An'am, 6:160)
    Di sini dipersyaratkan bahwa kebajikan itu harus sampai dibawa ke akhirat.
  4. Takut kehinaan dalam taat, karena ia tidak tahu apakah akan tetap mendapatkan taufik dari Allah atau tidak, karena Allah Ta'ala berfirman:
    "Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. KepadaNya aku bertawakkal dan kepadaNya (pula) aku kembali." (QS. Hud, 11:88)


    ---o0o---



Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

Trending Articles