Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Ibnu Ulyah menceritakan kepada kami dari Ayyub, di mana ia berkata: "Diceritakan bahwa waktu itu para sahabat Nabi saw sedang berada di salah satu tempat, kemudian datang seorang pemuda yang kuat dan tegap, lalu para sahabat berkata: "Alangkah baiknya bila pemuda itu menggunakan kekuatan dan ketegapannya untuk berjuang pada jalan Allah." Nabi saw mendengar perkataan mereka itu, lantas bersabda:
"Apakah tidak ada berjuang pada jalan Allah, kecuali berperang? Orang yang berusaha memenuhi kebutuhan dirinya, untuk menjaga dirinya dari yang haram adalah berjuang pada jalan Allah. Orang yang berusaha memenuhi kebutuhan dua orang tuanya untuk menjaga keduanya itu dari yang haram adalah berjuang pada jalan Allah. Orang yang berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya, untuk menjaga mereka dari yang haram adalah berjuang pada jalan Allah. Dan siapa yang berusaha untuk menimbun kekayaan, maka itu adalah berada pada jalan setan."
Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Asma' dari Tsauban ra, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Sebaik-baik dinar adalah dinar yang dibelanjakan untuk keluarganya, dinar yang dibelanjakan untuk kendaraannya pada jalan Allah, dan dinar yang dibelanjakan untuk kawan-kawannya (yang sama-sama berjuang) pada jalan Allah."
Abu Qilabah berkata: "Rasulullah saw memulai dengan menyebut “untuk keluarganya”. Apakah ada pahala seseorang yang lebih besar daripada pahala orang yang memenuhi kebutuhan istri dan anaknya yang masih kecil?"
Dari Abu Salamah ra dari Nabi saw, di mana beliau bersabda:
"Sesungguhnya shadaqah itu adalah dari kekayaan yang cukup. Tangan yang di atas itu lebih baik, daripada tangan yang di bawah dan mulailah dengan orang yang menjadi tanggung jawabmu."
Al-Faqih berkata: Saya mendengar ayah saya berkata: "Suatu ketika Tsabit Al-Bannani berada di rumah Anas bin Malik, kemudian ia menuturkan bahwasanya ia mendengar Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung telah menjamin hutang seorang hamba yang berhutang karena tiga hal:
- (Orang yang berhutang) karena untuk nikah, dikarenakan takut terjerumus dalam pelacuran, kemudian dia tidak mampu membayarnya sampai dia mati, maka nanti pada hari kiamat Allah menjamin hutangnya.
- Orang yang berhutang dikarenakan membantu kaum muslimin untuk keluar ke peperangan (jihad)
- Apabila seseorang berhutang untuk kafan orang yang meninggal dunia, karena sesungguhnya Allah Ta'ala akan memberikan kepuasan kepada orang yang dihutanginya nanti pada hari kiamat.”
Kemudian Tsabit masuk ke rumah Al-Hasan Al-Bashri dan menyebutkan apa yang baru saja ia dengar dari Anas, kemudian Al-Hasan Al-Bashri berkata: Anas telah tua dan lupa untuk menyebutkan sesuatu yang lebih utama daripada itu semua, yaitu:
"Bahkan bersamaa mereka, Allah menjamin seseorang yang berhutang untuk memberi nafkah keluarganya dan telah berusaha dengan sunguh-sungguh untuk membayarnya, namun ia tidak bisa membayarnya sampai mati, maka tidak ada perkara antara dia dan orang-orang yang menghutanginya nanti pada hari kiamat."
Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Sesungguhnya di langit ada dua malaikat yang tidak mempunyai pekerjaan selain berdoa; “Wahai Allah berikanlah ganti kepada orang yang berinfak (bershadaqah)” dan malaika yang lain berdoa; “Wahai Allah segerakanlah kerusakan bagi orang yang tidak berinfak.”"
Makhul ra meriwayatkan dari Nabi saw bahwasanya beliau bersbda:
"Barang siapa yang mencari dunia dengan halal serta menjaga diri dari meminta-minta, berusaha untuk keluarganya, dan sayang terhadap tetangganya, maka nanti pada hari kiamat datang dengan muka seperti bulan pada malam purnama. Dan barang siapa mencari dunia dengan halal serta menimbun dan berbangga-bangga diri serta pamer, maka nanti pada hari kiamat akan bertemu dengan Allah, sedangkan Allah murka padanya."
Al-Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, Muhammad bin Janah menceritakan kepada kami, Abu Hafsh Ali bin Ishaq menceritakan kepada kami dari Abu Mu'awiyah dari Said bin Abu Urwah dari Anas bin Malik ra, bahwasanya ia berkata:
"Saya bertanya: “Wahai Rasulullah, mana yang lebih engkau sukai; sepotong roti yang saya shadaqahkan ataukah shalat sunnat seratus raka'at?” Beliau bersabda; “Sepotong roti yang kamu shadaqahkan itu lebih aku sukai daripada shalat sunnat dua ratus raka'at.” Saya bertanya; “Wahai Rasulullah, mana yang lebih engkau sukai; memenuhi kebutuhan sesama muslim ataukah shalat sunnat seratus raka'at?” Beliau bersabda; “Memenuhi kebutuhan sesama muslim itu lebih baik, daripada shalat sunnat seribu raka'at.” Saya bertanya; “Wahai Rasulullah, mana yang lebih engkau sukai; meninggalkan sesuap makanan dari yang haram ataukah shalat sunnat seribu raka'at?” Beliau bersabda; “Meninggalkan sesuap makanan dari yang haram itu lebih aku sukai, daripada shalat sunnat dua ribu raka'at.” Anas berkata: Saya bertanya; “Wahai Rasulullah, mana yang lebih engkau sukai; meninggalkan fitnah (mengumpat) ataukah shalat sunnat seribu raka'at?” Beliau bersabda; “Meninggalkan fitnah itu lebih aku sukai daripada sepuluh ribu shalat sunnat.” Anas berkata: Saya bertanya; “Wahai Rasulullah, mana yang lebih engkau sukai; memenuhi kebutuhan janda ataukah shalat sunnat sepuluh ribu raka'at?” Beliau bersabda; “Memenuhi kebutuhan janda itu lebih aku sukai daripada shalat sunnat tiga puluh ribu raka'at.” Anas berkata: Saya bertanya; “Wahai Rasulullah, mana yang lebih engkau sukai; duduk bersama keluarga ataukah duduk di masjid?” Beliau bersabda; “Duduk sesaat bersama keluarga itu lebih aku sukai daripada i'tikaf di masjidku ini.” Anas berkata: Saya bertanya; “Wahar Rasulullah, mana yang lebih engkau sukai; memberi belanja keluarga ataukah infak pada jalan Allah?” Beliau bersabda; “Satu dirham yang dibelanjakan oleh seseorang untuk keluarganya itu lebih aku sukai daripada seribu dinar yang ia infakkan pada jalan Allah.” Anas berkata: Saya bertanya; “Wahai Rasulullah, mana yang lebih engkau sukai; berbakti kepada dua orang tua ataukah ibadah seribu tahun?” Beliau bersabda; “Wahai Anas, yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap, karena sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang tentu lenyap. Maka berbakti kepada kedua orang tua lebih aku sukai daripada ibadah dua juta tahun.”"
Al-Faqih berkata: Al-Khalil bin Ahmad menceritakan kepada kami, Ibnu Mu'adz menceritakan kepada kami, Al-Husain Al-Mawarzi menceritakan kepada kami, Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami dari Al-A'masy dari Salim bin Abul Ja'd dari Abu Kabsyah Al-Anmari, di mana ia berkata:
"Rasulullah saw memberikan perumpamaan dunia kepada kami, seperti perumpamaan empat orang:
- Seseorang yang dikaruniai Allah ilmu dan harta dari Allah, kemudian ia beramal dengan ilmu dan hartanya.
- Seseorang yang dikaruniai Allah ilmu tetapi tidak dikaruniai harta, kemudian ia berkata; “Seandainya Allah mengaruniai harta kepadaku seperti harta yang dikaruniakan kepada Fulan, niscaya dengan harta itu aku akan beramal sebagaimana Fulan beramal dengannya,” maka kedua orang itu (Fulan dan orang yang tidak dikaruniai harta itu) mendapat pahala yang sama.
- Seseorang yang dikaruniai harta, tetapi tidak dikaruniai ilmu, sedangkan ia tidak memenuhi haknya dan membelanjakannya dalam kebathilan.
- Seseorang yang tidak dikaruniai harta dan tidak pula ilmu, lantas ia berkata; “Seandainya Allah mengaruniakan kepadaku sebagaimana apa yang dikaruniakan kepada Fulan, niscaya aku akan berbuat seperti apa yang diperbuat oleh Fulan,” maka kedua orang itu mendapat dosa yang sama."
Al-Faqih berkata: Abu Ja'far menceritakan kepada kami, Ishaq bin Abdur Rahman Al-Qari' menceritakan kepada kami, Abu Isa Musa bin Harun Ath-Thusi di Baghdad menceritakan kepada kami, Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami dari Amr dan Tha'mah bin Amr menceritakan kepada kami dari Abu Isma'il Abu Raja' dari seorang penduduk Bashrah dari Anas bin Malik ra dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Sesungguhnya di dalam surga itu ada kamar-kamar yang luarnya terlihat dari dalam, dan dalamnya terlihat dari luar." Ada seorang sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, siapakah penghuninya?" Beliau bersabda: "Orang-orang yang sukam memberi makanan, baik dalam berbicara, melanggengkan puasa, menyebarluaskan salam, mengerjakan shalat sewaktu orang-orang tidur." Para sahabat berkata: "Wahai Rasulullah, mereka itu memang sudah pantas menjadi penghuninya, namun siapakah yang mampu (mengerjakan semua itu)?" Beliau bersabda: "Barang siapa yang mengucapkan; “Subhanallah wal-hamdu lillahi wa la ilaha illallahu wallahu akbar,” maka ia telah baik dalam bicara, barangsiapa yang memberi makan keluarganya, maka ia telah memberi makanan, barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan, maka ia telah melanggengkan puasa, barangsiapa yang bertemu dengan saudaranya lantas mengucapkan salam, maka ia telah menyebarluaskan salam, dan barangsiapa yang mampu mengerjakan shalat isya' sampai akhir, kemudian shalat subuh, maka ia telah melakukan shalat malam sewaktu orang-orang tidur." Maksudnya orang-orang Yahudi, Nasrani dan Majusi.
Wallahu a'lam.