Quantcast
Channel: MENTARI SENJA
Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

SHADAQAH MENGHINDARKAN MUSIBAH

$
0
0

Al-Faqih berkata: Abdullah bin Hiban Al-Bukhari menceritakan kepada kami, Abu Ja'far Al-Munada Al-Baghdadi menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Muhammad menceritakan kepada kami dari Asy'ats Al-Hurrani dari Abul Faraj Al-Azdari, bahwasanya Nabi Isa as melewati sebuah desa dan desa itu ada seorang tukang penatu, kemudian beberapa penduduk desa itu mengeluh dan berkata: "Wahai Isa, tukang penatu itu sering merobek pakaian kami, lalu ditahannya. Maka doakanlah kepada Allah agar ia tidak bisa membawa bungkusan pakaian itu ke rumahnya." Tidak lama setelah itu, tukang penatu itu pergi mengambil pakaian dari para pelanggannya dan membawa tiga potong roti. Kemudian seorang ahli ibadah yang biasa beribadah di gunung datang dan memberi salam kepada tukang penatu itu seraya bertanya: "Apakah kamu mempunyai roti untuk diberikan kepadaku atau kamu bisa memperlihatkan roti itu kepadaku, sehingga aku bisa mencium baunya, karena telah sekian lama aku tidak makan roti." Tukang penatu itu memberikan sepotong roti kepada ahli ibadah itu, dan ia berkata: "Wahai tukang penatu, semoga Allah mengampuni dosamu dan membersihkan hatimu." Tukang penatu itu memberikannya lagi sepotong roti, dan ahli ibadah itu berkata: "Wahai tukang penatu, semoga Allah mengampuni dosa-dosamu yang telah lewat dan yang akan datang." Tukang penatu itu memberikannya lagi sepotong roti, dan ahli ibadah itu berkata: "Wahai tukang penatu, semoga Allah membangun istana untukmu di surga." Kemudian tukang penatu itu pulang di waktu sore dengan selamat, lalu orang-orang di desa itu berkata: "Wahai Isa, tukang penatu itu kembali lagi dengan selamat." Nabi Isa as lalu bersabda: "Panggillah dia kesini." Setelah ia datang, Nabi Isa as bertanya: "Wahai tukang penatu, aku ingin tahu apa yang kamu kerjakan hari ini?" Ia menjawab: "Saya didatangi oleh orang yang suka beribadah di gunung itu untuk meminta makanan, maka saya beri tiga potong roti. Setiap kali saya beri sepotong roti, ia mendoakan kepada saya." Nabi Isa as bersabda: "Berikanlah kepadaku bungkusan yang kamu bawa itu, aku ingin melihatnya." Kemudian ia menyerahkannya kepada beliau, dan beliau langsung membukanya, dan di dalamnya ada ular hitam yang mulutnya diikat dengan tali kekang dari besi, kemudian Nabi Isa as bersabda: "Wahai ular hitam." Ular itu menjawab: "Ada apa wahai Nabiyullah?" Beliau bersabda: "Bukankah kamu diutus untuk mencelakakan orang ini?" Ular itu menjawab: "Benar, akan tetapi ketika ia kedatangan seorang ahli ibadah yang biasa beribadah di gunung itu dan minta makanan kepadanya, maka pada setiap potong roti yang ia berikan, ahli ibadah itu senantiasa mengucapkan doa untuk kebaikan tukang penatu itu dan di saat itu malaikat mengaminkannya, kemudian Allah Ta'ala mengutus malaikat kepadaku untuk mengekang mulutku dengan tali kekang dari besi." Nabi Isa as lalu bersabda: "Perbaikilah tingkah lakumu, dosa-dosamu telah diampuni, karena berkah shadaqahmu kepada ahli ibadah."

Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami dari Al-A'masy dari Salim bin Abul Ja'd, di mana ia berkata:
"Ada seorang wanita keluar dengan membawa anaknya, lalu datanglah seekor serigala dan menerkamnya, lalu ibunya mengejarnya dengan membawa sepotong roti. Lantas ibunya bertemu dengan seorang pengemis, maka diberikanlah roti itu kepada pengemis, kemudian seripala datang untuk mengembalikan anaknya, dan terdengarlah suara yang mengucapkan: "Sesuap dengan sesuap."

Dengan sanad seperti tersebut di atas dari Al-A'masy dari Abu Sufyan dari Mu'tib bin Sumay, di mana ia berkata:
"Ada seorang pendeta dari kalangan Bani Israil yang beribadah di dalam biaranya selama 60 tahun. Pada suatu hari ia melihat pemandangan yang ada di sekelilingnya, lalu ia sangat kagum seraya berkata; “Alangkah senangnya bila aku bisa turun ke sana untuk berjalan-jalan dan melihat-lihat pemandangan di sana.” Kemudian ia turun dengan membawa sepotong roti. Di tengah jalan ia bertemu dengan seorang wanita yang menyingkapkan badannya, lalu ia terpesona dan tidak bisa mengendalikan nafsunya, sehingga ia menzinainya, dan dalam keadaan seperti itu ia menghadapi saat-saat kematian, dan datanglah seorang pengemis kepadanya dan ia memberikan roti itu kepada si pengemis. Setelah itu ia mati, dan amal ibadahnya selama 60 tahun itu diletakkan pada satu daun timbangan dan dosa-dosanya diletakkan pada daun timbangan yang satunya lagi, dan ternyata dosa-dosanya lebih berat daripada amal ibadahnya selama 60 tahun, dan ketika pahala shadaqah sepotong roti itu diletakkan pada timbangan, amal timbangan kebaikannya langsung menjadi lebih berat mengalahkan timbangan dosa-dosanya."

Ada yang mengatakan bahwa shadaqah itu menutup 76 pintu kejahatan.

Diriwayatkan dari Abu Dzarr Al-Ghiffari ra, di mana ia berkata:
"Tidak ada di atas permukaan bumi ini suatu shadaqah yang dikeluarkan sebelum melepaskan 70 belenggu setan yang semuanya mencegah untuk bershadaqah."

Dari Qatadah dituturkan bahwasanya ia berkata: "Shadaqah itu dapat memadamkan dosa, sebagaimana air memadamkan api."

Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwasanya pada suatu ketika ia sedang duduk, tiba-tiba ada seorang wanita datang kepadanya dengan menutupi tangannya dengan lengan bajunya, lantas Aisyah ra bertanya: "Kenapa kamu tidak mengeluarkan tanganmu dari lengan bajumu?" Ia menjawab: "Wahai Ummul Mukminin, janganlah kamu menanyakan hal itu kepadaku." Lantas Aisyah bertanya: "Kamu harus memberitahukan hal itu kepadaku." Ia lalu berkata: "Wahai Ummul Mukminin, aku mempunyai kedua orang tua, di mana ayahku suka bershadaqah sedangkan ibuku tidak pernah bershadaqah, kecuali sepotong daging yang bergajih dan sebuah baju yang sudah usang. Setelah kedua orang tuaku mati, aku bermimpi seolah-olah hari kiamat telah datang dan aku melihat ibuku berdiri di tengah-tengah orang banyak, menutupi auratnya dengan baju yang sudah usang dan membawa daging yang bergajih di tangannya sambil menjilat-jilat dan berkata: “Alangkah hausnya aku.” Dan aku melihat ayahku berada di tepi telaga sambil memberikan air. Ayahku memang senang menshadaqahkan air, lalu aku mengambil segelas air untuk aku berikan kepada ibuku. Kemudian terdengar suara dari atas yang mengatakan: “Ingatlah, siapa yang memberikan air kepada seseorang, maka tangannya akan mati.” Setelah itu aku terbangun dan tanganku telah mati."

Diceritakan bahwa suatu hari Malik bin Dinar sedang duduk-duduk, kemudian datanglah seorang pengemis, sedangkan waktu itu Malik mempunyai sekeranjang korma. Ia berkata kepada istrinya: "Ambilkan korma itu kemari." Kemudian Malik mengambil dan memberikan setengah keranjang itu kepada pengemis dan mengembalikan separuhnya kepada istrinya. Istrinya lalu berkata: "Apakah orang yang seperti kamu dapat dikatakan yang zuhud? Apakah kamu pernah melihat ada seorang mengirimkan hadiah kepada raja hanya separuh keranjang?" Malik lalu meminta sisa korma yang separuh keranjang itu dan diberikannya kepada pengemis tadi. Malik lalu mendekat kepada istrinya seraya berkata: "Wahai istriku, rajin-rajinlah dan bersungguh-sungguhlah! Karena Allah Ta'ala berfirman:
"(Allah berfirman), “Tangkaplah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyalag. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya 70 hasta.”" (QS. Al-Haqqah, 69:30-32)
Istrinya lalu bertanya: "Mengapa sedemikian beratnya?" Malik menjawab dengan membacakan ayat:
"Sesungguhnya dialah orang yang tidak beriman kepada Allah Yang Mahabesar. Dan dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin." (QS. Al-Haqqah, 69:33-34)
Ketahuilah wahai istriku, sesungguhnya kita telah melepaskan rantai dari separuh leher kita dengan imanh maka seyogyanya kita melepaskan separuh yang lain dengan shadaqah."

Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami dengan sanadnya dari seorang Arab Badui yang mempunyai banyak binatang, akan tetapi jarang sekali bershadaqah. Ia pernah shadaqah seekor kambing yang kecil lagi kurus. Pada suatu malam ia bermimpi bahwa kambing-kambingnya menyerang dan menanduknya, sedangkan kambing yang kecil lagi kurus itu melindungi dirinya. Setelah bangun tidur, ia berkata: "Demi Allah, sedapat mungkin aku akan menjadikan kawan yang banyak bagi kambing yang kecil lagi kurus itu." Kdmudian ia banyak bershadaqah.

Diriwayatkan dari Al-A'masy dari Khaitsamah dari Adi bin Hatim ra, bahwasanya ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
"Tidak ada seseorang di antara kamu sekalian, melainkan Tuhannya akan berbicara dengannya, kemudian ia akan melihat ke arah kanannya, namun ia tidak melihat sesuatu, kecuali apa yang pernah dilakukannya, kemudian ia melihat ke arah kirinya, namun ia tidak melihat sesuatu kecuali apa yang pernah dilakukannya, kemudian ia melihat ke depannya, namun ia tidak melihat sesuatu kecuali api, maka takutlah kamu sekalian kepada api walaupun dengan (bershadaqah) separuh biji korma."

Al-Faqih menjelaskan bahwa ada sepuluh macam amalan yang dapat menyampaikan seseorang ke tingkatan orang-orang pilihan dan akan mendapatkan derajat yang tinggi. Kesepuluh amalan itu , adalah:

  1. Banyak bershadaqah.
  2. Banyak membaca Al-Qur'an.
  3. Duduk bersama-sama dengan orang yang selalu mengingatkan akhirat dan zuhud terhadap dunia.
  4. Bersilaturrahmi.
  5. Menjenguk orang sakit.
  6. Sedikit bergaul dengan orang-orang kaya yang sangat sibuk dengan masalah dunia, sehingga lupa pada akhirat.
  7. Banyak memikirkan tentang apa yang akan terjadi pada dirinya keesokan harinya.
  8. Membatasi angan-angannya dan banyak ingat mati.
  9. Banyak diam dan sedikit bicara.
  10. Tawadhu', rendah hati, memakai pakaian yang sederhana, mencintai orang-orang miskin dan bergaul dengan mereka, serta sering menemui anak-anak dan mengusap-usap kepala mereka.

Ada tujuh perilaku yang dapat memelihara dan membesarkan shadaqah, yaitu:

  1. Menginfakkan dari harta yang halal, karena Allah Ta'ala berfirman:
    "Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik." (QS. Al-Baqarah, 2:267)
  2. Memberikan dari harta yang sedikit.
  3. Cepat-cepat mengeluarkan infak, karena khawatir akan keburu mati.
  4. Bershadaqah dengan yang baik, dan tidak bershadaqah dengan yang buruk, karena Allah Ta'ala berfirman:
    "Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji." (QS. Al-Baqarah, 2:267)
  5. Memberikan shadaqah secara sembunyi-sembunyi, karena khawatir akan menimbulkan riya'.
  6. Tidak pernah menyebut-nyebut shadaqah, karena khawatir akan terhapusnya pahala.
  7. Tidak pernah menyakiti orang yang diberi, karena takut dosa, karena Allah Ta'ala berfirman:
    "Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima)." (QS. Al-Baqarah, 2:264)

Wallahu a'lam.


---o0o---



Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

Trending Articles