Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Yazid bin Zurai menceritakan kepada kami dari Yunus dari Al-Hasan, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Perumpamaan shalat yang lima adalah seperti sungai yang mengalir pada pintu salah seorang di antara kamu yang banyak airnya, di mana setiap hari ia mandi di sungai itu lima kali, maka apakah kira-kira masih ada sesuatu kotoran padanya?"
Maksudnya, shalat yang lima waktu itu dapat menyucikan diri dari dosa-dosa, sehingga tidak tersisa sedikit pun dosa-dosa itu, kecuali dosa-dosa besar. Hal ini apabila shalat ini dikerjakan dengan penuh hikma, khusyuk, dengan rukuk dan sujud yang sempurna. Apabila rukuk dan sujudnya tidak sempurna, maka shalat itu tidak akan diterima.
Al-Faqih berkata: Abul Qadim Abdur Rahman bin Muhammad menceritakan kepada kami, Faris bin Marduwih menceritakan kepada kami, Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Abul Wahid Hisyam bin Abdul Malik menceritakan kepada kami dari Hamman bin Yahya dari Ishaq bin Abdullah dari Yahya bin Dahlan dari ayahnya dari pamannya Rifa'ah bin Rafi' dari Khalid, di mana ia berkata:
"Sewaktu kami duduk di sekitar Rasulullah saw, tiba-tiba ada seorang masuk lalu menghadap kiblat dan mengerjakan shalat. Setelah selesai shalat ia datang dan mengucapkan salan kepada Nabi saw dan orang-orang, kemudian Rasulullah saw bersabda kepadanya; “Kembalilah shalat, karena kamu belum shalat.” Orang itu kembali mengerjakan shalat. Ketika kembali (kepada Rasulullah saw), beliau bersabda; “Kembalilah dan shalat, karena kamu belum shalat.” Beliau menyuruh yang demikian itu dua atau tiga kali, kemudian orang itu berkata; “Saya tidak tahu kesalahanku dalam shalat.” Nabi saw bersabda; “Shalat salah seorang di antara kamu tidak sempurna sebelum menyempurnakan wudhu, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah, di mana ia harus membasuh mukanya dan kedua tangannya sampai kedua siku, mengusap kepalanya, dan membasuh kedua kakinya, kemudian ia bertakbir dan bertahmid kepada Allah lantas membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang dihafalinya, kemudian rukuk, di mana meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua lututnya, sehingga persendian-persendiannya tenang dan merendah (thumakninah), kemudian ia mengangkat kepalanya dan mengucapkan; 'Sami'allahu liman hamidah; Allah mendengar bagi orang yang memujinya,' kemudian ia berdiri tegak, sehingga tulang belakangnya tegak lurus dan setiap anggota badan kembali ke tempat semula, kemudian mengucapkan takbir, lalu sujud, di mana ia menekankan mukanya ke tanah sampai persendian-persendiannya tenang (thumaninah), kemudian mengucapkan takbir, lalu tegak duduk dan menegakkan tulang belakangnya.” Beliau menerangkan cara shalatnya itu empat kali hingga selesai, kemudian beliau bersabda; “Shalat seseorang di antara kamu tidak sempurna sebelum mengerjakan yang demikian itu.”"
Nabi saw memerintahkan untuk menyempurnakan rukuk dan sujud dan memberitahukan bahwa shalat itu tidak diterima kecuali dengan menyempurnakannya, oleh karena itu, setiap orang harus benar-benar sempurna di dalam mengerjakan rukuk dan sujud agar shalatnya itu bisa sebagai kaffarat (penebus) dosa-dosa kecil yang telah dilakukannya.
Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Faris bin Marduwih menceritakan kepada kami, Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Abu Abdir Rahman Al-Muqri menceritakan kepada kami dari Habwah bin Syuraih dari Abu Aqil dari Al-Harts pelayan Utsman ra, di mana ia berkata: Pada suatu hari Utsman sedang duduk dan kami duduk bersamanya, lalu datanglah seorang muadzdzin dan mengajak Utsman untuk berwudhu, kemudian ia berkata:
"Saya melihat Rasulullah saw berwudhu seperti wudhuku ini, dan saya mendengar beliau bersabda; “Barang siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini.” kemudian beliau bersabda; “Lantas ia mengerjakan shalat dhuhur, maka Allah mengampuni dosanya yang berada di antara shalat dhuhur dan shalat subuh, kemudian (jika) ia mengerjakan shalat 'ashar, maka Allah mengampuni dosanya yang berada di antara shalat 'ashar dan shalat dhuhur, kemudian (jika) ia mengerjakan shalat maghrib, maka Allah mengampuni dosanya yang berada di antara shalat 'ashar dan shalat maghrib, kemudian (jika) ia mengerjakan shalat isya, maka Allah mengampuni dosanya yang berada di antara shalat isya dan shalat maghrib, kemudian ia bermalam dengan tidur, kemudian bila ia bangun dan berwudhu lantas mengerjakan shalat subuh, maka diampuni dosa yang berada di antara shalat subuh dan shalat isya. Dan itulah yang dimaksud bahwa hasanat (perbuatan-perbuatan baik) itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk.” Para sahabat bertanya; “Itu yang dimaksud hasanat, lalu apakah albaqiyatus-salihah?” Beliau menjawab; “Subhanallahi wal-hamdu lillahi wa la ilaha illallahu wallahu akbar wa la haula wa la quwwata illa billahil-'aliyyil-'azim; Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak ada daya dan kekuatan melainkan atas pertolongan Allah Yang Maha Luhur dan Maha Tinggi.”"
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud ra, bahwasanya ia berkata: "Barang siapa yang besok ingin menghadap kepada Allah sebagai seorang muslim, maka hendaknya ia menjaga shalat-shalat fardhu ketika ia mendengar adzan, karena Allah Ta'ala mensyari'atkan cara-cara yang mengandung petunjuk kepada nabimu, dan shalat fardhu itu termasuk sunah nabimu. Demi Allah seandainya kamu mengerjakan shalat di rumah masing-masing sebagaimana orang-orang-orang yang tidak mengerjakan shalat jama'ah, maka berarti kamu telah meninggalkan sunah nabimu. Seandainya kamu meninggalkan sunah nabimu, maka kamu akan tersesat. Sungguh pernah terjadi di kalangan kita, suatu masa, di mana tidak seorang pun yang meninggalkan shalat jama'ah kecuali orang munafik yang terang-terangan, dan kita mengetahui bahwa pernah ada seseorang yang didukung oleh dua orang untuk ditegakkan dalam shaf. Dan tidak ada seseorang yang berwudhu dengan sempurna, kemudian ia pergi ke masjid lantas shalat di masjid itu, melainkan Allah mencatat setiap langkah itu satu kebaikan dan dinaikkan satu derajat serta diampuni satu dosa, sehingga kami memperpendek langkah kaki, supaya tambah banyak hitungan langkahnya. Shalat seseorang dengan berjama'ah itu lebih utama dari shalat seseorang yang sendirian dengan 25 derajat."
Dari Jabir bin Abdullah ra, bahwasanya ia berkata:
"Kami ingin pindah rumah ke dekat masjid karena di sekitar masjid ada tanah kosong, kemudian Nabi saw mendengar masalah itu, lalu beliau berkunjung ke perkampungan kami, kemudian beliau bertanya; “Wahai Bani Salimah, aku mendengar bahwa kamu ingin pindah ke (dekat) masjid?” Kami menjawab; “Wahai Rasulullah, kami ini jauh dari masjid, sedangkan di sekitar masjid ada tanah kosong.” Kemudian beliau bersabda; “Wahai Bani Salimah tetaplah kamu di rumahmu ini, karena bekas-bekas (telapak kaki)mu itu dicatat.” Jabir berkata; “Maka kami tidak ingin lagi tinggal di dekat masjid karena mengingat sabda Nabi saw itu.”
Anas bin Malik ra meriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Barang siapa yang mengerjakan shalat dengan berjama'ah selama 40 hari, di mana ia tidak pernah ketinggalan satu raka'at pun, maka Allah menuliskan baginya dua kebebasan, bebas dari api neraka dan bebas dari nifak."
Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl meriwayatkan kepada kami dengan sanadnya dari Ash-Shamit, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Barang siapa yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya kemudian ia berdiri untuk mengerjakan shalat, lalu menyempurnakan rukuk, sujud dan bacaan di dalamnya, maka shalat itu berkata; “Semoga Allah menjaga kamu sebagaimana kamu telah menjaga aku.” kemudian dinaikkan ke langit dengan bersinar dan bercahaya, lalu pintu-pintu langit dibuka untuknya, sehingga ia sampai ke hadapan Allah Yang Maha Pemberkah lagi Maha Tinggi, lalu memberikan syafa'at kepada orang yang mengerjakannya. Akan tetapi apabila rukuk, sujud dan bacaan di dalam shalat disia-siakan (tidak sempurna), maka shalat itu berkata; “Semoga Allah menyia-nyiakan kamu, sebagaimana kamu telah menyia-nyiakan aku.” kemudian dinaikkan ke langit dengan gelap sehingga sampai ke langit, namun pintu-pintu langit tertutup untuknya, kemudian shalat itu dilipat sebagaimana baju yang kumal itu dilipat, lalu dipukulkan ke muka orang yang mengerjakannya."
Dari Al-Hasan bahwasanya, Nabi saw bersabda:
"Maukah kamu aku beritahu tentang seburuk-buruk orang yang mencuri?" Para sahabat bertanya: "Siapakah dia, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda: "Orang yang mencuri dari shalatnya." Mereka bertanya: "Bagaimana seorang mencuri dari shalatnya?" Beliau bersabda: "Dia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya."
Diriwayatkan dari Salman Al-Farisi, bahwasanya ia berkata:
"Shalat itu bagaikan timbangan, barang siapa yang menepati timbangannya, maka ia diberi cukup, dan barang siapa yang mencuri timbangan, maka kamu tahu sebagaimana apa yang dijelaskan oleh Allah dalam surat Al-Mutaffifin."
Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Seandainya mereka mengetahui pahala kedua shalat itu, niscaya mereka akan mendatanginya, walaupun dengan merangkak."
Dari Buraidah Al-Aslami dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid pada kegelapan malam dengan cahaya yang sempurna nanti pada hari kiamat."
Dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Sungguh aku ingin memerintahkan shalat untuk didirikan (dengan berjama'ah), kemudian aku keluar dengan pemuda-pemuda yang membawa kayu bakar, lalu aku bakar rumah orang-orang yang mendengar adzan, kemudian tidak datang untuk mengerjakan shalat jama'ah."
Diriwayatkan dari Ubadah bin Ash-Shamit ra, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Allah mewajibkan atas hamba-hambaNya shalat lima (waktu). Barang siapa yang mengerjakannya dengan sempurna dan tidak mengurangi hak-hak shalat itu karena menganggap remeh, maka ia mempunyai janji di sisi Allah untuk dimasukkan ke dalam surga, dan barang siapa meninggalkannya karena menganggap remeh haknya, maka ia tidak mempunyai janji di sisi Allah, apabila Allah menghendaki, maka Allah mengasihaninya, dan bila tidak, maka Allah menyiksanya."
Atha' menginterprestasikan ayat yang berbunyi:
"Orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah." (QS. An-Nur, 24-37)
Dengan mendatangi shalat-shalat wajib dengan berjama'ah, dan ia menginterprestasikan ayat:
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya." (QS. As-Sajdah, 32:16)
Dengan waktu shalat isya yang akhir.
Al-Faqih berkata: Ayahku meriwayatkan kepadaku, Ahmad bin Yahya meriwayatkan kepada kami, Ahmad bin Manshur meriwayatkan kepada kami, Haudah bin Khalifah meriwayatkan kepada kami dari Auf bin Abu Jamilah dari Abul Minhal dari Syahr bin Hausyab dari Abdullah bin Abbas, bahwasanya ia berkata: Nanti pada hari kiamat semua makhluk yang berupa jin dan manusia dikumpulkan pada satu tempat dengan bertekuk lutut dan berbaris, kemudian ada seruan: "Hari ini kamu sekalian akan mengetahui siapakah orang-orang yang mulia. Orang-orang yang selalu memuji kepada Allah dalam segala kesempatan supaya berdiri!" Maka berdirilah mereka lalu diiring ke surga. Kemudian ada seruan yang kedua: "Hari ini kamu sekalian akan mengetahui siapakah orang-orang yang mulia. Orang-orang yang selalu merenggangkan pinggangnya dari tempat tidur, karena berdoa kepada Allah dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari apa yang Kami karuniakan supaya berdiri!" Maka berdirilah mereka lalu diiring ke surga. Kemudian ada seruan yang ketiga: "Hari ini kamu sekalian akan mengetahui siapakah orang-orang yang mulia. Orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat supaya berdiri!" Maka berdirilah mereka lalu diiring ke surga. Ketika ketiga kelompok tersebut telah masuk surga, lalu muncul dari neraka batang leher yang besar lalu melihat-lihat semua makhluk. Batang leher itu mempunyai dua mata yang tajam dan lisan yang fasih, di mana ia berkata: "Saya diserahi untuk mengambil tiga kelompok makhluk, saya diserahi untuk mengambil orang yang kejam dan menentang perintah Allah dan rasulNya." Ia lantas mengambil semua orang yang disebutkan tadi dari tengah-tengah barisan seperti burung menyucuk bebijian, lantas di buang ke dalam neraka Jahannam. Kemudian ia muncul lagi dan berkata: "Saya diserahi untuk mengambil orang yang mengganggu Allah dan rasulNya." Ia lantas mengambil semua orang yang disebutkan tadi dari tengah-tengah barisan, lantas dibuang ke dalam neraka Jahannam. Kemudian ia muncul untuk yang ketiga kalinya dan berkata: "Saya diserahi untuk mengambil orang yang suka melukis dan memahat patung untuk disembah." Ia lantas mengambil semua orang yang disebutkan tadi dari tengah-tengah barisan, lantas dibuang ke dalam neraka Jahannam. Setelah pengambilan ketiga kelompok yang dimasukkan ke dalam surga dan ketiga kelompok yang dimasukkan ke dalam neraka itu selesai, maka catatan amal digelar dan diletakkan di dalam timbangan amal, dan orang-orang dipanggil untuk dihisab."
Diceritakan bahwasanya pada zaman dahulu iblis itu dapat dilihat. Ada seseorang berkata kepadanya: "Wahai iblis, apa yang harus saya perbuat agas saya dapat seperti kamu?" Iblis berkata: "Celaka kamu, belum ada seorang pun yang minta kepadaku agar menjadi seperti aku. Kenapa kamu memintanya?" Orang itu berkata: "Saya menginginkannya." Iblis berkata kepadanya: "Jika kamu benar-benar ingin seperti aku, maka lalaikanlah shalat dan bersumpahlah semaumu baik itu benar atau bohongan." Orang itu berkata: "Saya telah berjanji kepada Allah untuk tidak meninggalkan shalat dan tidak mengucapkan sumpah untuk selama-lamanya." Iblis berkata: "Tidak seorang pun yang belajar kepadaku dengan tipuan seperti itu selain kamu. Saya telah berjanji kepada Allah untuk tidak menasehati yang baik-baik kepada manusia."
Diriwayatkan dari Abu Darda ra, bahwasanya ia berkata:
"Orang-orang yang paling mulia di sisi Allah, adalah orang-orang yang selalu memperhatikan perjalanan matahari dan bulan." Mereka bertanya: "Yang kamu maksudkan orang-orang yang mengumandangkan adzan?" Abu Darda menjawab: "Semua umat Islam yang memperhatikan waktu shalat."
Al-Faqih berkata: Muhammad bin Dawud menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ahmad Al-Khathib An-Naisaburi menceritakan kepada kami, Abu Amr Ahmad bin Khalid Ar Hurrani menceritakan kepada kami dari Ya'qub bin Yusuf dari Muhammad bin Ma'n dari Ja'far bin Muhammad dari ayahnya dari kakeknya ra, di mana ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
"Shalat itu merupakan keridhaan kepada Tuhan Yang Maha Pemberkah lagi Maha Tinggi, kecintaan para malaikat, perilaku para nabi, cahaya makrifat, pokok iman, terkabulnya doa, penerimaan amal berkah dalan rezeki, kesejahteraan untuk badan, perisai terhadap musuh, kebencian bagi setan, pemberi syafa'at antara orang yang mengerjakannya dan antara malakul maut, pelita di dalam kuburnya, permadani di bawah pinggangnya, jawaban atas pertanyaan Munkar dan Nakir, dan kawan yang setia di dalam kuburnya sampai hari kiamat. Apabila hari kiamat datang, maka shalat itu merupakan naungan di atasnya, mahkota pada kepalanya, pakaian pada badannya, cahaya yang memancar di depannya, penutup antara dia dan neraka, hujjah bagi orang-orang yang beriman di hadapan Tuhan Yang Maha Pemberkah lagi Maha Tinggi, pemberat di dalam timbangan amal, dimudahkan dalam melewati shirath (titian), dan kunci surga, karena shalat itu adalah tasbih, tahmid, taqdis, ta'dzim, bacaan dan doa, dan sesungguhnya seutama-utamanya amal perbuatan adalah shalat tepat pada waktunya."
Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri, bahwasanya Rasul Allah saw bersabda:
"Mula pertama yang diperhitungkan atas seseorang nanti pada hari kiamat adalah shalat. Apabila ia telah menyempurnakannya, maka Allah memudahkan perhitungan amalnya, dan apabila ia mempunyai sedikit kekurangan, maka Allah Ta'ala berfirman kepada malaikatNya; “Apakah hambaKu ini mempunyai shalat sunah, (bila ya) maka sempurnakanlah shalat fardhu itu dengan shalat sunah.” Apabila telah sempurna, maka amal-amal perbuatan yang lain lewat dari hisabnya."
"Barang siapa yang melanggengkan shalat yang lima waktu itu dalam berjama'ah, maka Allah Ta'ala memberikan kepadanya lima hal, yaitu:
(1). Dihindarkan dari kesulitan hidup,
(2). Dihindarkannya dari siksa kubur,
(3). Diberikannya catatan amalnya dari sebelah kanan,
(4). Ia melewati shirath (titian) bagaikan kilat yang menyambar,
(5). Ia masuk surga tanpa hisab.
Dan barang siapa yang meremehkan (meninggalkan shalat lima waktu itu dalan berjama'ah, maka Allah Ta'ala menyiksanya dengan 12 macam siksaan, tiga siksaan di dunia, tiga siksaan sewaktu sakaratul maut, tiga siksaan di dalam kubur, dan tiga siksaan pada hari kiamat. Sedangkan tiga macam siksaan di dunia itu, adalah:
(1). Dihilangkannya keberkahan dari usaha dan rezekinya,
(2). Tidak diterima amal-amal kebaikannya,
(3). Dihilangkan tanda kebaikan dari mukanya dan dibenci oleh banyak orang.
Tiga macam siksaan sewaktu sakaratul maut, adalah:
(1). Dicabutnya nyawa dalam keadaan dahaga,
(2). Dicabutnya nyawa dalam keadaan lapar,
(3). Sangat keras (sakit) pencabutan nyawanya.
Tiga macam siksaan di dalam kubur itu, adalah:
(1). Kesulitan menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir,
(2). Gelapnya kubur,
(3). Sempitnya kubur.
Tiga macam siksaan pada hari kiamat, adalah:
(1). Sulitnya hisab,
(2). Murka Tuhan atasnya,
(3). Siksaan Allah Ta'ala di dalam neraka."
Hadits yang seperti tersebut di atas diriwayatkan pula dari Abu Dzar dari Nabi saw.
Diriwayatkan dari Mujahid, bahwasanya ada seseorang datang kepada Ibnu Abbas ra lantas bertanya: "Wahai Ibnu Abbas, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang rajin shalat malam, puasa pada siang hari, namun ia tidak pernah mendatangi shalat Jum'ah dan tidak pernah mengerjakan shalat dengan berjama'ah, kemudian ia mati, maka di manakah orang itu berada?" Ibnu Abbas menjawab: "Ia berada di neraka." Orang itu berulang kali menanyakan hal itu kepada Ibnu Abbas sampai satu bulan, namun Ibnu Abbas tetap menjawab: "Ia berada di neraka."
Al-Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dengan sanadnya dari Ali bin Abl Thalib kw, di mana ia berkata:
"Nanti akan datang suatu masa, di mana Islam tinggal namanya saja, dan Al-Qur'an hanya tulisannya saja. Masjid-masjid mereka itu megah, namun kosong dari pengunjung, saat itu ulama-ulama merupakan ulama-ulama yang paling jahat di bumi ini, karena justru dari mereka timbulnya fitnah dan di tengah-tengah mereka kembalinya fitnah itu."
Wahb bin Munabbih berkata: "Tidak ada cara untuk memohon atau menyampaikan kebutuhan-kebutuhan kepada Allah seperti halnya dengan shalat, karena bencana-bencana besar yang terhindar dari orang-orang terdahulu itu hanya dengan shalat, dan jarang orang yang ditimpa bencana, melainkan usaha untuk menghindarkannya dengan mengerjakan shalat."
Dalam rangka menceritakan keadaan Nabi Yunus as, Allah Ta'ala berfirman:
"Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berdzikir (bertasbih) kepada Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai Hari Berbangkit." (QS. As-Saffat, 37:143-144)
Ibnu Abbas berpendapat bahwa yang dimaksud dengan banyak mengingat Allah itu, adalah bahwa dia termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.
Al-Hasan Al-Bashri berkata: "Berdoa dalam keadaan aman adalah merupakan perlindungan diri kepada Allah dan turunnya bala', sehingga bila ada bala' yang turun, maka ia telah mempunyai sandaran yang kuat."
Nabi saw bersabda:
"Seseorang tidak diberi suatu pemberian yang lebih baik baginya, daripada jika ia diberi kesempatan untuk mengerjakan shalat dua raka'at."
Muhammad bin Sirin berkata: "Seandainya saya disuruh memilih antara shalat dua raka'at dan surga, niscaya saya akan memilih shalat dua raka'at, karena di dalam shalat dua raka'at itu tercapai ridha Allah, sedangkan di dalam surga hanya memperoleh kepuasan diriku."
Diceritakan bahwa ketika Allah Ta'ala menciptakan langit, maka diisi dengan malaikat dan menyuruh mereka untuk mengerjakan shalat, maka mereka selalu mengerjakannya tanpa henti walaupun hanya sesaat saja. Allah menetapkan setiap penghuni langit itu, dengan sesuatu macam ibadah tertentu, ada malaikat yang berdiri terus-menerus sampai hari kiamat, ada yang rukuk terus -menerus, ada yang sujud, dan ada yang merendahkan sayapnya, karena kehebatan Allah, dan ahli 'Illiyyin, dan ahli 'arasy senantiasa berdiri mengelilingi sekitar 'arasy sambil bertasbih dengan memuji Tuhan mereka dan memohonkan ampun kepada orang yang berada di bumi. Kemudian Allah menghimpun semua cara ibadah malaikat itu dalam suatu bentuk shalat yang merupakan kemuliaan bagi orang-orang yang beriman, sehingga ia mendapatkan bahagian dari ibadah tiap-tiap malaikat penghuni langit itu, dan ditambahkan bagi mereka Al-Qur'an untuk bacaan dan tuntunan hidup mereka. Kemudian Allah menuntut mereka untuk mensyukuri nikmatNya dan mensyukuri nikmat karena dapat menegakkan shalat dengan menyempurnakan syarat dan rukuknya. Allah Ta'ala berfirman:
"(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka." (QS. Al-Baqarah, 2:3)
"Dan laksanakanlah shalat." (QS. Taha, 20:14)
"Begitu pula mereka yang melaksanakan shalat." (QS. An-Nisa', 4:162)
Di dalam Al-Qur'an tidak ada ayat yang menyebutkan shalat melainkan dibarengi dengan perintah untuk mendirikannya. Di dalam memberikan sifat orang-orang munafik, Allah berfirman:
"Maka celakalah orang yang shala, (yaitu) orang-orang yana lalai terhadap shalatnya." (QS. Al-Ma'un, 4:5)
Allah menyebut orang-orang munafik itu hanya dengan "orang yang shalat," sedangkan menyebut orang-orang mukmin itu dengan "orang-orang yang mendirikan shalat." Dengan demikian bisa dimengerti bahwa orang yang shalat itu banyak, namun yang mendirikan shalat itu sedikit.
Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Sesungguhnya di antara kamu ada orang yang mengerjakan shalat, namun tidak dicatat shalat baginya, kecuali hanya sepertiganya, atau seperempatnya, atau seperlimanya, atau seperenamnya, sehingga beliau menyebutkan sepersepuluhnya."
Maksudnya, yang dicatatkan baginya adalah bagian shalat yang ia sadar mengerjakannya, sedangkan yang dilakukan dengan lalai, maka tidak dicatat baginya.
Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Barang siapa yang mengerjakan shalat dua raka'at dengan benar-benar menghadap Allah dengan sepenuh hatinya, maka ia keluar dari dosanya seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya."
Kehebatan shalat seseorang adalah manakala ia menghadapkan diri kepada Allah dengan sepenuh hati. Apabila ia sibuk dengan bisik-bisik di dalam hatinya, maka ia diibaratkan orang yang hendak menghadap raja untuk meminta maaf dari kesalahannya, namun ketika sampai di pintu istana, ia berdiri di depan pintu dan sang raja telah menatap mukanya, namun orang itu malah menoleh ke kanan dan ke kiri, maka sudah barang tentu sang raja tidak akan menerima permintaan maafnya. Demikian pulam halnya dengan shalat, di mana apabila orang yang mengerjakannya lalai, tidak khusuk, maka shalatnya itu tidak akan diterima oleh Allah Ta'ala.
Perlu diketahui bahwa perumpamaan shalat itu adalah bagaikan raja yang sedang mengadakan pesta pekawinan, di mana ia menyediakan berbagai macam makanan dengan berbagai rasa, warna dan manfaat. Demikianlah, di dalam shalat itu Allah mengundang dan menyediakan berbagai macam gerak dan dzikir, gerakan itu bagaikan makanan, dan dzikir itu bagaikan minuman.
Di dalam shalat itu ada 12.000 hal yang kemudian dihimpun dalam 12 macam. Barang siapa yang hendak mengerjakan shalat, maka ia harus memperhatikan 12 hal itu, agas shalatnya sempurna. Enam hal sebelum mulai mengerjakan shalat dan enam hal lagi ketika mengerjakan shalat. Ke 12 hal itu, adalah sebagai berikut:
- Ilmu pengetahuan, karena Nabi saw bersabda:
"Amal sedikit dengan ilmu itu lebih baik, daripada amal banyak tanpa ilmu." - Wudhu, karena Nabi saw bersabda:
"Tidak sah shalat melainkan dengan suci." - Pakaian, karena Allah Ta'ala berfirman:
"Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid." (QS. Al-A'raf, 7:31)
Maksudnya berpakaianlah kamu setiap mengerjakan shalat. - Memelihara waktu, karena Allah Ta'ala berfirman:
"Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (QS. An-Nisa', 4:103) - Menghadap kiblat, karena Allah Ta'ala berfirman:
"Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu." (QS. Al-Baqarah, 2:150) - Niat, karena Nabi saw bersabda:
"Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu harus disertai niat, dan balasan bagi setiap amal seseorang adalah sesuai apa yang dia niatkan." - Takbiratul ihram, karena Nabi saw bersabda:
"Yang mengharamkan shalat (dari segala sesuatu yang bukan amalan shalat), adalah takbir yang menghalalkannya (dari segala sesuatu yang bukan amalan shalat) adalah salam." - Berdiri, karena Allah berfirman:
"Dan laksanakanlah (shalat) karena Allah dengan khusuk." (QS. Al-Baqarah, 2:238) - Membaca ayat-ayat Al-Qur'an, karena Allah Ta'ala berfirman:
"Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an," (QS. Al-Muzzammil, 73:20) - Rukuk, karena Allah Ta'ala berfirman:
"Dan rukuklah." (QS. Al-Baqarah, 2:43) - Sujud karena Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sujudlah." (QS. Al-Hajj, 22:77) - Duduk, karena Nabi saw bersabda:
"Apabila seseorang telah mengangkat kepalanya dari sujud yang terakhir dan ia duduk kira-kira cukup untuk membaca tasyahud, maka telah sempurnalah shalatnya."
"Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepadaNya." (QS. Al-Mu'min, 40:14)
Sedangkan ilmu pengetahuan, maka ada tiga macam, yaitu:
- Mengetahui mana yang wajib dan mana yang sunah dalam rangkaian shalat, karena shalat itu tidak sah kecuali dengan mengetahuinya.
- Mengetahui mana yang wajib dan mana yang sunah dalam rangkaian wudhu.
- Mengetahui tipu daya setan, sehingga ia bisa memeranginya
Sedangkan sempurnanya wudhu, maka ada tiga macam, yaitu:
- Membersihkan hati dari rasa dengki dan jahat.
- Membersihkan badan dari dosa.
- Membasuh anggota-anggota wudhu dengan sempurna, tanpa pemborosan air.
Sedangkan sempurnanya pakaian, maka ada tiga macam, yaitu:
- Pakaian itu berasal dari yang halal.
- Bersih dari najis
- Sesuai dengan sunah. Berpakaian bukan karena sombong dan bermegah-megahan.
Sedangkan pemeliharaan waktu, maka ada tiga macam, yaitu:
- Mata selalu memperhatikan jalannya matahari, bulan dan bintang untuk mengetahui waktu shalat.
- Telinga selalu memperhatikan suara adzan.
- Hatinya selalu mengingat dan memperhatikan tibanya waktu shalat.
Sedangkan kesempurnaan menghadap kiblat itu, maka ada tiga macam, yaitu:
- Menghadapkan muka ke arah kiblat.
- Menghadap Allah dengan sepenuh hati.
- Khusuk dan merendahkan diri.
Sedangkan kesempurnaan niat itu, maka ada tiga macam, yaitu:
- Mengetahui shalat apa yang dikerjakan.
- Menyadari bahwa kamu sedang berdiri di hadapan Allah, dan Allah melihat kamu.
- Menyadari bahwa Allah mengetahui segala apa yang berada di dalam hatimu, maka bersihkanlah hatimu dari sibuk memikirkan masalah dunia.
Sedangkan kesempurnaan takbiratul ihram itu, maka ada tiga macam, yaitu:
- Takbir dengan benar dan mantap.
- Mengangkat dua tangan sejajar dengan dua telinga.
- Hati benar-benar konsentrasi, lalu mengucapkan takbir dengan khusuk.
Sedangkan kesempurnaan berdiri itu, maka ada tiga macam, yaitu:
- Mata menatap tempat sujud.
- Mengarahkan hati hanya kepada Allah.
- Tidak menoleh ke kanan atau ke kiri.
Sedangkan kesempurnaan membaca Al-Qur'an itu, maka ada tiga macam, yaitu:
- Membaca Al-Fatihah dengan bacaan yang benar dan tartil.
- Membaca dengan memikirkan artinya.
- Mengamalkan apa yang dibaca.
Sedangkan kesempurnaan rukuk itu, maka ada tiga macam, yaitu:
- Meluruskan tulang punggung, tidak turun dan tidak ke atas.
- Meletakkan kedua tangan pada lutut dan merenggangkan jari-jarinya.
- Thumakninah dalam rukuk, seraya membaca tasbih dengan mengagungkan Allah.
Sedangkan kesempurnaan sujud itu, maka ada tiga macam, yaitu:
- Meletakkan kedua tangan sejajar dengan telinga.
- Tidak menghamparkan kedua lengan.
- Thumakninah dalam sujud, seraya membaca tasbih mengagungkan Allah.
Sedangkan kesempurnaan duduk itu, maka ada tiga macam, yaitu:
- Duduk di atas kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan.
- Membaca tasyahud (tahiyyat) dengan ta'dhim, serta berdoa untuk diri sendiri dan segenap kaum mukminin.
- Mengucapkan salam dengan sempurna.
Sedangkan kesempurnaan salam itu, maka niat memberi salam dari lubuk hati, bahwa kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada malaikat dan segenap orang yang berada di sebelah kanan, dan demikian juga kepada mereka yang berada di sebelah kiri, dan pandangan tidak melebihi kedua bahu.
Sedangkan kesempurnaan ikhlas itu, maka ada tiga macam, yaitu:
- Shalat itu ditujukan untuk mengharap ridha Allah, bukan kepada yang lain.
- Merasa bahwa mengerjakan shalat itu karena taufik dari Allah.
- Memelihara shalat agar bisa bersama-sama menghadap Allah nanti pada hari kiamat, karena Allah berfirman;
"Barang siapa berbuat kebaikan." (QS. Al-An'am, 6:160)
Dan Allah tidak berfirman;
"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan."
Oleh karena itu, setiap orang yang mengerjakan shalat hendaknya benar-benar mengetahui apa yang ia kerjakan dan mengetahui nilainya agar ia bersyukur kepada Allah Ta'ala atas pertolongan yang dikaruniakan kepadanya, sehingga bisa mengerjakan shalat, karena di dalam shalat itu terhimpun berbagai macam kebaikan yang berupa gerak dan dzikir. Ketika seseorang berdiri tegak untuk mengerjakan shalat, di mana ia mengucapkan: Allahu akbar, maka Allah Ta'ala berfirman: "HambaKu mengerti bahwa Aku terbesar dari segala sesuatu dan ia telah menghadap kepadaKu." Ketika ia mengucapkan takbir dan mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga, maka maksud diangkat tangan itu adalah melepaskan diri dari segala sesembahan, kecuali kepada Allah Ta'ala.
Kemudian ia membaca:
"Maha Suci Engkau wahai Tuhan dan dengan memuji kepadaMu, berkah namaMu, tinggi kebesaranMu, dan tidak ada Tuhan selain Engkau."
Lalu membaca:
"Saya berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk."
Lantas membaca surat Al-Fatihah sampai selesai. Dengan membaca surat Al-Fatihah berarti ia memuji dan bersyukur kepada Allah yang telah menjadikannya tidak termasuk orang-orang yang dimurkai oleh Allah, akan tetapi menjadikannya orang yang mengikuti tuntunan nabi.
Kemudian sewaktu rukuk hendaklah ia merenung di dalam hati, seolah-olah berkata: "Wahai Allah, saya merendahkan diri kepadaMu, saya datang dengan diri yang maksiat kepadaMu, semoga Engkau berkenan mengampuni dosa-dosa saya dan mengasihani saya," kemudian mengucapkan:
"Mahasuci Tuhanku Yang Maha Agung."
Dengan maksud merendahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Mulia.
Kemudian mengangkat kepala dari rukuk, seraya mengucapkan:
"Allah mendengar bagi orang yang memuji kepadaNya."
Maksudnya Allah mengampuni orang yang mengesakan, dan taat kepadaNya. Kemudian mengucapkan:
"Wahai Tuhan kami, hanya kepadaMu segala puji."
Maksudnya segala puji bagiMu karena Engkau telah memberi pertolongan kepada saya untuk melakukan perbuatan ini.
Kemudian sujud, yang dimaksudkan untuk merendahkan diri dengan serendah-rendahnya kepada Allah, dan seolah-olah berkata: "Wahai Tuhan, Engkau telah menciptakan saya dengan bentuk yang seindah-indahnya dan Engkau telah menciptakan mata, telinga dan lisan untuk saya. Saya menghadap kepadaMu, semoga Engkau berkenan mengasihani saya." Lantas membaca:
"Mahasuci Tuhanku Yang Maha Tinggi."
Maksudnya Tuhanku Yang Maha Tinggi suci dari segala sesuatu yang selain Dia.
Kemudian setelah itu duduk untuk tasyahud dan membaca At-tahiyyatu lillah, maksudnya segala kekuasaan dan pujian adalah milik Allah.
Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri, bahwasanya ia berkata:
"Pada zaman Jahiliyyah, penyembah-penyembah berhala berkata kepada berhalanya; “Kehidupan yang kekal bagimu.” Kemudian orang-orang yang mengerjakan shalat diperintahkan untuk membaca, At-tahiyyatu lillah yang artinya kekekalan dan kekuasaan yang langgeng hanya bagi Allah Ta'ala. Kemudian membaca was-salawatu, yang artinya shalat lima waktu itu hanya bagi Allah, di mana seseorang tidak boleh shalat kecuali hanya bagiNya, wat-tayyibat, yang artinya persaksian bahwa tidak ada Tuhan, kecuali Allah. As-salamu 'alaika ayyuhan-nabiyb, artinya; “Wahai Muhammad, semoga kesejahteraan senantiasa dilimpahkan kepadamu, karena engkau telah menyampaikan risalah Tuhanmu, dan engkau telah memberi nasehat kepada umatmu, wa rahmatullahi, artinya keridhaan Allah dilimpahkan kepadamu dan kepada keluargamu. As-salamu 'alaina wa 'ala 'ibadillahis-salihin, artinya semoga Allah diberikan kepada kami dan kepada para nabi, orang-orang yang benar dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka sampai hari kiamat. Asyhadu alla ilaha illallah, yang artinya, tidak ada sesuatu di langit dan di bumi yang berhak disembah selain Allah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, artinya bahwa Muhammad saw adalah utusanNya, penutup segala nabiNya, pilihan dan kekasihNya di antara semua makhluk. Kemudian membaca shalawat atas Nabi Muhammad saw, lalu berdoa untuk diri sendiri dan segenap orang-orang yang beriman, lantas mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri. Maksud daripada ucapan salam ini adalah ungkapan yang mengandung arti; “Wahai segenap saudaraku yang beriman, semoga kamu senantiasa berada dalam kesejahteraan, aman dari segala kejahatan dan pengkhianatanku, apabila aku keluar dari masjid.”"
Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Bagi orang yang mengerjakan, shalat itu mempunyai tiga kemuliaan, yaitu kebaikan (rahmat) bertaburan dari langit pada kepalanya sampai ujung kepalanya, dan malaikat memanggil; “Seandainya seseorang mengetahui dengan siapakah dia bermunajad, niscaya dia tidak akan berhenti dari shalatnya.”"
Semua kemuliaan itu diberikan kepada orang yang mengerjakan shalat. Oleh karena itu, hendaknya ia mengetahui betapa tinggi nilai shalat itu dan memuji kepada Allah yang telah memberikan kekuatan dan pertolongan kepadanya untuk mengerjakan shalat.
Sa'id meriwayatkan dari Qatadah bahwa Nabi Danial as ketika menerangkan tentang sifat-sifat umat Muhammad, beliau bersabda:
"Mereka mengerjakan suatu shalat yang seandainya kaum Nuh as mengerjakan shalat itu, niscaya mereka tidak akan tenggelam, dan seandainya kaum 'Ad mengerjakannya, niscaya mereka tidak akan ditimpa angin taupan yang dahsyat itu, dan seandainya kaum Samud mengerjakannya, niscaya mereka tidak akan disiksa dengan suara keras yang mengguntur." Kemudian Qatadah berkata: "Hendaknya kamu senantiasa mengerjakan shalat, karena shalat itu adalah sebaik-baik perilaku bagi orang-orang yang beriman."
Khalf bin Khalifah meriwayatkan dari Laits yang dihubungkan sanadnya sampai kepada Nabi saw, di mana beliau bersabda:
Umatku adalah suatu umat yang dikasihani, di mana Allah menghindarkan bala' daripada mereka karena keikhlasan, doa, shalat dan orang-orang yang lemah di antara mereka."
Wallahu a'lam.