Al-Faqih berkata: Abu Ja'far menceritakan kepada kami, Abu Ya'qub Ishaq bin Abdur Rahman Al-Qari' menceritakan kepada kami, Abul Abbas Al-Fadl bin Al-Hakim An-Naisaburi menceritakan kepada kami, Yazid bin Abdullah menceritakan kepada kami, Ikrimah bin Ammar menceritakan kepada kami, Syaddad bin Abdullah Ad-Dimasyqa menceritakan kepada kami, Abu Umamah Al-Bahili menceritakan kepada kami, di mana ia berkata: Saya bertanya kepada kepada Amr bin Anbasah: "Kenapa kamu disebut orang yang keempat dalam Islam?" Ia menjawab: "Dahulu saya berpendapat bahwa manusia itu berada dalam kesesatan dan saya tidak percaya sama sekali terhadap berhala, kemudian saya mendengar seseorang yang memberitahukan tentang berita-berita Makkah, maka saya langsung berangkat ke Makkah, dan saat itu Rasulullah saw masih sembunyi-sembunyi karena belum diterima dengan baik oleh kaumnya. Dengan sikap yang lemah lembut saya ke rumah beliau, (lalu terjadi dialog seperti berikut):
"Saya bertanya: “Siapakah kamu?” Beliau menjawab; “Aku seorang nabi.” Saya bertanya; “Apakah nabi itu?” Beliau menjawab; “Utusan Allah.” Saya bertanya; “Allah mengutus kamu?” Beliau menjawab; “Ya.” Saya bertanya; “Untuk apa Allah mengutus kmau?” Beliau menjawab; “Supaya kami mengesakan Allah dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu, menghancurkan berhala dan menyambung tali persaudaraan.” Saya bertanya; “Siapakah yang bersama kamu dalam masalah ini?” Beliau bersabda; “Orang merdeka dan hamba sahaya.” (waktu itu Abu Bakar dan Bilal sudah masuk Islam). Saya berkata; “(Bagaimana kalau) saya ikut kamu?” Beliau bersabda; “Saat ini kamu belum bisa, tetapi kembalilah kamu ke keluargamu (ke rumahmu), dan nanti bila kamu mendengar aku telah berhasil, maka datanglah kepadaku.” Kemudian saya kembali ke keluargaku dan saya telah masuk Islam." maksudnya waktu itu orang-orang Islan baru empat orang. ('Amr berkata): "Rasulullah saw pergi berhijrah ke Madinah. Saya menemui beliau dan berkata; “Wahai Rasulullah, apakah engkau mengenal saya?” Beliau bersabda; “Ya, bukankah kamu yang datang kepadaku di Makkah?” Saya berkata; “Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku apa yang Allah Ta'ala ajarkan kepadamu.” Beliau bersabda; “Apakah kamu telah selesai shalat subuh, maka berhentilah dari shalat sampai matahari terbit, dan apabila matahari terbit, janganlah kamu mengerjakan shalat sampai matahari naik, sebab pada saat itu matahari terbit di antara tanduk setan, dan ketika itu orang-orang kafir bersujud kepadanya. Apabila matahari sudah terbit kira-kira satu atau dua tombak, maka shalatlah karena shalat (pada saat itu) disaksikan dan dihadiri (malaikat) sampai bayangan tombak persis di bawahnya (matahari tepat di atas kepala), maka berhentilah dari shalat karena saat itu neraka Jahannam sedang nyala. Apabila bayangan telah condong, maka sesungguhnya shalat (pada saat itu) disaksikan dan dihadiri oleh (malaikat) sampai kamu mengerjakan shalat 'ashar. Apabila kamu telah mengerjakan shalat 'ashar, maka berhentilah dari shalat sampai matahari terbenam, karena pada saat itu matahari terbenam di antara dua tanduk setan, dan pada saat orang-orang kafir sujud kepadanya.” Saya berkata; “Wahai Nabiyullah, beritahukanlah kepadaku tentang wudhu.” Beliau bersabda; “Tiada salah seorang di antara kamu yang menyiapkan wudhunya, kemudian ia berkumur, menghirup air ke hidung dan mengeluarkannya, melainkan dosa-dosa mulut dan hidungnya keluar bersama-sama dengan air, ketika ia mengeluarkan air itu, kemudian ia membasuh mukanya, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Ta'ala melainkan dosa-dosa mukanya keluar bersama-sama air, kemudian ia membasuh tangannya sampai kedua siku, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Ta'ala, melainkan dosa-dosa kedua tangannya itu keluar dari ujung jari-jarinya, kemudian ia mengusap kepalanya sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Ta'ala, melainkan dosa-dosa kepalanya keluar dari ujung-ujung rambutnya bersama-sama dengan air, kemudian ia membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki, sebagaimana yang diperintahkan Allah Ta'ala, melainkan dosa-dosa kedua kakinya itu keluar dari ujung jari-jari kakinya bersama-sama dengan air, kemudian ia berdiri dan memuji serta mengagungkan Allah dengan pujian yang biasa diucapkan, kemudian ia mengerjakan shalat dua raka'at, melainkan ia terhindar dari dosa-dosanya seperti pada saat ia dilahirkan oleh ibunya.”"
Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Isma'il bin Ja'far menceritakan kepada kami dari Al-'Ala' bin Abdur Rahman dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Maukah kamu aku tunjukkan suatu perbuatan yang karenanya Allah Ta'ala menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat?" Para sahabat menjawab: "Tentu, wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Menyempurnakan wudhu pada musim dingin, sabar atas apa-apa yang tidak disenangi (penderitaan hidup), memperbanyak langkah ke masjid, dan menunggu shalat sesudah (mengerjakan) shalat, maka itulah ribath (pertahanan dari musuh)."
(ada yang mengatakan bahwa keutamaannya sama dengan keutamaan orang yang berada di garis depan dalam berjuang pada jalan Allah.)
Al-Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dengan sanadnya dari Abdullah bin Salman, di mana ia berkata: "Saya menemukan di dalam sebagian apa yang telah diturunkan oleh Allah Ta'ala bahwa barang siapa yang selalu berwudhu dari tiap-tiap berkhadas dan tidak suka masuk ke tempat-tempat istrinya di dalamnya dan tidak berusaha yang tidak halal, maka ia diberi rezeki kekayaan tanpa bisa diperkirakan."
Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Barang siapa yang tidur dalam keadaan suci dalam selimut yang suci, maka ia bermalam bersama-sama dengan malaikat di dalam selimutnya, maka setiap kali ia bangun di waktu malam, malaikat itu berdoa: "Wahai Allah, ampunilah hambaMu Fulan karena ia tidur dalam keadaan suci."
Dari Imran bin Abban, bahwasanya ia berkata: "Saya melihat Utsman bin Affan ra berwudhu, di mana ia menuangkan air ke atas dua tangannya lalu mencucinya tiga kali, kemudian berkumur dan menghirup air ke hidung tiga kali, kemudian membasuh mukanya tiga kali, lalu membasuh tangan kirinya tiga kali, kemudian mengusap kepalanya, kemudian membasuh kedua kakinya tiga kali, lantas berkata; “Saya melihat Rasulullah saw berwudhu seperti wudhuku ini dan beliau bersabda:
"Barang siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian ia mengerjakan shalat dua raka'at, hatinya tidak tergoda dengan sesuatu urusan dunia di dalam shalat, maka diampunilah dosanya yang telah lewat dan yang akan datang."”
Tsauban meriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Beristiqamahlah kamu (dalam beramal) dan kamu tidak akan bisa menghitung (banyaknya pahala). Ketahuilah bahwa amal perbuatanmu yang paling baik adalah shala, dan tidak bisa menjaga untuk selalu berwudhu kecuali orang yang beriman."
Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya selalu berdoa dalam keadaan wudhu (suci) sepanjang hari dan tidur di waktu malam pun, juga dalam keadaan wudhu, karena bila ia bisa mengerjakan yang demikian itu, maka ia akan dicintai Allah dan malaikat penjaga, dan ia akan selalu dalam lindungan Allah Ta'ala.
Al-Faqih berkata: Saya mendengar ayahku bercerita dengan sanadnya yang panjang, di mana ia berkata: "Bahwasanya Umar bin Al-Khaththab mengutus salah seorang sahabat Nabi saw ke Mesir untuk mengambil kiswah (kelambu) Ka'bah, dan ia berhenti di daerah Syam, menginad di sebelah biara pendeta yang paling pandai, lalu utusan Umar itu ingin bertemu dengannya dan mendengarkan ilmu daripadanya. Ketikg utusan itu mengetuk pintu, lama tidak dibukakan. Setelah dibukakan pintu dan masuk, utusan itu bertanya kepadanya kenapa ia tidak segera membukakan pintu, maka jawabnya; “Ketika kami lihat datang ke sini, kami melihat kamu berwibawa seperti raja, kami merasa takut dan oleh karena itulah, kami membiarkan kamu agak lama di depan pintu, karena Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi Musa as;
"Wahai Musa, jika kamu takut kepada raja, maka berwudhulah dan perintahkan kepada keluargamu untuk berwudhu karena siapa yang berwudhu, maka ia berada dalam lindunganKu terhadap apa yang ia takutkan."
Jadi sewaktu kamu menunggu di depan pintu, saya dan semua anggota keluara berwudhu dan mengerjakan shalat, sehingga rasa takt hilang, kemudian baru kami membukakan pintu untuk kamu.”"
Al-Faqih mengatakan hendaknya orang yang berwudhu itu, berwudhu dengan penuh rasa hormat, dan menyadari bahwa ia hendak menghadgp kepada Tuhannya Yang Maha Agung lagi Mulia. Ia hendaknya bertaubat dari semua dosa, karena Allah Ta'ala menjadikan bersuci dengan air itu sebagai tanda menyuci dosa-dosanya. Ia hendaknya memulai wudhunya dengan menyebut nama Allah. Bila ia berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung berarti ia membasuh mulutnya dari gunjingan dan dusta seperti membasuhnya dengan air. Bila ia membasuh muka, maka berarti ia membasuhnya dari pandangan yang haram, demikian juga pada angota-anggota badan yang lain. Apabila ia telah selesai mengerjakan wudhu, hendaknya ia berdoa dan membaca tasbih kepada Allah. Diriwayatkan dalam salah sebuah hadits:
"Sesungguhnya seseorang yang beriman itu apabila selesai dari wudhunya, kemudian mengucapkan: Subhanakallahumma wa bi hamdika asyhadu alla ilaha illa anta astagfiruka wa atubu ilaik: "Mahasuci Engkau wahai Allah dan dengan memuji kepadaMu. Saya bersaksi bahma tidak ada Tuhan kecuali Engkau, saya mohon ampun dan bertaubat kepadaMu." Maka ditutup dengan tutup yang kuat lantas diletakkan di bawah 'arasy, dan tidak dibuka, sehingga nanti pada hari kiamat diserahkan kepadanya."
Uqbah bin Amir meriwayatkan dari Umar bin Al-Khaththab ra, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Apabila salah seorang di antara kamu selesai dari wudhunya, maka hendaknya ia mengucapkan; “Asyhadu ala ilaha illah wahdahu la syarika lahu wa anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluh; Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah yang Esa, yang tiada sekutu bagiNya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.” Maka dibukakan baginya delapan pintu surga, di mana ia boleh masuk dari pintu mana yang ia sukai."
Al-Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, Ibrahim bin Nashr menceritakan kepada kami, Muhammad bin Mas'adah Al-Mawarzi menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Abdul Majid dari Imran Al-Qaththan dari Qatadah dari Khalid Al-Qashri dari Abud Darda ra, di mana ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
"Ada lima yang barang siapa nanti pada hari kiamat membawanya dengan penuh rasa iman, maka ia masuk surga, (yaitu);
(1). Orang yang menjaga shalat yang lima tepat pada waktunya, dengan wudhunya, rukuknya dan sujudnya (yang sempurna).
(2). Orang yang menunaikan zakat dari hartanya dengan senang hati.
Kemudian beliau bersabda; “Demi Allah, tidak bisa mengerjakan yang demikian itu kecuali orang yang beriman.”
(3). Orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan.
(4). Orang yang berhaji ke Baitullah apabila ia mampu mengadakan perjalanan ke sana.
(5). Orang yang menunaikan amanah.
Orang-orang yang berada di situ bertanya; “Wahai Abud Daarda, apakah amanah itu?” Ia menjawab; “Mandi jinabat, karena sesungguhnya Allah Ta'ala tidak mengamanatkan sesuatu kepada manusia dari urusan agamanya selain itu.”"
Al-Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, Abul Hasan Muhammad bin Jamm di Samarkand menceritakan kepada kami, Muhammad bin Isma'il Al-Makki menceritakan kepada kami, Abu Usamah menceritakan kepada kami, Abu Zaman menceritakan kepada kami dari Abul Fadla'il At-Taimi dari Abu Zar'ah dari Abu Hurairah ra, di mana ia berkata: Rasulullah saw bersabda kepada Bilal setelah selesai mengerjakan shalat subuh:
"Ceritakan kepadaku, amalan istimewa apa yang kamu kerjakan dalam Islam, karena tadi malam aku mendengar suara sandalmu di surga." Bilal berkata: "Saya tidak mengerjakan suatu amalan yang istimewa dalam Islam. Menurut saya, hanya saja setiap saya bersuci baik di waktu malam maupun siang, saya selalu mengerjakan shalat kepada Tuhanku sesuai dengan kemampuanku." Dalam riwayat lain disebutkan: "Saya tidak pernah bersuci melainkan langsung bersuci lagi, dan saya tidak bersuci melainkan langsung mengerjakan shalat dua raka'at."
Wallahu a'lam.