Quantcast
Channel: MENTARI SENJA
Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

SABAR TERHADAP MUSIBAH

$
0
0

Al-Faqih berkata: Abu Ja'far menceritakan kepada kami, Abu Ya'qub Ishaq bin Abdur Rahman Al-Qari' menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ashim yang empunya kisah menceritakan kepada kami, Sulaiman bin Amr menceritakan kepada kami dari Mujahid bin Al-Hasan dari Abdur Rahman bin Ghanim dari Mu'adz bin Jabal ra, di mana berkata: Ketika anakku mati, Rasulullah saw menulis surat kepadaku yang berbunyi sebagai berikut:
"Dari Muhammad Rasulullah kepada Mu'adz bin Jabal. Semoga kesejahteraan tetap atasmu. Aku memuji kepada Allah, Dzat yang tidak ada Tuhan kecuali Dia. Selanjutnya, semoga Alkah membesarkan pahalamu, dan memberi kesabaran kepadamu. Semoga pula Allah senantiasa mengaruniai rasa syukur bagi kami dan bagi kamu. Kemudian bahwasanya jiwa, harta, kekuarga, anak-anak dan harta mereka, adalah termasuk pemberian Allah yang menyenangkan, dan merupakan pinjamanNya yang dititipkan, di mana kita bisa menikmatinya sampai waktu yang telah ditentukan dan Allah akan menariknya pada waktu yang telah ditentukan. Kemudian Allah mewajibkan kita bersyukur ketika diberi dan sabar ketika dicoba. Anakmu itu termasuk pemberian Allah yang menyenangkan dan pinjamanNya yang dititipkan. Allah telah menyenangkan kamu dengan anakmu itu dengan senang dan suka-cita, dan (kini) Allah mengambilnya dengan (balasan) pahala yang besar, jika kamu bersbar dan ikhlas. Oleh karena itu, wahai Mu'adz, janganlah duka-citamu itu menghapuskan pahalamu sebab nanti kamu akan menyesal terhadap apa yang telah hilang itu. Seandainya kini diperlihatkan pahala musibahmu, niscaya kamu akan mengetahui bahwa musibah ini sangat sedikit bila dibandingkan dengan pahala itu. Ketahuilah bahwa penyesalan itu tidak akan bisa mengembalikan orang yang telah mati, dan tidak bisa menghilangkan kesedihan, maka hilangkanlah rasa dukamu yang kini menimpa kamu, (bayangkanlah) seakan-akan kematian itu terjadi pada dirimu. Wassalam."

Al-Faqih berkomentar bahwa yang dimaksud "hilangkanlah rasa dukamu itu yang kini menimpa kamu...." adalah hendaknya Mu'adz berpikir bahwa maut itu merenggut nyawa sendiri, sehingga rasa dukanya akan hilang, karena apabila seseorang memikirkan kematian itu akan segera menghampirinya dalam waktu dekat, maka ia tidak akan menyesali musibah yang menimpanya karena penyesalan itu tidak akan bisa mengembalikan orang yang sudah mati dan malah menghapus pahala musibah itu sendiri, karena orang yang menyesal terhadap musibah berarti ia mengadu kepada Tuhan dan tidak mau menerima keputusanNya.

Al-Faqih berkata: Abu Humaid Abdul Wahhab Al-'Asqalani di Samarkand menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ali menceritakan kepada kami, Al-Khuza'i menceritakan kepada kami dari Ali bin Humaid dari Wahb bin Arsyad dari Malik bin Dinar dari Anas bin Malik ra, di mana ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
"Barang siapa pada waktu pagi merasa sedih terhadap dunia, maka berarti pagi-pagi telah membenci kepada Tuhannya. Barang siapa yang pada waktu pagi mengeluh atas musibah yang menimpa dirinya, maka berarti ia mengeluh kepada Allah Ta'ala. Barang siapa yang merendah kepada orang kaya agar mendapatkan kekayaan yang dimilikinya, maka Allah menghapus dua pertiga amalnya. Dan barang siapa yang diberi (kefahaman tentang Al-Qur'an), kemudian ia masuk neraka, maka Allah menjauhkannya dari rahmatNya."

Maksudnya orang yang diberi kefahaman tentang Al-Qur'an, namun ia tidak mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya dan menganggap sepele sehingga ia masuk neraka, maka Allah menjauhkannya dari rahmatNya. Karena ia berbuat semau sendiri dan tidak mau menghormati Al-Qur'an.

Wahb bin Munabbih ra berkata: Di dalam Taurat aku mendapatkan empat baris yang berturut-turut:

  1. Barang siapa yang membaca kitabullah, lalu ia mengira tidak akan diampunkan dosa-dosanya, maka ia termasuk orang-orang yang meremehkan ayat-ayat Allah Ta'ala.
  2. Barang siapa yang mengeluh terhadap musibah yang menimpa dirinya, maka berarti ia mengeluh terhadap Tuhannya.
  3. Barang siapa yang merasa sedih terhadap apa yang tidak dicapainya, maka berarti ia membencc keputusan Tuhannya.
  4. Barang siapa merendahkan diri terhadap orang kaya, maka hilanglah dua pertiga agamanya.
Maksudnya keyakinannya berkurang.

Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Barang siapa yang ditinggal mati tiga anak, maka ia tidak akan masuk neraka kecuali hanya melaksanakan sumpah." maksudnya Allah Yang Maha Pemberkah lagi Maha Tinggi berfirman; “Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka).”" (QS. Maryam, 19:71)

Diriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Tiada seorang muslim yang ditimpa suatu musibah meskipun telah lama kejadiannya, kemudian ia teringat lalu membaca; Inna lillahi ma inna ilaihi raji'un, melainkan Allah memberi pahala baru lagi kepadanya seperti pahala yang diberikan pada hari (saat) ia tertimpa musibah."

Diceritakan tentang Utsman bin Affan ra, bahwasanya jika ia mempunyai anak, maka ia membawanya pada hari ketujuh, kemudian ia ditanya kenapa berbuat demikian, lalu ia menjawab: "Aku ingin agar rasa cintaku terhadapnya cukup meresap, sehingga bila ia mati bertambah besarlah pahalaku."

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, bahwasanya ada seseorang datang kepada Rasulullah saw dengan memcwa anaknya, kemudian tidak begitu lama anak itu mati, dan orang itu tidak datang lagi kepada beliau. Ketika orang itu tidak kelihatan, beliau menanyakannya kepada para sahabat, dan mereka menjawab: "Wahai Rasulullah, anaknya yang dibawa ke sini itu mati." Mari ke sana untuk melayat saudara kita." Ketika Nabi saw masuk rumah orang itu, ia tampak sangat sedih seraya berkata: "Wahai Rasul Allah, saya sangat berharap agar anakku itu nantinya bisa membantu saya di masa tua dan lemahku." Kemudian beliau bersabda:
"Apakah kamu tidak senang bila nanti pada hari kiamat kamu akan datang, lalu dikatakan kepadanya; “Masuklah ke dalam surga.” Kemudian ia berkata; “Wahai Tuhan, ayah ibuku.” Lalu dikatakan lagi; “Masuklah ke dalam surga.” sampai tiga kali, tetapi ia tetap memohonkan syafa'at, sehingga akhirnya Allah Ta'ala memberikan syafa'atNya dan memasukkan kamu semua ke dalam surga."

Mendengar sabda beliau, hilanglah sedih dari orang itu. Hadits di atas menunjukkan bahwa takziyah terhadap saudara atau teman itu sunah apabila ia tertimpa musibah.

Al-Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dengan sanadnya dari Al-Hasan Al-Bashri, di mana ia berkata: Nabi Musa as bertanya kepada Tuhan: "Wahai Tuhan, apakah pahala orang yang menjenguk orang sakit?" Tuhan menjawab: "Aku keluarkan (bersihkan) dia dari dosa-dosanya seperti saat ia dilahirkan oleh ibunya." Nabi Musa as bertanya: "Wahai Tuhan, apakah pahala orang yang mengantarkan orang mati?" Tuhan menjawab: "Aku akan mengirimkan malaikat saat ia mati untuk mengiringkannya ke kuburnya dengan membawa panji-panji, kemudian juga nanti sewaktu mau ke padang Mahsyar." Nabi Musa as bertanya lagi: "Wahai Tuhan, apakah pahala orang yang menghibur orang yang tertimpa musibah?" Tuhan menjawab: "Aku akan menaunginya nanti pada saat ia tidak ada naungan, kecuali naunganKu (di bawah 'arasyKu)"

Aban bin Shalih meriwayatkan dari Umar dari Anas bin Malik ra dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Tidak ada sesuatu yang diteguk seseorang yang lebih dicintai oleh Allah daripada tegukkan marah yang disambutnya dengan menahan diri, dan tegukan musibah, di mana orang yang ditimpanya merasa sabar. Tidak ada tetesan yang lebih dicintai oleh Allah daripada dua tetesan, yaitu: Tetesan darah dalam sabilillah, dan tetesan air mata di kegelapan malam dalam keadaan sujud yang hanya dilihat oleh Allah Ta'ala. Dan tidak ada langkah yang lebih dicintai oleh Allah, daripada langkah (menuju) shalat fardhu, dan langkah untuk bersilaturahmi."

Abul Darda ra berkata: "Ketika salah seorang putra Nabi Sulaiman as meninggal dunia, beliau sangat berduka cita, kemudian ada dua malaikat datang yang menyerupai dua orang yang berperkara. Salah satu di antara keduanya berkata; “Saya menanam benih dan belum sempat mengetamnya, lalu orang ini datang dan merusaknya.” Beliau bertanya kepada yang satunya; “Apa yang ingin kamu katakan?” Ia berkata; “Saya berjalan menuju ke jalan raya, lalu semua tanaman yang berada di jalan saya pindah ke kanan dan ke kiri jalan, dan tanaman orang ini berada di tengah jalan.” Beliau bersabda kepada yang mengadu; “Kenapa kamu menanam tanaman di tengah jalan, bukankah kamu tahu bahwa orang-orang membutuhkan jalan?” Malaikat (yang menyerupai manusia) itu berkata; “Kenapa kamu sangat berduka cita atas anakmu, bukankah kamu tahu bahwa kematian itu adalah jalan menuju akhira?” Mendengar jawaban itu, Nabi Sulaiman as langsung bertaubat kepada Tuhan dan tidak menyesali lagi putranya yang meninggal."

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas ra, bawasanya sewaktu dalam perjalanan diberitahu bahwa anak perempuannya meninggal dunia, lalu ia membaca: Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un dan berkata: "Aurat yang ditutup oleh Allah, beban yang telah diselesaikan oleh Allah, dan pahala yang telah disediakan oleh Allah kepadaku." Kemudian ia turun lantas mengerjakan shalat dua raka'at, lalu berkata: "Kami telah mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah Ta'ala, di mana Allah berfirman; “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.” (QS. Al-Baqarah, 2:45)

Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Hendaklah salah seorang di antara kamu: Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un apabila tali sandalnya putus, karena itu termasuk musibah."

Al-Faqih berkata: Abul Hasan Ahmad bin Hamdan menceritakan kepada kami, Ahmad bin Al-Harts menceritakan kepada kami, Qutaibah bin Sa'id menceritakan kepada kami dari Malik bin Rabi'ah dari Abu Abdir Rahman dari Ummu Salamah ra, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Barang siapa yang ditimpa musibah, kemudian ia mengucapkan seperti apa yang diperintahkan oleh Allah Ta'ala (yaitu); “Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un: Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali.” (QS. Al-Baqarah, 2:156) wahai Allah, berilah saya pahala dalam musibah ini dan berilah ganti yang lebih baik daripadanya." Maka Allah akan memberikan yang demikian itu kepadanya." Ummu Salamah ra berkata; “Ketika Abu Salamah meninggal dunia, saya mengucapkan doa itu, kemudian saya berpikir, siapakah orang yang seperti Abu Salamah dalam pandanganku.” Lalu Allah Ta'ala menggantinya dengan Rasulnya saw, di mana beliau mengawininya."

Shalih bin Muhammad dengan sanadnya dari Anas bin Malik dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Memukul paha ketika ada musibah itu bisa menghapus pahala, dan sabar pada pukulan yang pertama itu dapat menambah banyaknya pahala. Besarnya pahala itu sesuai dengan banyaknya musibah. Barang siapa yang mengucapkan; Inna lillahi ma inna ilaihi raji'un, sesudah ada musibah, maka Allah memperbarui pahalanya seperti pada saat ia tertimpa musibah."

Al-Faqih mengatakan bahwa setiap orang yang berakal sehat, hendaknya memikirkan pahala musibahnya nanti pada hari kiamat, ketika ia menghadap, di mana pada saat ini ia ingin agar semua saudara dan anaknya meninggal dunia sebelum dirinya agar ia mendapatkan pahala dan balasan dari musibah yang menimpanya. Allah Ta'ala telah menjanjikan pahala yang besar apabila seseorang sabar dan ikhlas sewaktu ada musibah, di mana Allah berfirman:
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata; “Inna lillahi wa inna ilaihi paji'un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali).” Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah, 2:155-157)

Diriwayatkan dari Sa'id bin Jubair, di mana ia berkata: "Ucapan Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, itu hanya diberikan kepada umat Muhammad, seandainya ada seseorang yang diberinya, niscaya Nabi Ya'qub as yang diberinya. Bukankah kamu tahu ia berkata; “Ya asafa 'ala Yusuf.”; “Aduhai duka-citaku terhadap yusuf.”" (QS. Yusuf, 12:84)

Sa'id bin Al-Musayyab meriwayatkan dari Umar bin Al-Khaththab, bahwasanya ia berkata: "Alangkah baiknya dua serangkai dan alangkah baiknya tambahannya. Dua serangkai itu adalah keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, sedangkan tambahannya mendapat petunjuk."

Diriwayatkan bahwa ketika putra Rasulullah saw Ibrahim meninggal dunia, beliau menangis dan kedua matanya melelehkan air mata, kemudian Abdur Rahman berkata: "Wahai Rasulullah, bukankah engkau melarang untuk menangis?" Beliau bersabda:
"Tidak, akan tetapi aku melarang meraung-raung dan bernyanyi, dilarang dari suara yang bodoh dan penuh kebohongan, dilarang dari mencakar muka, merobek kerah baju dan merintih (seperti rintihan) setan, dilarang dari (mendengarkan) suara nyanyian karena suara itu adalah main-main, tidak ada gunanya dan (merupakan) seruling setan-setan. Akan tetapi (air mata) ini adalah rahmat yang dikaruniakan Allah Ta'ala ke dalam hati hamba-hambaNya yang berbelas-kasih, dan barang siapa yang tidak mempunyai rasa belas-kasih, maka ia tidak akan dibelaskasihi." Kemudian beliau bersabda: "Hati boleh merasa sedih dan mata boleh mengeluarkan air mata, namun kita tidak boleh mengucapkan sesuatu yang menyebabkan Allah Ta'ala murka."

Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri, bahwasanya ia berkata: "Sesungguhnya Allah Ta'ala memaafkan kamu dalam kekeliruan, lupa, dan apa yang dipaksakan kepadamu, serta apa yang kamu tidak mampu untuk mengerjakannya. Dalam keadaan terpaksa, Allah menghalalkan kepadamu apa-apa yang diharamkan, dan Allah memberikan lima hal, yaitu:

  1. Allah memberi kekayaan kepadamu sebagai karunia, kemudian Allah meminjam Allah meminjam dari kamu. Barang siapa di antara kamu yang memberikan sebagian harta itu dengan hati yang ikhlas, maka Allah melipatkan untukmu sepuluh sampai tujuh ratus kali, bahkan tidak dapat dihitung.
  2. Allah mengambil dengan paksa dari kamu, kemudian ikhlas dan sabar, maka Allah memberikan keberkahan yang sempurna dan rahmat, sebagaimana firmanNya:
    "Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya." (QS. Al-Baqarah, 2:157)>
  3. Bila kamu bersyukur, niscaya Allah akan menambahinya, sebagaimana firmanNya:
    "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Ibrahim, 14:7)
  4. Seandainya kamu berbuat dosa sampai-sampai dosa yang bisa menyebabkan kufur kemudian kamu bertaubat, maka Allah akan menerima taubatmu dan akan mencintaimu, sebagaimana firmanNya:
    "Sungguh, Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang yang menyucikan diri." (QS. Al-Baqarah, 2:222)
  5. Seandainya Malaikat Jibril dan Malaikat Mika'il diberi sebagaimana apa yang diberikan kepadamu, niscaya keduanya merasa luar biasa atas pemberian itu. Allah Ta'ala berfirman:
    "Berdoalah kepadaku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu." (QS. Al-Mu'min, 40:60)

Diriwayatkan dari Yahya bin Jabir Ath-Tha'i, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
"Tiada sesuatu yang dapat dikemukakan oleh seseorang di depannya yang lebih ia sukai dan yang lebih besar pahalanya daripada anak yang dikemukakan di depannya yang berusia 12 tahun."

Dalam hadits yang lain disebutkan:
"Sabar itu pada pukulan yang pertama."
Maksudnya pada saat tertimpa musibah.

Apabila telah lewat waktunya, maka terserah padanya apakah mau bersabar ataukah tidak. Orang yang berakal sehat adalah orang yang sabar pada saat terjadinya musibah.

Diriwayatkan dari Ibnu Mubarak, bahwasanya sewaktu anaknya meninggal dunia, ada seorang Majusi melayat kepadanya dan berkata: "Orang yang berakal sehat pada hari ini akan melakukan apa yang dilakukan oleh orang bodoh sesudah lima hari." Ibnu Mubarak lalu berkata kepada temannya: "Catatlah ini."

Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Barang siapa yang menghibur orang yang tertimpa musibah, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang tertimpa musibah."

Diriwayatkan pula dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Sabar itu ada tiga macam, yaitu: Sabar di dalam melaksanakan ketaatan, sabar di dalam menghadapi musibah, dan sabar di dalam meninggalkan maksiat. Barang siapa yang sabar di dalam menghadapi musibah, sehingga ditolaknya dengan hiburan yang baik, maka Allah menetapkan 300 derajat baginya, barang siapa yang sabar di dalam melaksanakan ketaatan, Allah menetapkan 600 derajat baginya, dan barang siapa yang sabar di dalam meninggalkan maksiat, maka Allah menetapkan 900 derajat baginya."

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwasanya ia berkata: Yang pertama kali ditulis oleh Allah Ta'ala di dalam Mahfuzh, adalah:
"Aku adalah Allah yang tiada Tuhan kecuali Aku dan Muhammad adalah utusanKu. Barang siapa yang menerima qadhaKu (keputusanKu), sabar terhadap musibahKu dan bersyukur kepadaKu atas nikmat-nikmatKu, maka Aku catat ia adalah orang yang benar dan nanti pada hari kiamat Aku bangkitkan ia bersama-sama dengan orang-orang yang benar. Dan barang siapa tidak menerima qadhaKu (keputusanKu), tidak sabar terhadap musibahKu dan tidak bersyukur atas nikma-nikmatKu, maka hendaknya ia mencari Tuhan selain Aku."

Ibnul Mubarak berkata: "Musibah itu hanya satu, namun apabila orang yang tertimpa musibah itu mengeluh, maka menjadi dua, yaitu musibah itu sendiri dan hilangnya pahala musibah."

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib kw dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Barang siapa yang tertimpa musibah, maka hendaknya ia ingat (bahwa) musibahnya itu karena Aku, karena yang demikian itu termasuk musibah yang paling besar."

Diriwayatkan pula dari Ali bin Abi Thalib kw dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Barang siapa yang rindu kepada surga, maka ia segera melakukan kebaikan, barang siapa yang takut dari neraka, maka ia meninggalkan syahwat, barang siapa yang mengingat mati, maka ia meninggalkan kesenangan-kesenangan, dan barang siapa yang zuhud kepada dunia, maka ia menganggap ringan atas musibah-musibah yang menimpanya."

Diceritakan bahwa di dalam salah satu kitab suci ditulis enam baris, yaitu:

  1. Barang siapa yang pada waktu pagi merasa sedih memikirkan dunia, maka berarti pagi-pagi ia sudah marah kepada Allah.
  2. Barang siapa yang mengeluh atas musibah yang menimpa kepadanya, maka berarti ia mengeluhkan Tuhannya.
  3. Barang siapa yang tidak mempedulikan dari mana datangnya rezeki, maka Allah tidak akan mempedulikan dari pintu neraka yang mana ia akan masuk ke dalamnya.
  4. Barang siapa yang melakukan dosa sambil tertawa, maka ia masuk neraka.
  5. Barang siapa yang kesenangannya hanya memuaskan hawa nafsunya, maka Allah akan mencabut dari hatinya rasa sedih terhadap akhirat.
  6. Barang siapa yang merendahkan diri kepada orang kaya karena mengharapkan kekayaannya, maka kefakiran selalu berada di depannya.


    ---o0o---



Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

Trending Articles