Cerita ini mengisahkan dua sahabat yang akhirnya menjadi saudara setelah orang tua mereka menikah.
Karakter dua remaja ini sangat berbeda, hingga akhirnya ia mendapat cobaan yang harus dibayar mahal dengan kedua kakinya.
Semenjak Pak Yusuf menikahi Bu Yunita, janda beranak satu di kampungnya, maka Musthafa mempunya saudara tiri bernama Firman.
Musthafa adalah putra tunggal Pak Yusuf dengan istri pertamanya yang sudah lama meninggal. Karena sifat dan tindak-tanduknya yang tidak sesuai dengan namanya, maka tetangga dan teman-temannya memanggilnya dengan sebutan "Topan."
Topan dan Firman tinggal sekamar, karena rumah Pak Yusuf hanya ada dua kamar, kamar yang satu ditempati Pak Yusuf dan istrinya, namun kamar mereka cukup luas, terdapat dua tempat tidur.
Antara Topan dan Firman, usia mereka terpaut satu tahun. Mereka bersekolah di sekolah yang sama dan kebetulan satu kelas.
Topan bersekolah di STM Pemalang, karena ia dikeluarkan dari sekolah yang pertama lantaran sering bolos dan ketahuan merokok, kemudian tahun berikutnya ia masuk di sekolah tersebut.
Lain halnya dengan Firman, ia bersekolah di STM Pemalang, karena teman-temannya memilih sekolah STM Pemalang dengan berbagai alasan, karena Firman mempunyai rasa solidaritas yang tinggi dan mementingkan kebersamaanya, maka ia pun bersekolah di situ juga.
Sejak Topan mempunyai saudara tiri, ia menyembunyikan kenakalannya di depan orang tuanya, karena orang tuanya sering membanding-bandingkan dirinya dengan Firman, tujuan orang tuanya agar Topan meniru sifat dan tingkah laku Firman. sehingga mereka menyangka kalau Topan benar-benar telah berubah menjadi anak yang baik dan berbakti.
"Mah! Sekarang Topan sudah berubah yah? Sudah menjadi anak yang baik dan berbakti kepada orang tua. Ini semuag pasti berkat didikan mamanya." Kata Pak Yusuf kepada istrinya.
"Ya bukan dari mama saja yang membuat Topan berubah, tapi juga karena bimbingan dari papanya dan juga motivasi dari Firman."
Begitulah obrolan mereka di suatu hari.
Pada jam istirahat sekolah nampak Firman sedang menikmati semangkuk bakso dan es teh tawar di kantin sekolahnya. Namun tiba-tiba ia dikejutkan tepukan di bahu kanannya, setelah menoleh ternyata Topan, kakak tirinya.
"Fir, Pinjam duit dong!" Pinta Topan kepada Firman.
"Bukannya tadi pagi sudah di kasih uang saku sama mama?" Tanya Firman.
"Iya sich, tapi masih kurang." Jawab Topan sembari mencicipi bakso yang di hadapan Firman.
"Memangnya kakak mau makan apa sich? Tanya Firman dengan nada tinggi karena kesal.
"Ssstt....! Jangan keras-keras nanti kedengaran teman-teman, untuk mentraktir si Doni." Jawab Topan dengan berbisik.
"Nggak punya duit ko mau mentraktir?" Tanya Firman tak mengerti.
"Tadi kan ulangan......" Belum selesai Topan berkata, Firman memotongnya dengan bertanya;
"Apa hubungannya mentraktir sama ulangan?"
"Ulangan tadi saya nyontek sama si Doni, dia mau ngasih contekannya dengan syarat aku mentraktirnya, dan saya menyetujuinya, gitu!"
Firman segera mengambil dompetnya di kantong celana, lalu diambilnya selembar lalu diberikannya kepada Topan, karena ia tak mau Topan berlama-lama di situ.
"Makasih yah? Kamu memang adikku yang pengertian." Kata Topan sambil menerima uang pemberian Firman. Setelah menerima uang dari Firman, ia menghampiri Doni yang sudah lama menunggu di pojok kantin.
Pada suatu malam seperti malam-malam biasanya, setelah selesai mengerjakan shalat Isya, Firman langsung belajar. Sebelum membuka buku dilihatnya Topan tengah asyik main game sambil tidur-tiduran. Firman lalu bertanya kepadanya;
"Kak! Nggak mengerjakan PR? Gurunya galak lho, bisa kena sanksi bila tidak mengerjakan!"
"Ntar ah! PR matematika mah gampang, sebentar juga kelar." Jawab Topan sambil matanya tak lepas dari ponselnya.
Sebetulnya Firman sudah menduga jawaban apa yang akan keluar dari mulut Topan, karena terlalu sering kata-kata seperti itu ia ucapkan. Namun tak cape-capenya Firman menasehati, mengingatkan dan menegur saudaranya.
Ia mulai fokus pada buku yang di hadapannya, sesekali ia memegang keningnya, menandakan ia sedang berpikir keras.
Setelah sekian lama Firman berkutat dengan buku, akhirnya tugas dari sekolah terselesaikan.
"Hmm......, tidur ah, agar subuhnya tidak kesiangan." Kata Firman dalam hati.
Firman segera merebahkan badannya di tempat tidur, tak lupa ia membaca do'a sebelum tidur agar Allah menjaganya dan membangunkan di waktu subuh.
Melihat Firman mulai merebahkan diri, hati topan sedikit lega, dengan sabar Topan menunggu Firman terlelap.
Setelah di rasa Firman sudah pulas, Topan beranjak dari tempat tidurnya, dengan berjingkat menuju meja belajar. Diambilnya buku Firman lantas ia menyalinnya di buku miliknya.
Sementara itu, Bu Yunita yang hendak ke kamar kecil melihat lampu kamar anaknya masih menyala lalu ia menengoknya,
"Belum tidur nak?" Tanya mamanya.
"Belum mah, lagi mengerjakan PR." Jawab Topan berbohong.
"Wah, hebat yah anak mamah, dini hari masih belajar."
"Anaknya siapa dulu? Hehe....."
"Tapi ini sudah malam lho, hampir jam 12, kalau ngantuk dilanjutkan besok pagi saja, habis shalat subuh!" Sarannya.
"Saya belum ngantuk ko mah! Sebentar lagi juga selesai." Jawab Topan.
"Ya sudah mama mau ke belakang dulu."
"Iya mah!"
Mendengar percakapan Topan dan mamanya, Firman terbangun, dilihatnya Topan sedang berada di meja belajar, ia tahu apa yang sedang dilakukan Topan. Firman hanya menggeleng-gelengkan kepala lalu melanjutkan tidur.
"Akhirnya kelar juga, aku bilang juga apa? PR matematika mah gampang, sebentar juga kelai, hehe......" Kata Topan dalam hati sambil senyum-senyum penuh kepuasan.
Di tempat tidur, matanya menatap langit-langit kamar, pikirannya melayang-layang. Nampaknya ia sedang memikirkan sesuatu.
"Sebetulnya saya malas ke sekolah, tapi saya punya janji sama teman-teman, tapi....., motorku nggak ada bensinnya, bagaimana yah?" Begitulah yang ada di pikiran Topan.
Sesaat kemudian, spontan ia berkata; "Yes!!" sambil mengepalkan tangannya, rupanya ia menemukan ide.
"Yah! Besok saya harus bangun pagi-pagi agar acaraku tuk jalan-jalan bersama teman-teman lancar."
Angin yang berhembus sepoy-sepoy dari arah tenggara membuat pagi itu semakin dingin. Namun begitu tak menyurutkan semangat Pak Yusuf untuk shalat subuh berjama'ah di mushola.
Dilihatnya Topan ada di samping motor, maka ia menghampirinya.
Melihat papanya mendekat, Topan segera menyembunyikan peralatannya dan pura-pura ngelap motor Firman.
"Pagi-pagi kok di sini, sedang ngapain?" Tanya papanya.
"O ini pah, sedang ngelap motornya Firman, habis kotor banget." Jawab Topan berbohong.
"Wah hebat yah! Anak papa makin rajin." Pujinya.
"Iya sudah, papa ke mushola dulu, kalau sudah selesai ntar shalat!"
"Ya pah, tanggung, sebentar lagi juga kelar.
Pak Yusuf mulai melangkah menuju mushola, setelah papanya lenyap di tikungan gang, kembali Topan mengambil peralatan yang ia sembunyikan.
Dengan hati-hati agar tidak menimbulkan bunyi, Topan membuka tutup tangki motor Firman, kemudian ia memasukkan selang kecil.
Rupanya Topan bermaksud mengambil bensin di motor Firman untuk dipindahkan ke motornya.
Tak butuh lama pekerjaan Topan selesai,
"Selesai juga pekerjaanku, akhirnya aku bisa ke sekolah dan bisa jalan-jalan sama teman-teman sepulang sekolah." Kata Topan dalam hati.
"Encer juga otakku, hehe....." Ia memuji dirinya sambil senyum-senyum.
Di dalam kelas, nampak Topan sangat gelisah menunggu bel berbunyi, seakan jarum jam lagi malas berputar.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba, bel tanda berahirnya jam pelajaran terahir berbunyi.
Setelah menjawab salam dari gurunya, murid-murid berhamburan keluar, sebagian menuju tempat parkir kendaraan.
Topan segera mengambil motornya yang diparkir di parkiran sekolah, dan ia menjalankannya. Namun di depan pintu gerbang ia menghentikan motornya, dan menunggu teman-temannya, tak berapa lama mereka yang ditunggu pun tiba.
"Ayuk pan kita cabut sekarang!" Ajak Andi.
"Ntar dulu, saya ada perlu sama Firman," Jawab Topan.
"Ada perlu apa sich sama Firman?" Tanya Bayu.
"Kangen kali sama Firman." Ledek Udin.
"Atau barang kali mau pamitan sama Firman." Sambung Udin.
"Sudah-sudah jangan pada ngeledek! Masa kangen sich sama Firman? Orang tiap hari ketemu. Nggak perlu juga saya pamitan sama dia." Jawab Topan dengan sedikit gusar.
"Tuh dia orangnya!" Kata Topan sambil menunjuk dengan kepalanya.
Kemudian Topan memberi isyarat dengan tangannya agar Firman berhenti. Firman pun berhenti dan bertanya;
"Ada apa lagi sich kak? Saya buru-buru mau pulang, ntar mama nunggu terlalu lama jadi khawatir sama kita.
"Fir, aku pinjam duitmu lagi dong!" Pinta Topan.
"Untuk apa lagi sich kak?" Tanya Firman.
"Saya sama teman-teman mau jalan-jalan, barang kali di jalan kepengin jajan atau merokok."
"Hmm..., nggak berhenti-berhenti kebiasaan buruk seperti itu sich kak!"
"Sudah jangan nasehati aku terus, aku kan kakakmu, buruan sini duitnya ntar aku ganti!"
Firman lalu mengeluarkan dompetnya lalu diambilnya 6 lembar 10 ribuan, kemudian diberikan kepada Topan.
"Ini sisa uang sakuku selama seminggu." Kata Firman sambil menyodorkan uangnya.
Topan lalu menerima pemberian Firman, namun ia juga merebut dompet Firman yang masih di tangan Firman, dan mengambil uang yang masih tersisa di dompetnya.
"Tanggung amat ngasihnya, takut nggak dikembalikan yah?"
"Bukan begitu, itu uang sengaja aku sisikan untuk beli bensin." Jawab Firman.
Topan tidak mempedulikan perkataan Firman, ia malah berkata kepadanya;
"O yah, nanti kalau mama tanya, bilang saja kalau saya mau belajar di rumah teman. Awas kalau kamu kasih tahu ke mama kalau saya lagi jalan-jalan!" Ancam Topan.
Tanpa menunggu jawaban dari Firman, Topan langsung menstater motornya dan mengajak teman-temannya.
"Ayuk kita jalan sekarang!"
Topan hanya diam menatap kepergian mereka dan berharap mudah-mudahan Topan cepat sadar dan berubah.
Firman baru beranjak dari situ setelah mereka lenyap di balik mobil-mobil yang disalipnya.
Siang itu tidak begitu terik, namun udara terasa panas di rasa Firman.
Tak terasa sampailah Firman di rumahnya. Sebelum masuk, seperti biasa Firman mengucapkan salam terlebih dulu, kemudian terdengar jawaban orang tuanya dari dalam.
Rupanya mereka sedang membicarakan dan memuji-muji Topan.
"Tadi mama nggak dengar suara motor Topan, kenapa nggak pulang bareng?" Tanya mamanya.
"Topan mau ke rumah temannya, katanya mau belajar bareng di sana." Jawab Firman.
"Wah, hebat yah! si Topan nggak ada capenya, padahal dia pagi-pagi buta ketika papa mau ke mushola dia sedang ngelap motornya Firman." Pujinya.
"Subuh dia sudah bangun? Padahal tadi malam ketika mama mau ke kamar kecil, dia masih belajar sampai larut malam, dan sekarang, pulang sekolah langsung belajar sama teman-temannya." Mamanya ikut memujinya.
Mendengar kedua orang tuanya memuji-muji Topan, Firman menjadi kasihan kepada mereka, bagaimana tidak mereka dibohongin oleh Topan.
"Fir, belajar yang rajin yah? Tiru tuh kakakmu, Topan." Nasehat papanya.
"Iyah pah, Insya Allah. Pah, mah! Saya masuk dulu, mau ganti baju." Kata Firman kepada orang tuanya.
"Iya sudah sana! O yah Fir, kalau Firman mau makan, makanannya sudah mama siapkan di meja makan."
"Terima kasih mah!" Jawab Firman singkat.
Selesai shalat Ashar, masih dengan pakaian shalatnya, Firman membuka buku dan mengambil pulpennya, rupanya ia tengah membuat cerpen yang akan diikut sertakan ke lomba cerpen dalam rangka menyambut ulang tahun MyWapBlog yang ke 8. Firman membuat konsep cerpennya di buku, setelah di rasa bagus kemudian baru mengetiknya di ponsel.
Belum lama Firman menulis cerpen, Topan yang baru selesai mandi mendekatinya dan bertanya;
"Memangnya ada PR lagi yah Fir? Kelihatannya kamu sedang mikir berat."
"Nggak ada, saya hanya sedang mencari kata-kata yang bagus untuk membuat cerpen, agar cerpenku enak dibaca, mudah dipahami dan bagus ceritanya."
"Tumben kamu membuat cerpen, pasti kamu mau ikut lomba cerpen yang diadakan di blog Official Event MyWapBlog, untuk menyambut ulang tahun MyWapBlog yang kedelapan yah?" Tanya Topan lagi.
"Iya, cerpen ini akan saya daftarkan di MyWapBlog Eighth Anniversary Contest 2016." Jawab Firman.
"Kakak sendiri nggak ikut lomba cerpen?" Firman giliran bertanya.
"Inginnya sich begitu! Tapi, saya tidak bisa membuat cerpen, tidak bisa ngarang cerita, apalagi mencari kata-kata yang bagus." Jawab Topan.
"Bukannya kakak jago membuat cerpen, pandai ngarang cerita, buktinya hampir tiap hari kakak ngarang cerita untuk bohongin papa dan mama." Ledek Firman.
"Ah, kamu ini, kamu kan sedang membuat konsep cerpennya di buku, berarti HPnya nganggur dong! Aku pinjam yah?" Topan mengalihkan pembicaraan.
"Bukannya HP kakak lebih bagus dari HPku?" Tanya Firman.
"Iya sich, tapi HPku lagi nggak ada pulsanya nih!" Jawab Topan.
"HPku lagi dicas, ambil saja, sudah penuh kali batrenya. Tapi jangan lama-lama, hampir selesai nih, tinggal diketik!"
"Jangan khawatir, cuman untuk sms sekali doang."
Tanpa curiga Firman meminjamkan ponselnya kepada Topan.
Sekian lama Firman mencari kata-kata yang bagus untuk dirangkai menjadi kalimat, kemudian ia susun menjadi beberapa paragraf maka jadilah sebuah cerpen.
"Akhirnya selesai juga cerpenku." Kata Firman dalam hati sambil mengambil nafas panjang.
"Kayaknya sudah bagus, tinggal mengetik di HP lalu diterbitkan dah!"
Kemudian Firman bangun dari tempat duduknya lalu mengambil HPnya.
"Agar tidak boros pulsa, sebaiknya aku paketkan!" Pikirnya.
Lalu Firman pun mencoba registrasi paket internet, tapi ternyata gagal, ia mendapat pemberitahuan dari operator lewat sms;
"Maaf pulsa anda tidak mencukupi. Pastikan pulsa cukup dan daftarkan paket lain di *123#."
"Aneh, padahal kemarin aku beli pulsa dan belum aku pakai, kok bisa gagal?" Firman ngedumel sendiri.
"Coba aku cek pulsanya." Firman lalu mengecek saldo pulsanya,
"Hah! Tinggal 10.816? Hmm....."
Melihat Firman kebingungan dan ngedumel sendiri, Topan senyum-senyum sambil cengengesan. Firman lalu menoleh ke Topan yang masih senyum-senyum sendiri. Ia menyangka kalau ini ulahnya, maka Firman bertanya kepada Topan;
"Tadi sewaktu kakak pinjam HPku yang bilangnya untuk sms, ternyata mentransfer pulsaku ke nomer kakak yah!?"
Sambil cengengesan Topan menjawab;
"Hehe....., iya! Cuman 20 ribu."
"20 ribu kok cuman!"
"Ntar aku ganti......" Janji Topan.
"Dari dulu ntar ganti, ntar ganti, kapan gantinya?" Kata Firman sambik ngeloyor keluar kamar.
Berjuta bintang di bertaburan di angkasa membuat langit yang hitam menjadi begitu indah.
Nampak di depan teras Firman sedang duduk-duduk menunggu temannya, yang sebelumnya sudah membuat janji. Sambil menunggu mereka Firman buka blog kesayangannya, sesekali ia menatap bintang-bintang di langit, seakan-akan mereka turut bergembira.
"Biasanya teman-temanku selalu tepat waktu, ini sudah seperempat jam mereka belum datang, mungkin mereka terjebak macet. Malam ini kan malam terakhir, malam ulang tahunnya MyWapBlog yang ke 8, pasti orang-orang pada ikut merayakannya." Topan menduga-duga keterlambatan mereka. Namun, tak lama kemudian terdengar suara motor-motor.
"Pasti itu suara motor mereka." Kata Firman dalam hati.
Benar saja mereka adalah rombongan teman-teman yang akan merayakan ulang tahun MyWapBlog yang ke 8. Setelah memarkirkan motor-motornya mereka menyalami Firman.
"Ma'af Fir! kami terlambat, soalnya jalanan rame banget, mereka pada turut merayakan ulang tahun MyWapBlog." Kata Iqbal.
"Nggak apa-apa, saya juga sudah menduga demikian, lagi pula belum terlambat banget." Kata Firman dengan bijak.
"Ngomong-ngomong jadi kan kita jalan-jalan di hari ulang tahun MyWapBlog?" Tanya Wahyu.
"Hmm......, bagaimana yah?" Kata Firman dengan nada bingung, kemudian Firman melanjutkan kata-katanya;
"Kayaknya aku nggak bisa ikut."
Mendengar jawaban dari Firman, mereka terkejut dan bertanya-tanya,
"Saya yakin kalian bisa senang-senang, jalan-jalan tanpa harus ada aku." Kata Firman lagi.
"Memangnya kenapa Fir, tiba-tiba kamu membatalkan janji?" Tanya Amin.
"Kalau kamu nggak ikut, nggak rame." Kata Imron.
"Iya nih, nggak seru." Sambung Ajis.
"Ayulah kamu ikut saja!" Bujuk Fikri.
"Memangnya kenapa sich? Cerita dong!" Tanya Rafi penasan.
"Saya ada sedikit masalah." Jawab Firman.
"Apa masalahmu?" Tanya Fikri nggak sabaran.
"Motorku nggak ada bensinnya." Jawab Firman kemudian,
"Hahaha....., kirain masalah apa? Itu mah bukan masalah serius, kamu bonceng saja sama mereka, tinggal pilih mau sama siapa, mau sama Iqbal, Wahyu, Imron atau yang lainnya." Kata Rafi.
"Bonceng sama aku juga nggak apa-apa." Kata Hasan,
Tiba-tiba Hakim menepuk Hasan sambil berkata;
"Ntar aku bonceng siapa, aku kan dari rumah ikut kamu?"
"O iyah, kamu kan dari rumah ikut aku, hehehe..., jadi lupa." Canda Hasan.
Mereka tertawa kecil mendengar candaan Hakim dan Hasan.
"Ya sudah, aku jadi ikut kalian." Kata Firman.
"Gitu dong!" Sahut Iqbal.
"Asyiik...., bakal rame nih!" Sahut Wahyu.
"Sebentar yah, aku ambil helm dulu sekalian pamitan sama papa dan mama."
Kemudian Firman masuk ke dalam untuk mengambil helm dan sekalian pamitan sama orang tuanya.
Ternyata mama dan papanya Firman sedang nonton tv, acara liputan, sedang meliput jalannya menjelang ulang tahun MyWapBlog yang ke 8.

"Pah, mah! Saya keluar dulu yah? Mau jalan-jalan sama teman-teman." Kata Firman kepada orang tuanya.
"Pasti kamu akan merayakan ulang tahun MyWapBlog yah?" Tanya mamanya menegaskan.
"Iya mah!" Jawab Firman.
"Ya sudah sana, mama ijinin." Kata mamanya kemudian.
"Mama sama papamu lihat di tv saja lah!"
"Hati-hati yah Fir!" Nasehat papanya.
"Iya pah, terima kasih." Jawabnya.
Kemudian Firman keluar kembali menemui teman-temannya diikuti Topan, kakaknya.
"Pan! Ikut bareng sama kita yuk jalan-jalan." Ajak Amin.
"Nggak level saya jalan bareng kalian." Jawab Topan sinis.
"Ya sudah, kita berangkat sekarang yuk!" Ajak Imron kepada teman-temannya.
"Ayuuk....!" Jawab mereka.
Mereka akhirnya jalan, merayakan ulang tahun MyWapBlog.
"Wah, Firman nggak bawa motornya, mending aku pakai saja ah! Sebetulnya sich bagusan motorku, tapi motor Firman lebih enak tarikannya, terawat sich." Kata Topan dalam hati.
Topan pun berpamitan kepada orang tuanya.
"Kenapa kamu nggak bareng saja bersama Firman dan yang lainnya?" Tanya papanya.
"Nggak apa-apa, males saja jalan sama mereka, aku mau jalan-jalan sama temanku yang biasa." Jawab Topan.
"Ya sudah kalau kamu mau jalan-jalan sama temanmu, tapi kamu juga harus hati-hati, jangan ngebut, sekarang jalan lagi ramai." Kata mamanya panjang lebar.
"Pah, saya keluar dulu!" Kata Topan kepada papanya.
"Hati-hati pan!" Papanya mengingatkan.
"Iya pah!" Jawab Topan singkat.
Topan kemudian menaiki motor Firman dan menstaternya, lantas ia menuju ke jalan raya, ia bermaksud ke rumah temannya.
Firman dan teman-temannya mulai keliling kota menikmati meriahnya warga yang menyambut ulang tahun MyWapBlog.
Sepanjang jalan yang mereka lalui dari jalanan sampai pertokoan terlihat banyak atribut MyWapBlog, dari umbul-umbul, sepanduk, baner, baleho sampai lampu warna-warni, membuat semarak malam itu. Mereka kagum kepada warga yang begitu antusias untuk menyambut ulang tahun MyWapBlog yang ke 8. Tak lupa mereka pun mengabadikannya dengan memotretnya,
"Di depan kita berhenti dulu!" Kata Firman dengan suara keras agar terdengar oleh mereka, karena bising oleh suara kendaraan mereka dan kendaraan yang lain, sambil tangannya memberi isarat kepada teman-temannya untuk berhenti.
"Ada apa Fir, kok kita berhenti di sini?" Tanya Ajiz.
"Aku mau mengambil gambar yang di sebelah situ dan yang di sana juga." Jawab Firman sambil mengeluarkan ponselnya.
"Aku juga mau memotretnya, mau aku upload di blogku, jarang-jarang kita menemui peristiwa penting seperti ini." Kata Fikri yang juga ingin mengabadikannya.
Kemudian mereka saling memperlihatkan hasil jepretannya.
"Wah bagus-bagus hasilnya." Kata Rafi.

Setelah itu mereka melanjutkan keliling kota, melihat-lihat keindahan dan meriahnya menyambut ulang tahun MyWapBlog. Mereka benar-benar menikmati suasana malam itu.
Sementara itu Topan yang hendak ke rumah temannya memakai motornya Firman dengan kecepatan tinggi, ia mengambil jalur kanan, jalur cepat, sesekali Topan membunyikan klaksonnya dan menggeber-geberkan knalpotnya.
Namun naas bagi Topan, pada saat motornya melaju dengan kecepatan tinggi, mendadak motornya mogok lantaran kehabisan bensin.
Dengan ngedumel Topan menuntun motornya ke tepi, sebelumnya ia menetralkan gigi motornya. Namun terlambat, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi dari arah belakang menabrak Topan yang tak sempat menghindar. Topan terpental dan berguling-guling ke tepi jalan. Sementara mobil yang menabrak Topan takut dihakimi masa memilih kabur.
Sekelompok pemuda yang sedang nongkrong melihat kecelakaan itu langsung berlari menghampiri Topan. Namun bukan untuk menolongnya, mereka mengambil apa yang dikenakan dan yang dibawa Topan, seperti; helm, jaket, sepatu, dompet dan ponselnya, lantas mereka meninggalkan Topan yang tergeletak.
Firman dan rombongan kecilnya masih asyik menikmati kemerihan malam itu.
"Kita kemana lagi?" Tanya Hasan kepada teman-temannya.
"Kita ke jalan Sudirman saja, di depan ada pertigaan kita ambil kiri, kita akan istirahat di alun-alun." Kata Firman.
Baru beberapa ratus meter memasuki jalan Sudirman, mereka melihat di depan ada kecelakaan.
"Teman-teman! Di depan ada kecelakaan mari kita lihat." Kata Hakim kepada teman-temannya.
Setelah dekat mereka mengurangi kecepatannya dan menepi. Namun tiba-tiba Iqbal dengan spontan berteriak;
"Fir, itu motor kamu!!!"
"Ya Allah....!" Firman melompat turun sebelum motor diparkir, Firman berlari menuju kerumunan orang-orang dan menyibak mereka, di tengah-tengah kerumunan orang didapatinya Topan tergeletak tak bergerak. Firman memeluk tubuh kakaknya, kemudian ia berkata dalam tangisnya;
"Kak Topan, apa yang terjadi dengan kamu, siapa yang menabrakmu?" Sambil menangis, kepala Topan diletakkan di pahanya.
"Ma'af de! Apakah ade saudaranya?" Kata orang yang ada di situ.
"Iya, saya adiknya, ini adalah kakak saya." Kata Firman sambil menangis.
"Syukur deh kalau begitu, kami kebingungan mau menghubungi siapa karena tidak ada identitasnya." Kata orang itu kemudian.
"Wah ternyata Topan, waduh dia nggak pakai helm." Kata Wahyu yang sudah mendekat dengan teman-teman yang lain.
"Ade ini," Kata orang itu lagi sambil menunjuk ke Topan, "Pakai helm, juga pakai sepatu dan jaket, tapi semua yang ada di tubuh korban serta yang dibawanya, diambil semua oleh sekelompok anak berandalan, kami tidak bisa berbuat apa-apa, karena waktu itu kami hanya berdua." Kata orang itu menuturkan.
"Fir! Cepat kamu pulang, kabarin orang tuamu, biar kami yang memanggil ambulance dan membawanya ke rumah sakit. Ke rumah sakit Prima Medika, itu rumah sakit yang paling dekat dari sini." Kata Amin.
"Iya yah, makasih yah?" Kata Firman panik.
"Kamar apa nomer berapa ntar kabarin ke kamu." Kata Imron.
Firman segera mengambil motor temannya yang diparkir di tepi jalan lalu ia putar arah dan langsung tancap gas.
"Fir, hati-hati!" Teriak Ajiz.
Firman menjawabnya dengan mengangkat tangan kirinya.
Di rumah, kedua orang tua Topan mempunyai firasat buruk,
"Mah! Perasaan papa kok tiba-tiba nggak enak banget, ada apa yah? Papa khawatir terjadi apa-apa dengan anak kita." Kata Pak Yusuf kepada istrinya.
"Mungkin karena papa terlalu cape, seharian bekerja dan sekarang belum tidur." Sebetulnya Bu Yunita mempunyai perasaan yang sama seperti yang suaminya rasakan. Namun ia menyembunyikannya dengan berkata demikian, agar suaminya tidak terlalu cemas memikirkan anaknya.
"Coba papa hubungi mereka!" Kata Bu Yunita kepada Pak Yusuf agar ia sedikit lebih tenang.
"O iya, kenapa papa nggak kepikiran ke situ yah? Kecemasan papa mengalihkan akal sehat papa."
Pak Yusuf kemudian mengambil ponselnya untuk menghubungi Topan dan Firman. Belum sempat Pak Yusuf menghubungi mereka, terdengar suara motor berhenti di depan rumahnya.
"Mungkin itu mereka." Kata Bu Yunita.
Tak lama kemudian terdengar pintu diketuk seseorang dari luar disusul dengan ucapan salam.
Tanpa menunggu jawaban salamnya Firman langsung masuk, karena memang pintu rumah belum dikunci hanya ditutup. Tidak berapa lama Firman sudah di depan mereka dengan nafas tersengal-sengal dan masih kentara kalau Firman habis nangis, membuat tanda tanya pada mereka.
"Ada apa Fir, seperti ada yang mengejar, kamu berurusan dengan polisi, atau ribut dengan temanmu? Jawab Fir!" Tanya Pak Yusuf tidak sabar.
"Pah Topan, Topan mama!"
"Ada apa dengan Topan, Topan di mana, apa yang terjadi dengan Topan?" Tanya mamanya beruntun.
"Topan kecelakaan." Kata Firman yang sudah bisa menguasai diri.
"Hah!!! Kamu sedang bercanda kan?" Mereka sangat terkejut dan terpukul, mereka berharap kalau Firman sedang bercanda.
"Saya tidak sedang bercanda, Topan kecelakaan." Jelas Firman.
Sambil mengguncang-guncangkan tubuh Firman, Bu Yunita bertanya;
"Kecelakaan kenapa, kecelakaan di mana, tapi Topan tidak apa-apa kan?"
"Kecelakaan di jalan Sudirman, menurut saksi mata, motornya mogok di tengah jalan, karena motorku nggak ada bensinnya."
Mendengar penjelasan Firman, Bu Yunita mendorong tubuh Firman, seakan ia menyalahkan Firman.
"Kamu sich! Motor nggak ada bensinnya dipinjamkan ke Topan, jadinya begini."
"Bersamaan dengan itu, ponsel Firman berbunyi tanda ada sms masuk, Firman buru-buru membukanya.
"Mah, ntar saya ceritakan di jalan, teman saya yang membawa Topan ke rumah sakit Prima Medika, mereka bilang kalau Topan ada di ruang Dahlia nomer dua."
"Ayuk mah, kita ke rumah sakit sekarang, Fir, tolong bantuin mamamu beres-beres keperluan yang mau dibawa, sementara papa mau mengeluarkan mobil." Atur Pak Yusuf dengan suara tegas.
Dengan hati yang tak karuan, cemas-cemas harap mereka bertiga menunggu Topan yang masih tak sadarkan diri karena pengaruh obat bius.
Pak Yusuf mondar-mandir di dalam kamar rumah sakit, sementara Bu Yunita yang bersandar di kursi sesekali menyeka air matanya yang terus mengalir, sedangkan Firman yang duduk di samping ranjang Topan, menundukkan kepalanya dengan tangan disatukan di belakang kepalanya.
Dilihatnya jam dinding yang ada di dalam kamar rumah sakit menunjukkan pukul 23.56, ia menghela nafas panjang,
"Sudah empat jam lebih Topan tak sadarkan diri." Firman bergumam.
Ia berjalan ke jendela rumah sakit, memandang langit yang hitam kelam. Sejurus kemudian ia melihat benda terbakar sebesar kepalan tangan meluncur ke angkasa dan "DOOARR...!" ternyata bukan hanya satu, setelah itu meluncur ratusan bahkan ribuan, benda tersebut meledak lalu memercikkan bunga api warna-warni ke segala arah membentuk konfigurasi-konfigurasi tertentu. Sungguh suatu pemandangan yang mengagumkan dan menakjubkan, Firman sampai terpana memandangnya,
"Sungguh luar biasa, pemandangan yang menawan, inilah hari yang ditunggu-tunggu semua user MyWapBlog, hari ulang tahun MyWapBlog yang ke 8." Kata Firman di dalam hati yang terus memandang langit yang tadinya hitam kelam berubah menjadi terang dan warna-warni oleh cahaya kembang api.
Cahaya yang terang dan warna-warni menerobos masuk ke dalam kamar di mana Topan terbaring.
Bersamaan dengan itu, Topan berlahan membuka matanya, lalu ia menutupinya dengan lengannya karena silau oleh lampu yang terang di atasnya.
"Lihat mah, Fir sini! Lihat tuh, Topan sudah sadarkan diri." Kata Pak Yusuf kegirangan.
"Alhamdulillah...." Ucap Bu Yunita.
"Terima kasih Ya Allah...." Sahut Firman.
Dilihatnya papa dan mamanya di sebelah kirinya, sementara Firman di sebelah kanannya.
"Kenapa papa dan mama ada di kamarku?" Tanya Topan yang belum tahu ada di mana. Suami istri itu hanya bisa diam dan saling pandang. Topan lalu melihat ke sekitar kemudian ia bertanya kepada Firman;
"Fir! Ini bukan kamar kita yah?"
"Iya, ini bukan kamar kita, ini kamar rumah sakit, kakak sekarang ada di rumah sakit, teman-teman yang membawa kakak ke sini." Jawab Firman dengan suara datar.
Topan memejamkan matanya mengingat-ingat kejadian yang baru ia alami, apa yang ada di dalam pikirannya ia ucapkan dengan kata-kata;
"Saya sedang menuntun motor Firman yang mogok ke tepi jalan, ada sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi ke arahku, aku tak sempat menghindar, kakiku tergencet di antara motornya Firman dan mobil yang menabrakku, kakiku saat itu sakit sekali, hmm....., aku tidak ingat lagi, tahu-tahu aku ada di tempat ini." Topan menceritakan kejadian yang di ingatnya.
"Tapi sekarang kakiku sudah nggak sakit lagi, berarti kakiku sudah sembuh ya mah?" Kata Topan dengan mata berbinar-binar.
Kembali mamanya Topan meneteskan air matanya, kali ini lebih deras dari sebelumnya, ia tak kuat untuk menjelaskan kepada Topan kalau kakinya sudah tidak ada, diaputasi sebatas lutut.
"Mama kok nangis, bukannya senang, betul kan pah kalau kakiku sudah sembuh?"
Mendapat pertanyaan seperti itu, Pak Yusuf dengan kemampuannya untuk menahan agar tidak menangis, namun pertanyaan itu benar-benar menyentuh hatinya, akhirnya pertahanan yang dibangun Pak Yusuf jebol. Pak Yusuf membiarkan air matanya mengalir ke pipinya. Tiba-tiba Pak Yusuf menubruk tubuh Topan yang berbaring, kemudian ia memeluknya, dengan sesenggukan karena tak bisa menahan tangisnya ia berkata di telinga Topan sambil mengusap-usap rambut Topan,
"Untuk....... menyelamatkan....... jiwa....... kamu....... tim....... dokter....... akhirnya....... meng...aputasi....... kakimu......., kamu....... sekarang....... sudah....... tidak....... punya....... kaki....... lagii....."
Mendengar kata-kata suaminya yang memilukan, Bu Yunita menangis sejadi-jadinya.
Tiba-tiba Topan mendorong tubuh papanya, kemudian ia bangkit dan duduk, disibaknya dengan kasar selimut yang menutupi tubuhnya,
"HaaAaa...., kakiku di mana....., kakiku di apakan....., mana kakiku......, kakiku......., aku tidak mau menjadi orang cacat......, aku tidak mempunyai kaki lagi......, haaaAaaa....." Kata-kata Topan sambil menangis meraung-raung.
"Aku sekarang sudah tidak bisa naik motor lagi, aku tidak bisa main bola, aku tidak bisa berangkat ke sekolah, aku sudah cacat....., teman-teman pasti tidak mau berteman sama aku lagi, tidak mau berteman dengan orang cacat, aku sekarang cacat, haaAaaa......, aku cacat......."
Tangisan Topan yang keras mengundang orang-orang yang ada di dekat situ mendekat, mereka berusaha membantu keluarga Pak Yusuf untuk menguatkan dan membesarkan hati Topan, agar Topan bisa menerima dengan ikhlas dan tabah atas musibah yang menimpanya.
"Semua ini memang salahku, coba waktu itu tidak memakai motornya Firman, atau aku bilang sama Firman kalau aku mau pinjam motornya, pasti Firman akan bilang kalau motornya nggak ada bensinnya. Padahal waktu itu motorku sendiri nganggur tidak ada yang memakai dan bensinnya juga masih banyak, apakah aku termasuk orang yang tidak mau mensyukuri atas karunia-Nya?" Kata Topan dengan penuh penyesalan.
"Musthafa anakku, kamu tidak usah menyalahkan dirimu sendiri atau orang lain, semua ini sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa." Kata Pak Yusuf dengan bijak sambil mengusap kepala Topan.
"Iya pah." Jawab Topan sambil menundukkan kepalanya.
"Papa yakin kalau kamu sudah tahu, kalau setiap musibah itu sudah kehendak-Nya, itu rencana Allah, dan rencana Allah lebih baik daripada rencana kita. Setiap musibah atau kejadian termasuk kecelakaan yang kamu alami pasti di balik itu ada hikmah yang sangat besar, mungkin saat ini kamu sudah menikmati hikmahnya, namun kamu tidak menyadarinya." Kata-kata papanya kemudian.
Topan meraih tangan papanya kemudian menempelkan di pipinya.
"Yang sabar yah nak, atas musibah ini, mama yakin kamu pasti kuat menjalani cobaan ini. Sebab Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 286 yang artinya; “Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan batas kemampuannya.” mama yakin itu kalau kamu pasti kuat." Kata mamanya sambil mencium kening Topan dengan kasih sayang.
"Benar tuh kak, apa yang dikatakan mama. Saya pernah dengar pak ustadz membacakan hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi yang berbunyi; “Sungguh, besarnya pahala bersamaan dengan besarnya cobaan. Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang rela maka baginya ridha-Nya, dan barangsiapa yang benci, maka ia akan mendapatkan kebencian-Nya.” berarti kakak termasuk salah satu orang yang dicintai Allah, dan tentu kakak akan mendapatkan pahala atas musibah ini." Kata Firman yang ikut membesarkan hati Topan.
Mendengar ucapan Firman, Topan tersenyum sambil menepuk pipi Firman.
"Saya beruntung mempunyai orang tua seperti papa dan mama. Dan saya juga bangga mempunyai adik seperti Firman. Terima kasih yah! Kalian telah membuat saya bersemangat menjalani hidup dalam kecacatan." Kata Topan yang sudah mulai menerima dan lapang dada atas musibah yang menimpanya.
Berkat dorongan penyemangat dan perawatan dari keluarganya, berangsur-angsur kesehatan Topan makin membaik, hanya dalam beberapa hari Pak Yusuf memutuskan untuk pulang, berobat jalan dan dokter pun mengijinkannya.
Untuk biaya selama di rumah sakit, Pak Yusuf menjual motor Topan.
Suatu sore di kala Pak Yusuf dan anggota keluarga yang lain sedang istirahat dan bersantai, terdengar oleh mereka ada tamu di depan rumah,
"Permisi....., paket......!"
"Fir! Kayaknya ada kiriman paket, coba kamu lihat, siapa tahu dari teman-temannya Topan." Kata Pak Yusuf kepada anaknya.
Firman menuju pintu depan untuk menemui tamunya sambil mendorong kursi yang diduduki Topan. Setelah sampai di depan pintu, Topan membuka pintu sambil duduk di kursi roda. Begitu pintu terbuka orang itu berkata;
"Ini ada kiriman paket dari MyWapBlog untuk saudara Firman, apakah anda sendiri?"
"Bukan, Firman itu adik saya." Jawab Topan sambil menunjuk Firman.
Orang itu menyerahkan paketnya ke Firman.
Firman menerima bungkusan dari orang itu dan membaca pengirimnya. Di situ tertera "MyWapBlog". Setelah tahu pengirimnya, Firman senang bangga terhadap dirinya,
"Ternyata saya bisa menulis, hehehe...." Kata Firman dalam hati.
"O yah, ini sekalian ditandatangani, sebagai bukti kalau paket sudah sampai ke penerima." Kata orang itu lagi sambil menyodorkan secarik kertas.
"Kak, tolong pegang bungkusan ini, saya mau menandatangani dulu." Kata Firman sambil menyerahkan bungkusan tersebut ke Topan, lalu Firman menerima kertas yang diberikan oleh kurir untuk ditandatangani. Setelah Firman menandatangani ia menyerahkan kembali kertas itu kepada kurir tadi.
"Berhubung masih banyak paket yang harus saya antar, saya langsung permisi." Kata kurir tadi sambil mengulurkan tangannya.
"Terima kasih yah pak!" Kata Firman sambil menjabat tangan kurir itu.
"Sama-sama mas!" Jawabnya sambil berlalu.
"Paket dari siapa Fir?" Tanya papanya sambil menghampiri bersama mamanya.
"Dari MyWaqBlog." Jawab Firman.
"Firman menang kontes menulis pah!" Sambung Topan.
Pak yusuf dan Bu Yunita melihat paket yang dipegang Topan.
"Coba buka kak!" Pinta Firman kepada Topan.
Topan pun membuka bungkusan yang berada di tangannya,
"Waw...... Smartphone!" Kata Topan dengan kagum.
Melihat Topan yang terus menimang-nimang smartphone tersebut, Firman bertanya kepadanya;
"Kakak suka smartphone itu?"
"Hmm......"
Belum selesai Topan menjawabnya, kembali Firman berkata;
"Kalau kakak suka ambil saja, tu smartphone untuk kakak! Kakak kan sudah tidak punya ponsel lagi, ponsel kakak diambil sama para berandalan."
"Tapi Fir!"
"Sudah..., nggak apa-apa, aku ikhlas kok!"
Mendengar ketulusan Firman, ia teringat semua kesalahan yang pernah ia lakukan terhadap Firman. Mata Topan memerah dan berkaca-kaca, ia menengadahkan mukanya agar air matanya tak tumpah.
"Fir! Ma'afkan semua kesalahanku yah Fir? Aku yang sering membuat kamu kesal dan jengkel, tapi kamu tak membalasnya, malah sekarang, kamu memberikan smartphone ini kepadaku."
"Sebelum kakak meminta ma'af, saya sudah mema'afkan dan melupakannya, kita kan saudara."
"Saya juga mau minta ma'af sama papa dan mama."
"Minta ma'af sama papa dan mama? Kamu nggak punya salah apa-apa pada papa dan mamamu!"
"Nggak pah, saya terlalu banyak berbuat salah sama papa dan mama, gara-gara saya, papa dan mama malu pada tetangga. Saya anak yang durhaka, anak yang tidak tahu berterima kasih, tidak bisa berbalas budi, anak yang tidak berbakti kepada orang tua." Kata-kata Topan yang membuat air matanya makin deras mengalir.
"Perasaan, kamu anak yang baik, berbakti dan patuh sama orang tua, dan kamu termasuk anak yang shaleh." Kata mamanya yang memuji diri Topan.
"Itu dalam pandangan papa dan mama, karena selama ini saya bersandiwara, berpura-pura baik di depan papa dan mama. Saya berbuat yang demikian karena saya cemburu kepada Firman, yang selalu dipuji-puji, selalu dicontohkan, selalu dibangga-banggakan, membanding-bandingkan dengan diriku." Kata Topan yang terus menyesali dirinya.
"Ketahuilah mah! Waktu mama melihat saya sedang belajar sampai larut malam, sebetulnya saya tidak sedang belajar, tapi saya sedang menyontek pekerjaan Firman."
Orang tuanya Topan dan Firman memilih diam, menunggu kata-kata Topan selanjutnya,
"Waktu papa melihat saya sedang ngelap motornya Firman, sebetulnya saya sedang mencuri bensin di motornya Firman."
Pak Yusuf dan Bu Yunita menghela nafas panjang.
"Dan masih banyak kesalahan-kesalahan yang papa dan mama tidak tahu." Topan mencoba menahan tangisnya agar suaranya terdengar jelas oleh mereka.
"Yang terakhir waktu Firman bilang sama papa dan mama kalau saya sedang belajar di rumah teman, sebetulnya saya main sama teman-teman, bersenang-senang bersama mereka, papa dan mama tidak usah menyalahkan Firman, Firman bilang begitu karena aku yang menyuruh, aku yang mengancam Firman untuk mengatakan demikian."
Suami istri itu saling pandang mendengar pengakuan Topan.
"Karena kesalahan itulah yang membuat saya cacat seumur hidup."
"Kenapa bisa demikian?" Tanya mamanya penasaran.
"Sebelum aku jalan sama teman-teman, terlebih dulu saya minta uangnya Firman. Padahal Firman menyisihkan uangnya untuk beli pulsa, tapi aku rebut juga. Firman membeli pulsa karena pulsa Firman aku yang pakai, pulsa Firman aku transfer ke nomerku, padahal pulsa itu untuk membeli paket internet, Firman ingin mengikuti kontes cerpen yang diadakan MyWapBlog, akhirnya untuk membeli pulsa pakai uang bensin, bensin motornya Firman habis juga karena ulahku, aku yang memindahkan bensin yang ada di motor Firman ke motorku. Mungkin karena terlalu banyak kesalahan yang aku lakukan, hati kecilku tidak bisa membisikan yang baik kepadaku, sehingga aku lupa membawa motor Firman yang nggak ada bensinnya, jadinya seperti ini......, aku cacat....., karena ulahku sendiri. Aku yakin musibah yang aku alami, itu bukan cobaan ataupun teguran, tapi itu azab yang diturunkan Allah kepadaku atas kesalahan-kesalahan yang aku lakukan terhadap papa dan mama juga terhadap Firman. Aku menyesal."
Mendengar penyesalan Topan yang menyayat hati, baik Pak Yusuf, Bu Yunita maupun Firman kembali meneteskan air matanya.
"Aku banyak berhutang budi sama kamu Fir! Ntah apa jadinya kalau waktu itu kamu tidak datang menolongku dan membawaku ke rumah sakit, mungkin aku sudah mati.
Kamu yang menyempatkan diri untuk membuat cerpen, sampai menyita waktu belajar, mengkonstrasikan pikiran, menguras tenaga, kurang tidur, begitu kamu menang, hadiahnya kau berikan hepadaku......"
Belum selesai Topan mengutarakan kata-katanya, Firman memotongnya;
"Sudah kak jangan diteruskan perkataan itu, semua itu aku lakukan ikhlas.
Topan kembali melanjutkan kata-katanya;
"Dan kursi roda ini, yang aku duduki, walaupun semuanya tidak menceritakan kepadaku, tapi aku tahu, itu dari motor Firman yang dijual. Gara-gara aku Firman tidak punya apa-apa lagi......"
Kemudian Topan membuka kedua tangannya, pengganti kata-katanya kalau Topan ingin memeluk Firman, Firman pun menyambutnya dan mereka saling berangkulan.
"Hari ini, di hari ulang tahun MyWapBlog yang ke 8, saya berjanji mulai saat ini, saya akan berubah, menjadi anak yang baik, tidak bandel, tidak nakal, tidak urakan, tidak akan membangkang, dan saya akan berbakti kepada orang tua, saya akan menjadi anak yang shaleh, saya akan menyayangi adikku, saya akan rajin belajar, tidak akan tergantung pada orang lain!"
Kata-kata Firman yang tulus membuat mata Pak Yusuf dan Bu Yunita yang tadinya sudah mengering kini mulai mengalir lagi membasahi pipinya.
"Firman, Topan lihat air mata ini, jarang sekali papa menangis, tapi kali ini papa menangis, papa menangis karena terharu, dan senang akhirnya Topan mau berubah, kini Topan sudah tidak ada lagi, yang ada Muhammad Musthafa. Papa bangga punya anak seperti kalian!"
Setelah berkata-kata seperti itu, Pak Yusuf meraih tangan istrinya dan mereka mendekap Firman dan Topan yang sedang berangkulan. Suasana menjadi hening dalam keterharuan.
Tiba-tiba Firman mencairkan dengan berkata;
"Pah, mah! Hari ini kan hari ulang tahun MyWapBlog yang ke 8, yuk kita ucapkan selamat ulang tahun untuk MyWapBlog yang kedelapan!" Ajak Firman.
"Yang kompak pah, mah! Seperti sinetron di tv." Sambung Topan.
"Ayuk!" Sahut Pak Yusuf.
"Ayuuk......!" Sahut Bu Yunita.
Mereka dengan serempak mengucapkan;
"SELAMAT ULANG TAHUN MYWAPBLOG YANG KE 8, SEMOGA MAKIN SUKSES DAN JAYA"