Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami dari Al-A'masy dari Yazid Ar-Raqqasyi dari Al-Hasan dari Nabi saw, di mana beliau bersabda:
"Sesungguhnya iri hati dan dengki itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar."
Dengan sanad seperti tersebut di atas, Ibrahim bin Aliyyah meriwayatkan dari Ubbad bin Ishaq dari Abdur Rahman bin Mu'awiyah, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Ada tiga hal yang seseorang tidak selamat dari ketiganya, yaitu; Prasangka, dengki, dan takut sial karena sesuatu." Ditanyakan; "Wahai Rasulullah, apakah yang bisa menyelamatkan dari ketiganya?" Beliau bersabda: "Apabila kamu dengki maka janganlah kamu lanjutkan, apabila kamu berprasangka maka jangan kamu buktikan, dan apabila kamu merasa takut sial karena sesuatu, maka jangan kamu hiraukan."
Maksudnya, apabila ada rasa dengki di dalam hatimu maka janganlah kamu nyatakan dan janganlah kamu mengucapkan sesuatu tentang apa yang kamu dengkikan itu karena Allah tidak akan menghukum kamu dengan apa yang ada di dalam hati selama belum kamu ucapkan dengan lisan atau kamu kerjakan dengan perbuatan.
Mengenai prasangka, bila kamu mempunyai prasangka yang tidak baik kepada sesama muslim, maka janganlah kamu berusaha untuk menyelidikinya selama hal itu tidak kelihatan. Dan mengenai prasangka takut sial karena sesuatu, maka apabila kamu hendak bepergian kemudian kamu mendengar suara burung hantu, atau burung gagak, atau kamu merasa ragu-ragu, maka janganlah kamu hiraukan perasaan ragu-ragu atau perasaan yang akan mendapatkan sial. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw menyukai ucapan yang baik dan membenci perasaan akan mendapatkan nasib yang sial karena burung atau yang lain, dan beliau menjelaskan bahwa perasaan semacam itu adalah kebiasaan orang-orang Jahiliyyah, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
"Mereka menjawab, 'Kami mendapat nasib yang malang disebabkan oleh kamu dan orang-orang yang bersamamu'."
Pada ayat yang lain disebutkan:
"Mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu'."
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, di mana ia berkata: Apabila kamu mendengar suara burung, maka ucapkanlah;
"Wahai Allah, tidak ada burung kecuali burungMu, dan tidak ada kebaikan kecuali kebaikanMu. Tidak ada Tuhan kecuali Engkau, serta tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah."
Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Isma'il bin Ja'far menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Amr dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Janganlah kamu saling membenci, dengki-mendengki dan janganlah menawar barang untuk menjerumuskan orang lain, dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara."
Diriwayatkan dari Mu'awiyah bin Abu Sufyan ra, bahwasanya ia berkata kepada anaknya: "Wahai anakku, jauhilah olehmu dengki karena sesungguhnya dengki itu akan nampak pada dirimu sebelum bahayanya nampak pada musuhmu."
Al-Faqih berkata: Tidak ada sesuatu yang lebih jahat daripada dengki, karena dengki akan mengakibatkan lima macam bencana kepada orang yang dengki, sebelum menimpa kepada orang yang dihasud. Kelima macam bencana itu, adalah;
- Kegelisahan yang terus-menerus.
- Musibah yang tiada berpahala.
- Celaan yang tiada terpuji.
- Murka dari Tuhan.
- Pintu pertolongan tertutup baginya.
Diriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Ingatlah bahwa bagi nikmat-nikmat Allah itu ada musuhnya. Beliau ditanya; "Wahai Rasulullah, siapakah musuh nikmat-nikmat Allah itu?" Beliau bersabda; "Orang-orang yang dengki terhadap orang-orang yang diberi karunia oleh Allah Ta'ala."
Diriwayatkan dari Malik bin Dinar, bahwasanya ia berkata: "Saya dapat menerima persaksian para pembaca Al-Qur'an kepada semua makhluk, namun saya tidak dapat menerima persaksian mereka kepada sesama pembaca Al-Qur'an, karena saya mendapatkan rasa dengki di tengah-tengah mereka."
Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Enam kelompok (manusia) nanti pada hari kiamat akan masuk neraka sebelum hisab karena enam perbuatan." Ditanyakan: "Wahai Rasulullah, siapakah mereka?" Beliau bersabda: "Para penguasa yang sesudah aku karena curang, bangsa Arab karena fanatik golongan, kepala daerah karena sombong, pedagang karena khianat, orang dusun karena bodoh, dan orang pandai karena dengki."
Orang-orang pandai yang dengki adalah mereka yang sewaktu mencari ilmu hanya karena dunia semata, di mana mereka merasa dengki dan iri hati antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, di dalam menuntut ilmu hendaknya ditujukan karena akhirat. Bila orang menuntut ilmu karena akhirat, maka tidak akan ada rasa dengki di antara mereka, dan sebaliknya bila tujuannya hanya karena dunia, maka mereka akan mempunyai rasa dengki, sebagaimana yang disinyalir oleh Allah Ta'ala mengenai ulama Yahudi, melalui firmanNya:
"Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya?" (QS. An-Nisa', 4:54)
Maksudnya, orang-orang Yahudi merasa dengki kepada Rasulullah saw dan sahabat-sahabatnya, di mana mereka berkata: "Muhammad berbuat seperti itu karena banyaknya perempuan yang mengelilinginya." Jadi kedengkian orang-orang Yahudi itu adalah karena kenabian dan perempuan.
Seorang yang bijaksana berkata: "Jauhilah rasa dengki itu karena kedengkian itu adalah dosa yang pertama di langit dan juga dosa yang pertama di bumi." Yang dimaksud dengan dosa di langit adalah penolakan iblis untuk sujud kepada Adam, seraya berkata:
"Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah." (QS. Al-A'raf, 7:12)
Iblis merasa dengki kepada Adam lalu Allah mengutuknya.
Sedangkan yang dimaksud dengan dosa pertama di bumi yang disebabkan karena rasa dengki adalah perbuatan Qabil, ketika ia membunuh saudaranya yang bernama Habil, sebagaimana firman Allah:
"Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.”"
Diriwayatkan dari Al-Ahnaf bin Qais bahwasanya ia berkata: "Orang yang suka dengki tidak akan tenang hidupnya, orang yang bakhil itu tidak akan memenuhi janji, orang yang lekas jemu itu tidak mempunyai kawan dekat, orang yang suka dusta itu tidak akan dihormati, orang yang suka berkhianat tidak akan dipercaya perkataannya, dan orang yang berperangai jelek tidak akan berbuat baik."
Seseorang yang bijaksana berkata: "Saya belum pernah melihat orang yang menganiaya itu serupa dengan orang yang dianiaya, melainkan dalam masalah dengki."
Muhammad bin Sirin berkata: "Saya tidak pernah mempunyai rasa dengki sedikit pun kepada penduduk dunia ini. Apabila ia calon penghuni surga, maka apa gunanya saya merasa dengki kepadanya, toh ia akan ke surga juga. Dan apabila ia calon penghuni neraka, maka untuk apa saya merasa dengki kepadanya, toh ia akan ke neraka juga."
Al-Hasan Al-Bashri berkata: "Wahai anak Adam, kenapa kamu merasa dengki kepada saudaramu. Jika saudaramu dikaruniai kemuliaan oleh Allah, maka kenapa kamu merasa dengki kepada orang yang memang dimuliakan oleh Allah? Dan jika orang itu bukanlah orang yang baik, maka tidak sepantasnya kamu merasa dengki kepada orang yang akan masuk ke neraka."
Al-Faqih berkata: "Ada tiga kelompok manusia yang doanya tidak akan dikabulkan, yaitu; orang yang memakan makanan haram, orang yang menggunjing, dan orang yang di dalam hatinya ada rasa dengki atau iri hati kepada sesama muslim."
Ibnu Syihab meriwayatkan dari Salim dari ayahnya, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Tidak boleh ada rasa dengki kecuali pada dua macam, yaitu;
- Orang yang dikaruniai Allah (kepandaian tentang) Al-Qur'an, sedangkan ia senantiasa mengamalkannya malam dan siang hari,
- Dan orang yang dikaruniai Allah harta, sedangkan ia senantiasa menginfakkannya malam dan siang hari."
Al-Faqih menjelaskan bahwa seseorang hendaknya bersungguh-sungguh untuk berusaha mengerjakan apa yang dikerjakan oleh kedua macam orang yang disebutkan di dalam hadits di atas, yaitu dalam mengerjakan shalat malam dan shadaqah. Dengki atau iri hati yang semacam itu adalah dengki yang terpuji. Sedangkan dengki yang lain, yakni dengki yang mengharapkan agar rahmat yang ada pada orang lain lenyap, maka itu adalah tercela. Jadi, apabila seseorang melihat kekayaan atau apa pun yang ada pada orang lain, kemudian ia berharap agar hal itu lenyap dari orang yang memilikinya, maka itu adalah perbuatan yang tercela, sedangkan bila ia ingin mendapatkan rahmat seperti orang yang memiliki harta atau apa pun yang lain tanpa mempunyai harapan agar lenyap dari orang yang memilikinya, maka itu tidak tercela, boleh-boleh saja. Perhatikan firman Allah yang berbunyi:
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain." (QS. An-Nisa', 4:32)
Pada ayat selanjutnya Allah berfirman:
"Mohonlah kep ada Allah sebagian dari karuniNya." (QS. An-Nisa', 4:32)
Dengan demikian, tidaklah pantas bila seorang muslim merasa iri hati atas kelebihan yang dikaruniakan Allah kepada orang yang lain. Seyogyanya ia bermohon kepada Allah agar dikaruniakan rahmat, sebagaimana yang diberikan kepada orang yang mempunyai kelebihan itu.
Setiap muslim wajib menjauhkan diri dari rasa dengki karena orang yang dengki itu menentang hukum Allah, ia harus rela menerima hukum Allah. Nabi saw bersabda:
"Ingatlah bahwasanya agama itu adalah nasehat."
Oleh karena itu, setiap muslim harus menerima apa adanya (dengan tanpa meninggalkan usaha), bisa menjadi contoh bagi sesama muslim, dan tidak mempunyai rasa dengki di dalam hatinya.
Al-'Ala bin Abdur Rahman meriwayatkan dari ayahnya dari Abu Hurairah ra, bahwasanya ia bertanya kepada Nabi saw mengenai hak seorang muslim atas muslim yang lain, di mana beliau bersabda:
"Hak muslim atas muslim (yang lain) itu ada enam." Ditanyakan (kepada beliau): "Apa saja wahai Rasulullah?" Beliau bersabda: "Apabila kamu bertemu dengannya, maka ucapkanlah salam, apabila di mengundang kamu, maka sambutlah (datangilah), apabila dia minta nasehat kepadamu, maka berilah dia nasehat, apabila dia bersin lalu membaca alhamdu lillah, maka sahutlah dengan ucapan yarhamukallah, apabila dia sakit, maka jenguklah, dan apabila ia meninggal dunia, maka iringkanlah jenazahnya."
Al-Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepada kami, Hamman An-Nasafi menceritakan kepada kami, Isa bin Ahmad Al-Asqalani menceritakan kepada kami, Yazid bin Harun menceritakan kepada kami, Muhammad Ats-Tsaqafi menceritakan kepada kami, di mana dia berkata: Saya mendengar Anas bin Malik ra berkata:
"Aku melayani Rasulullah saw sejak berusia delapan tahun. Pertama yang beliau ajarkan kepadaku adalah; “Wahai Anas, tepatkanlah wudhumu untuk shalatmu, niscaya malaikat yang menjaga kamu akan mencintaimu dan umurmu akan ditambah. Wahai Anas, mandilah karena jinabat dan sempurnakanlah di dalam mandi itu karena di bawah setiap rambut itu terkena jinabat pula.” Anas berkata: “Aku bertanya; 'Wahai Rasulullah, bagaimana aku harus menyempurnakan mandi jinabat itu?'” Beliau bersabda; “Sampaikan air hingga pokok-pokok rambutmu dan bersihkan (gosok) kulitmu, niscaya kamu keluar dari tempat mandimu sedangkan dosamu telah diampuni. Wahai Anas, janganlah kamu tidak mengerjakan shalat dhuha, karena shalat dhuha itu adalah shalat orang-orang yang bertaubat kepada Allah. Perbanyaklah shalat di waktu malam dan siang, karena selama kamu mengerjakan shalat para malaikat senantiasa memohonkan rahmat untuk kamu. Wahai Anas, apabila kamu mendirikan shalat, maka mantapkanlah dirimu di hadapan Allah Ta'ala. Apabila kamu rukuk, maka letakkan kedua telapak tanganmu pada kedua lututmu dan renggangkan jari-jarimu serta renggangkan pula kedua lengan tanganmu dari kedua pinggangmu. Apabila kamu bangun dari rukuk, maka tegaklah sehingga setiap anggota kembali kepada tempatnya. Apabila kamu sujud, maka letakkan wajahmu di tanah dan janganlah menyucuk sebagaimana burung gagak menyucuk dan janganlah kamu bentangkan kedua lenganmu seperti bentangan pelanduk. Apabila kamu mengangkat kepala dari sujud, maka janganlah kamu seperti duduknya anjing, dan letakkan kedua bokongmu di antara kedua kaki dan letakkan bagian atas kedua telapak kaki di tanah, karena sesungguhnya Allah Ta'ala tidak melihat shalat yang tidak sempurna rukuk dan sujudnya. Jika kamu mampu untuk selalu berada dalam keadaan wudhu sepanjang siang dan malam, maka lakukanlah, karena bila mati mendatangi kamu sedangkan kamu dalam keadaan wudhu, niscaya kamu tidak luput dari mati syahid. Wahai Anas, apabila kamu masuk rumahmu, maka ucapkanlah salam, maksudnya untuk anggota keluargamu, niscaya barakahmu dan barakah rumahmu akan bertambah banyak, niscaya manisnya iman akan masuk ke dalam hatimu, dan apabila sewaktu keluar kamu mempunyai dosa, maka ketika kamu pulang sudah diampuni dosamu itu. Wahai Anas, janganlah kamu berada pada waktu malam dan siang sedangkan di dalam hatimu ada perasaan dengki kepada seorang muslim, karena hal itu termasuk sunahku dan barang siapa yang mengikuti sunahku berarti ia cinta kepadaku, maka ia nanti akan bersama-sama aku di dalam surga. Wahai Anas, jika kamu mengerjakan itu semua dan memelihara wasiatku ini, maka tidak ada sesuatu yang lebih kamu sukai daripada mati, karena sesungguhnya di dalam mati itulah masa kesejahteraanmu.”"
Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya membersihkan rasa dengki dari dalam hati itu termasuk sunah Nabi. Oleh karena itu, setiap muslim wajib membersihkan rasa dengki dan iri hati dari dalam hatinya, karena sesungguhnya perbuatan itu termasuk perbuatan yang utama.
Al-Faqih berkata: Aku mendengar ayahku bercerita kepadaku dengan sanad dari Anas bin Malik, di mana ia berkata:
"Pada suatu waktu ketika kami duduk bersam a-sama dengan Nabi saw, tiba-tiba beliau bersabda; “Akan datang di tengah-tengah kita seseorang yang termasuk penghuni surga dengan membawa kedua sandal pada kedua tangan kirinya.” Tidak begitu lama, ada seseorang masuk lantas mengucapkan salam duduk di tengah-tengah para sahabat. Keesokan harinya, Rasulullah saw bersabda seperti itu, dan setelah itu, orang itu pun datang. Ketika pada hari ketiga, di mana beliau juga bersabda seperti itu dan orang itu pun datang, maka setelah Rasulullah saw meninggalkan majlis itu, Abdullah bin Amr bin Al-'Ash pergi mengikuti orang yang dinyatakan oleh Nabi saw termasuk ahli surga itu, seraya berkata; “Aku baru saja bertengkar dengan ayahku dan aku bersumpah untuk tidak masuk ke rumah selama tiga hari, bagaimana pendapatmu bila aku bermalam di rumahmu selama tiga malam?” Orang itu menjawab; “Silahkan.” Anas melanjutkan ceritanya: "Abdullah bin Amr bin Al-'Ash menceritakan bahwa pada malam pertama ia bermalam di rumah orang itu, ternyata orang itu tidak bangun malam, hanya saja semaktu hendak tidur, orang itu berdzikir dan takbir kepada Allah Ta'ala lantas tidur sampai pagi. Bila berwudhu dan mengerjakan shalat, orang itu mengerjakannya dengan sempurna, dan di waktu siang hari, orang itu tidak mengerjakan puasa." Abdullah berkata; "Aku perhatikan perilakunya sampai tiga hari, tidak lebih dari itu, hanya saja ia tidak pernah berkata-kata kecuali yang baik. Setelah tiga hari, di mana aku menganggap bahwa amal perbuatannya itu biasa-biasa saja, maka aku berkata kepadanya; “Sesungguhnya tidak ada pertengkaran antara aku dengan ayahku dan aku pun tidak bersumpah untuk tidak pulang selama tiga hari. Akan tetapi di dalam tiga hari berturut-turut Rasulullah saw menyatakan bahwa akan datang salah seorang ahli surga, dan yang datang adalah kamu, maka aku ingin menginap di sini supaya aku bisa melihat langsung apa yang biasa kamu kerjakan, sehingga aku bisa mengikuti jejakmu. Namun, aku tidak melihat kamu melakukan amal yang banyak. Oleh karena itu, aku ingin tahu amalan apakah yang kamu lakukan sehingga Nabi saw menyatakan seperti itu.” Orang itu berkata; “Tidak ada amal lain yang aku kerjakan selain apa yang kamu ketahui.” Kemudian aku (Abdullah) meninggalkan orang itu, namun setelah aku pergi, orang itu memanggil aku seraya berkata; “Amalku memang hanya seperti apa yang kamu ketahui, hanya saja aku tidak pernah merasa dengki atau iri hati kepada seorang pun di antara umat Islam atas nikmat yang Allah karuniakan kepadanya.” Abdullah berkata; "Aku berkata; “Inilah yang menyebabkan kamu termasuk ahli surga sebagaimana yang dinyatakan oleh Rasulullah saw, dan itu adalah sikap yang aku tidak mampu untuk mengerjakannya.”"
Seorang yang bijaksana mengatakan bahwa orang yang dengki itu menentang Tuhannya dalam lima hal, yaitu:
- Ia membenci setiap nikmat yang ada pada orang lain.
- Ia merasa tidak cukup atas nikmat yang dikaruniakan kepadanya, di mana ia berkata kepada Tuhannya; "Kenapa Engkau hanya memberikan yang begini kepadaku?"
- Ia kikir terhadap karunia Allah Ta'ala.
- Ia menghina kekasih Allah, karena ia ingin agar kekasih Allah itu kehilangan nikmat.
- Ia membantu musuh Allah, yakni iblis.
Ada yang mengatakan bahwa orang yang dengki itu tidak akan memperoleh sesuatu di dalam pergaulan, melainkan celaan dan hinaan, tidak memperoleh apa pun dari malaikat, melainkan kutukan dan kebencian, tidak memperoleh apa pun dalam kesunyian, melainkan risau dan sedih, tidak memperoleh apa pun ketika menghadapi sakaratul maut, melainkan kesulitan dan malapetaka, tidak memperoleh apa pun ketika di Padang Mahsyar, melainkan rasa malu dan rasa takut, dan di neraka akan merasakan panasnya api neraka dan tempat bakarannya.
Wallahu a'lam.