Quantcast
Channel: MENTARI SENJA
Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

HATI-HATI DALAM BERUSAHA DAN MENGHINDAR DARI YANG HARAM

$
0
0

Al-Faqih berkata: Muhammad bin Dawud menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Abu Hafsh menceritakan kepada kami dari Sa'id bin Qatadah ra, di mana ia menuturkan kepada kami bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Seandainya kamu menghendaki, niscaya aku bersumpah bahwa pedagang itu tidak jujur."

Qatadah juga mengatakan bahwa Nabi saw bersabda:
"Aku heran kepada pedagang, bagaimana ia bisa selamat (karena) siang hari ia bersumpah dan malam harinya ia menghitung-hitung."

Al-Faqih berkata: Hamzah bin Muhammad menceritakan kepada kami, Abul Qasim Ahmad bin Ham menceritakan kepada kami dari Nushair bin Yahya, di mana ia berkata:
"Kami mendapatkan keterangan dari para ulama bahwa dunia dan agama ini tidak bisa berdiri tegak, kecuali dengan empat kelompok manusia, yaitu: umara (penguasa), ulama, ahli perang, dan pengusaha."

Al-Faqih berkata: Saya mendengar salah seorang zahid yang menafsirkan keterangan di atas, di mana ia berkata:
"Penguasa itu adalah yang melindungi rakyat, ulama itu merupakan ahli waris para nabi, di mana mereka menunjukkan masyarakat ke jalan akhirat dan masyarakat mengikuti petunjuknya, ahli perang adalah adalah tentara Allah untuk memerangi orang kafir, dan pengusaha adalah orang-orang yang dipercaya oleh Allah untuk melayani kebutuhan masyarakat." Kemudian ia menjelaskan: "Penguasa dan ulama adalah orang-orang yang menjaga keamanan, namun apabila mereka bersikap rakus dan sombong, maka keadaan masyarakat tidak akan tenang, dan penguasa bila berkhianat, maka masyarakat itu tidak akan tentram."

Salah seorang cendekiawan berkata:
"Apabila seorang pedagang tidak memiliki tiga sifat, maka ia akan rugi di dunia dan di akhirat. Ketiga sifat itu adalah;

  1. Lisan yang bersih dari dusta, omong kosong, dan sumpah.
  2. Hati yang bersih dari menipu, khianat dan dengki.
  3. Pribadi yang selalu mendatangi shalat jum'at, jama'ah dan pengajian, serta mementingkan untuk mencari ridha Allah atas yang lain."

Dari Ali bin Abu Thalib kw, bahwasanya ia berkata:
"Seorang pedagang itu bila tidak mendalami masalah agama, maka ia akan terjerumus ke riba."

Umar bin Khaththab ra berkata:
"Barang siapa yang tidak mendalami masalah agama, maka jangan sekali-kali ia berdagang di pasar kami."

Sufyan Ats-Tsauri berkata:
"Janganlah kamu melihat pakaian orang-orang pasar, karena di bawah pakaian mereka ada serigala." Ia juga berkata: "Hati-hatilah terhadap tetangga yang kaya, pembaca Al-Qur'an yang di pasar, dan ulama pemerintah."

Diceritakan dari Muhammad bin Syimal, bahwasanya ketika masuk pasar, ia berkata:
"Wahai orang-orang yang berada di pasar, bila pasarmu kacau, barang daganganmu busuk, dan tetanggamu dengki, maka tempat kembalimu adalah neraka."

Dari Ibnu Abbas ra, bahwasanya ia berkata:
"Mencari barang yang halal itu lebih berat daripada memindahkan bukit ke bukit yang lain."

Dari Yunus bin Ubaid ra, bahwasanya ia berkata:
"Saat ini saya tidak mengetahui ada sesuatu yang lebih sedikit daripada satu dirham yang halal untuk dibelanjakan, saudara muslim yang berpegang teguh pada Islam, dan orang yang benar-benar mengikuti sunnah Rasul. Hal semacam itu bukannya akan membalik, justru malah sebaliknya. Seandainya kami dapat menemukan satu dirham dari usaha yang benar-benar halal, niscaya kami akan menjadikannya sebagai penyembuh bagi orang yang sedang sakit."

Mu'adz bin Jabal ra berkata:
"Tidak ada seorang pun melainkan nanti pada hari kiamat menghadap pada Allah, di mana ia tidak akan bergerak sebelum ditanya tentang empat hal, yaitu:

  1. Tentang badannya untuk apa dirusakkan,
  2. Tentang umurnya untuk apa dihabiskan,
  3. Tentang ilmunya, bagaimana diamalkan,
  4. Tentang hartanya, dari mana diperolehnya dan untuk apa dibelanjakannya."

Salah seorang cendekiawan berkata:
"Orang munafik bila memperoleh dunia (harta), maka ia mendapatkannya dengan rakus, menyimpannya dengan penuh keragu-raguan dan menginfakkannya dengan perasaan riya'. Sedangkan orang mukmin yang cerdik itu memperolehnya dengan hati-hati, menyimpannya dengan rasa syukur, dan menginfakkannya dengan ikhlas karena Allah Ta'ala."

Yahya bin Mu'adz Ar-Razi berkata:
"Taat itu tersimpan pada almari Allah Ta'ala, kuncinya adalah doa, dan gigi kuncinya adalah makanan yang halal."

Dari Syubrumah bahwasanya ia berkata:
"Sungguh mengherankan, seseorang itu hati-hati terhadap makanan yang halal karena takut penyakit, sedangkan ia tidak hati-hati terhadap barang yang halal padahal ia takut neraka."

Ibnuz Zubair meriwayatkan dari Jahir ra dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Wahai manusia, sesungguhnya seseorang di antara kamu tidak akan mati, sehingga sempurna (habis) rezekinya. Maka janganlah kamu menganggap lambat pada rezeki itu, bertaqwalah kepada Allah dan baik-baiklah dalam mencari rezeki. Ambillah yang halal bagimu dan tinggalkanlah apa yang telah Allah haramkan."

Salah seorang cendekiawan berkata:
"Manusia dalam kasab (usaha) itu berada dalam empat macam, yaitu sebagai berikut;

  1. Orang yang menyadari bahwa rezeki itu berasal dari Allah, dan dari usaha, maka ia adalah orang yang musyrik.
  2. Orang yang menyadari bahwa rezeki itu berasal dari Allah, akan tetapi ia merasa ragu-ragu apakah akan memperolehnya atau tidak, maka ia adalah munafik.
  3. Orang yang menyadari bahwa rezeki itu berasal dari Allah, akan tetapi ia tidak mau menunaikan kewajibannya dan durhaka kepada Allah, maka ia adalah orang fasik.
  4. Orang yang meyadari bahwa rezeki itu berasal dari Allah, dan melihat bahwa kasab (usaha) itu hanya merupakan sebab, lalu ia mengeluarkan kewajibannya, dan tidak durhaka kepada Allah dalam rangka usahanya itu, maka ia adalah orang mukmin yang ikhlas."

Diceritakan dari Zaid bin Arqam bahwasanya ia berkata:
"Abu Bakar Ash-Shiddiq mempunyai seorang pelayan yang setiap malam datang untuk mengantarkan makanan, dan Abu Bakar biasanya tidak memakannya, sebelum ia menanyakan dari mana asal dan bagaimana cara memperolehnya makanan itu. Pada suatu malam pelayannya itu datang membawa makanan, dan Abu Bakar langsung memakannya satu suapan tanpa menanyakan terlebih dahulu. Pelayan itu berkata; “Biasanya setiap malam engkau tentu menanyakan kepadaku tentang makanan ini, akan tetapi kenapa malam ini engkau tidak menanyakannya?” Abu Bakar menjawab; “Karena aku lapar sekali, lalu kenapa, dan dari mana kamu memperoleh makanan ini?” Pelayannya menjawab; “Pada zaman jahiliyah saya pernah menjumpai orang, dan mereka menjanjikan akan memberikan upah kepadaku. Saya melihat mereka membuat pesta dan aku mengingatkan mereka tentang janji itu, lalu mereka memberikan makanan ini kepadaku.” Abu Bakar langsung membaca; “Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un,” lalu ia berusaha sekuat tenaga untuk memuntahkan apa yang telah dimakannya, namun tidak bisa keluar sampai mukanya merah padam. Orang-orang yang melihatnya lalu berkata; “Coba minumlah air di gelas ini,” maka Abu Bakar meminumnya dan terus muntah sampai habis apa yang ada di dalam perutnya. Mereka lalu berkata; “Karena sesuap saja engkau melakukan yang demikian itu.” Abu Bakar berkata; “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala mengharamkan surga bagi setiap jasad yamg makan atau diberi makan dengan (makanan) yang haram."”

Al-Faqih menerangkan bahwa siapa yang ingin supaya usahanya baik, maka ia harus menjaga lima hal, yaitu:

  1. Tidak menunda-nunda kewajiban terhadap Allah sedikit pun, karena urusan usaha, dan tidak pula mengurangi sedikit pun.
  2. Tidak mengganggu orang lain dalam berusaha.
  3. Dalan berusaha ia berniat untuk menjaga kehormatan diri dan keluarganya, tidak mempunyai keinginan untuk memperbanyak dan menumpuk-numpuk harta.
  4. Tidak memaksakan diri (terlalu ngoyo) di dalam berusaha.
  5. Tidak menganggap bahwa rezeki itu diperoleh karena semata-mata hasil usaha, akan tetapi harus menyadari bahwa rezeki itu berasal dari Allah dan usaha hanya merupakan sebab.

Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Barang siapa yang berusaha untuk mendapatkan harta dengan cara yang dosa, kemudian ia menshadaqahkannya, atau mempererat tali persaudaraan, atau ia menginfakkannya pada jalan Allah, maka semua itu dikumpulkan dan dilemparkan ke dalam neraka."

Diriwayatkan dari Imran Al-Hushain, bahwasanya ia berkata:
"Allah tidak akan menerima haji seseorang, umrahnya, jihadnya, shadaqahnya, memerdekakan budak, atau menginfakkannya dari harta yang diperoleh karena riba, suap, tipuan, copetan, atau curian." Kemudian ia berkata: "Lima lawan lima."

Dari Ibnu Mas'ud ra, bahwasanya ia berkata: Nabi saw bersabda:
"Tidak ada seseorang yang mendapatkan harta yang haram, lalu ia menshadaqahkannya, lalu ia mendapatkan pahala karenanya, tidak pula ia membelanjakannya, lalu ia mendapatkan barakah padanya, dan tidak pula ia meninggalkannya di belakang hari (sebagai harta warisan), melainkan akan menjadi tambahan baginya untuk neraka. Dan sesungguhnya Allah Ta'ala tidak akan menghapus yang jelek dengan sesuatu yang jelek, akan tetapi Allah akan menghapus yang jelek itu dengan sesuatu yang baik."

Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Sesungguhnya harta (yang baik) itu adalah harta dari lain tempat, dan pedagang-pedagang paling jelek di antara kamu adalah orang-orang yang tinggal di tengah-tengah kamu, yang mana mereka itu suka ribut dengan kamu dan kamu suka ribut dengan mereka, kamu bersumpah kepada mereka dan mereka pun bersumpah kepadamu."

Sewaktu Nabi saw ditanya tentang usaha apa yang paling baik, beliau menjawab:
"Usaha seseorang dengan tangannya sendiri, dan setiap jual beli yang baik yang tidak ada keragu-raguan dan khianat di dalamnya."

Dari Qatadah ra bahwasanya ia berkata:
"Ada yang mengatakan bahwa pedagang yang jujur nanti pada hari kiamat berada di bawah naungan 'arasy."


---o0o---



Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

Trending Articles