Quantcast
Channel: MENTARI SENJA
Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

KEUTAMAAN BERUSAHA

$
0
0

Al-Faqih berkata: Muhammad bin Dawud menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Qubaisyah menceritakan kepada kami, dari Sufyan dari Al-Hajjaj bin Firafashah dari Makhul dari Abu Hurairah ra dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Barang siapa yang mencari dunia dengan halal untuk menjaga diri dari meminta-minta serta berusaha untuk (mencukupi) keluarganya dan baik kepada tetangganya, maka nanti pada hari kiamat Allah akan membangkitkannya dengan muka seperti bulan pada bulan purnama. Dan barang siapa yang mencari dunia dengan halal untuk memperbanyak (kekayaan) dengan maksud untuk berbangga-bangga dan sombong, maka nanti pada hari kiamat akan bertemu dengan Allah, sedangkan Allah marah kepadanya."

Al-Faqih berkata: Hamzah bin Muhammad menceritakan kepada kami, Abul Qasim Ahmad bin Ham menceritakan kepada kami, dari Nushair bin Yahya, di mana ia berkata:
"Salah seorang teman kami menceritakan bahwa Nabi Dawud as sering berjalan-jalan dengan menyamar untuk menanyakan kepada penduduk negerinya tentang perilakunya. Pada suatu hari malaikat Jibril muncul dengan bentuk manusia, lalu Nabi Dawud as bertanya kepadanya; “Wahai anak muda, bagaimana pendapatmu tentang Dawud?” Jibril (yang menyamar dengan bentuk manusia) menjawab; “Dia adalah hamba yang sangat baik, hanya ada satu sifat yang kurang baik.” Nabi Dawud as bertanya; “Apakah itu?” Jibril menjawab; “Ia makan dari baitul mal, padahal hamba yang paling dicintai oleh Allah adalah seseorang yang makan dari hasil jerih payahnya sendiri.” Kemudian Nabi Dawud as kembali ke mihrabnya untuk berdoa kepada Allah, ajarkanlah kepada saya suatu pekerjaan yang bisa saya lakukan, sehingga saya tidak lagi mengambil harta baitul mal." Kemudian Allah mengajarinya bagaimana cara membuat baju besi untuk berperang dan melunakkan besi di tangannya, sehingga seperti adonan. Apabila sudah selesai melayani kebutuhan rakyat dan keluarganya, beliau membuat baju besi lalu menjualnya. Jadi beliau mencari penghidupan untuk diri dan keluarganya dengan cara ini.
Hal ini diterangkan oleh Allah melalui firmanNya:
"Dan Kami telah melunakkan besi untuknya." (QS. Saba', 34:10)
Dan pada ayat yang lain disebutkan:
"Dan Kami ajarkan (pula) kepada Dawud cara membuat baju besi untukmu, guna melindungi kamu dalam peperanganmu." (QS. Al-Anbiya', 21:80)

Al-Faqih berkata: Hamzah bin Muhammad menceritakan kepada kami, Abul Qasim Ahmad bin Ham menceritakan kepada kami, Nushair bin Yahya menceritakan kepada kami, Makki bin Ibrahim menceritakan kepada kami dari Syaikh dari Tsabit Al-Bannani ra, bahwasanya ia berkata:
"Saya pernah mendengar bahwa kesejahteraan itu terdiri dari sepuluh bagian, sembilan di antaranya berada dalam diam, dan yang satu bagian berada dalam menjauhkan diri dari keramaian. Ibadah juga terdiri dari sepuluh bagian, sembilan di antaranya berada dalan mencari penghidupan, dan yang satu bagian berada dalam ibadah mahdlah (seperti shalat, puasa, shadaqah, dan lain sebagainya)."

Jabir bin Abdullah ra meriwayatkan dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Tidak ada seseorang yang membuka jalan atas dirinya untuk meminta-minta, melainkan Allah membukakan pintu kemiskinan atas dirinya. Barang siapa yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah akan menjaganya, dan barang siapa yang mencukupkan dirinya, maka Allah akan mencukupinya. Sungguh bila seseorang di antara kamu mengambil tali, lalu pergi ke lembah ini untuk mengikat kayu, kemudian ia membawanya ke pasar lantas dijual dengan satu mud korma, niscaya lebih baik bagi dirinya daripada ia meminta-minta, baik mereka memberinya ataupun menolaknya."

Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Hendaknya kamu menjadi pedagang pakaian, karena nenek moyangmu Ibrahim as adalah pedagang pakaian."

Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Nabi saw, bahwa Nabi Zakariya as adalah tukang kayu.

Hisyam meriwayatkan dari Urwah dari ayahnya dari Aisyah ra, di mana ia berkata:
"Sulaiman bin Dawud as biasa berkhutbah di atas mimbar, sedangkan tangannya memegang janur untuk membuat keranjang belanja atau kerajinan tangan yang lain, dan apabila sudah jadi, maka beliau memberikannya kepada seseorang untuk menjualnya."

Di dalam menafsirkan ayat yang berbunyi:
"Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hambaNya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi." (QS. Asy-Syura, 42:27) Syahid bin Ibrahim berkata: "Seandainya Allah memberikan rezeki tanpa usaha, niscaya manusia akan rusak dan lebih banyak kesempatan untuk melakukan kejahatan, akan tetapi Allah menyibukkan manusia untuk berusaha, sehingga tidak banyak waktu untuk berbuat knjahatan."

Sa'id bin Al-Musayyab berkata:
"Tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak mencari harta dengan jalan yang halal, lalu (dengan harta yang ada) ia mengeluarkan zakatnya, dan menjaga kehormatan dirinya."

Diriwayatkan dari Umar bin Al-Khaththab ra, bahwasanya ia berkata:
"Wahai orang-orang miskin, bangkitlah, dan berusahalah, karena jalan untuk mencari rezeki itu telah jelas, dan janganlah kamu menjadi beban orang lain."

Al-'Awwam bin Hausyab meriwayatkan dari Abu Shalih pelayan Umar ra, bahwasanya ia berkata:
"Umar memerintahkan kepada kami untuk berserikat di antara tiga orang, di mana salah seorang di antara kami memproduksi sesuatu yang satu menjualnya, dan yang satu lagi pergi berperang pada jalan Allah." Al-'Awwam berkata: "Abu Shalih memerintahkan kepadaku, sedangkan aku melihat dia berada di tapal batas, di mana ia berkata; “Kami bertiga bersekutu, dan kini giliranku untuk berperang.”"

Al-Faqih berkata: Saya mendengar Abu Ja'far berkata: Diriwayatkan dari Ibnul Mubarak, bahwasanya ia berkata:
"Barang siapa yang meninggalkan pasar, maka hilanglah kewibawaannya dan jeleklah akhlaknya."

Dari Ibrahim bin Yusuf, di mana ia berkata kepada Muhammad bin Salamah:
"Hendaknya kamu berusaha di pasar, karena yang demikian itu akan menaikkan derajatmu."

Dari Jabir bin Abdullah ra, bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Barang siapa yang menanam tanaman atau menanam tumbuh-tumbuhan, lalu dimakan oleh manusia, binatang, burung, atau binatang buas, maka itu merupakan shadaqah baginya."

Dari Anas bin Malik ra dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Seandainya hari kiamat datang, sedangkan di tangan salah seorang di antara kamu ada bibit tanaman, jika memungkinkan untuk menanamkannya sebelum kiamat itu terjadi, maka laksanakanlah (untuk menanamnya)."

Dari Makhul ra dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Janganlah kamu sekalian menjadi orang yang suka mencela, suka memuji, suka menghina, atau berlagak mati." Maksudnya seperti orang mati yang tidak mau berusaha.

Dari Al-A'masy dari Abul Mukhariq, di mana ia berkata:
"Rasulullah saw bersama-sama dengan para sahabatnya tiba-tiba ada seorang pemuda Badui berjalan dengan tangkasnya, lalu Abu Bakar dan Umar ra berkata; “Seandainya kemudaan dan ketangkasannya dipergunakan untuk berjuang pada jalan Allah, niscaya ia akan mendapatkan pahala yang lebih besar.” Kemudian Rasulullah saw bersabda;
“Apabila ia berusaha untuk kedua orang tuanya yang sudah tua guna membantu keduanya, maka ia berada pada jalan Allah. Apabila ia berusaha untuk anak-anaknya yang kecil, maka ia berada pada jalan Allah. Apabila ia berusaha untuk dirinya sendiri agar tidak meminta-minta pada orang lain, maka ia berada pada jalan Allah. Akan tetapi apabila ia berusaha untuk berbangga-bangga dan mencari nama, maka ia berada pada jalan setan.”

Dari Ibnu Umar ra dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
"Sesungguhnya Allah suka pada setiap mukmin yang berusaha, ayah dari beberapa anggota keluarga, dan Allah tidak suka pada pengangguran yang sehat, tidak dalam amal dunia, dan juga tidak pada amal akhirat."

Dari Ja'far bin Muhammad dari ayahnya, bahwasanya ia berkata:
"Nabi saw biasa keluar ke pasar dan membelikan kebutuhan keluarganya. Kemudian beliau ditanya tentang yang demikian itu, lalu beliau bersabda; “Jibril as datang kepadaku dan berkata; 'Barang siapa yang berusaha untuk keluarganya, agar mereka terhalang dari (meminta-minta) pada orang lain, maka ia berada pada jalan Allah.'”

Dari Anas bin Malik ra diriwayatkan sebagai berikut:
"Ada seseorang datang kepada Nabi saw lalu meminta-minta untuk suatu kebutuhannya, kemudian Rasulullah saw bertanya kepadanya; “Apakah kamu mempunyai sesuatu di rumahmu?” Ia menjawab; “Ya, wahai Rasulullah, tikar yang sudah robek sebagiannya, kami duduk dan tidur di situ, sebagian untuk alas dan sebagian untuk selimut, dan yang satu lagi untuk makan, minum dan membersihkan kepala kami.” Rasulullah saw bersabda; “Bawalah keduanya itu kemari.” Kemudian ia mengambil kedua lembar tikarnya, lantas Rasulullah saw memegang keduanya itu dengan tangan beliau seraya bersabda; “Siapa yang akan membeli dua tikar ini?” Lantas ada seseorang berkata; “Saya akan membeli keduanya itu dengan satu dirham.” Beliau bertanya; “Apakah ada orang yang akan membeli lebih dari satu dirham.” dua kali. Kemudian ada seseorang yang lain berkata; “Saya akan membeli keduanya itu dengan dua dirham.” Beliau lantas memberikan kedua lembar tikar itu kepadanya dan menerima uang dua dirham, lalu memberikannya kepada orang yang mempunyai tikar seraya bersabda; (A3)“Satu dirham untuk membeli makanan dan bawalah pulang ke rumahnya, dan satu dirham lagi untuk membeli kapak dan bawalah kemari.” Kemudian ia (pergi dan) datang lagi kepada beliau dengan membawa kapak, lalu Rasulullah memasang kayu untuk pegangan kapak itu lantas bersabda; “Pergilah, carilah kayu dan juallah! Aku tidak ingin melihat kamu selama 15 hari.” Kemudian ia pergi dan memperoleh sepuluh dirham, di mana sebagian untuk membeli makanan dan sebagian yang lain untuk membeli pakaian. Kemudian Rasulullah saw bersabda; “Bukankah pekerjaan ini lebih baik bagimu, daripada nanti pada hari kiamat kamu datang, sedangkan perbuatan meminta-mintamu akan berupa noda hitam di mukamu yang tidak bisa dihapus kecuali oleh api neraka.”"

Salah seorang cendekiawan berkata:
"Orang yang berakal sehat seharusnya tidak tinggal di suatu negri yang di situ tidak ada lima macam, yaitu; penguasa yang memerintah, hakim yang adil, pasar yang selalu ada, sungai yang mengalir, dan dokter yang ahli."

Ada seseorang bertanya kepada salah seorang cendekiawan:
"Apakah usaha yang paling baik?" Ia menjawab: "Sebaik-baik usaha adalah mencari rezeki yang halal untuk menutupi segala kebutuhan hidup, dan menjadikannya untuk persiapan ibadah, dan mendahulukan keutamaan bekal untuk hari kiamat. Sedangkan sebaik-baik usaha akhirat adalah ilmu yang diamalkan dan disebarluaskan, amal shalih yang kamu utamakan dan sunah Rasul yang kamu hidup-hidupkan." Sewaktu ditanya: "Apakah usaha yang paling buruk?" Ia menjawab: "Seburuk-buruk usaha dunia adalah mengumpulkan harta dengan jalan yang haram, membelanjakannya dalam kemaksiatan, dan bagi orang yang tidak taat kepada Tuhan yang telah menciptakannya. Sedangkan seburuk-buruk usaha akhirat adalah kebenaran yang kami ingkari karena rasa dengki, maksiat yang kamu lakukan terus-menerus, kebiasaan buruk yang kamu hidup-hidupkan dengan melawan hukum Allah."

Wallahu a'lam.


---o0o---



Viewing all articles
Browse latest Browse all 238

Trending Articles